Alur ANALISIS STRUKTUR CERITA LAKSAMANA RAJA LAUTAN

Anda Wahyu R : Nilai-Nilai Psikologis Dalam Cerita Laksamana Raja Lautan, 2009. USU Repository © 2009 c. Konflik yang paling banyak hadir dalam cerita LRL adalah perebutan harta benda dan kekuasaan antara kakak beradik. Berdasarkan ketiga hal di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa tema dalam cerita rakyat LRL adalah kesabaran dalam menghadapi segala masalah acan mendapat ganjaran yang setimpal.

2.3. Alur

Alur merupakan unsur karya sastra yang penting, bahkan tidak sedikit orang yang menganggapnya sebagai hal yang terpenting diantara berbagai unsur karya sastra yang lain. Tinjauan struktural terhadap karya sastrapun sering ditekankan pada pembicaraan alur, walau mungkin mempergunakan istilah lain. Masalah lineritas struktural penyajian peristiwa dalam karya sastra banyak dijadikan objek kajian. Hal itu kiranya juga beralasan tentang kejelasan alur, kejelasan tentang kaitan antar peristiwa yang dikisahkan secara linear, akan .mempermudah pemahaman kita terhadap cerita yang ditampilkan. Kejelasan unsur dapat berarti kejelasan cerita, kesederhanaan alur berarti kejelasan memahami jalan cerita. Sebaliknya, alur sebuah cerita sebuah karya sastra yang kompleks, ruwet, dan sulit dikenali hubungan kausalitas antar peristiwanya, menyebabkan cerita menjadi lebih sulit dipahami. Alur sebuah cerita bagaimanapun tentulah mengandung unsur urutan waktu, baik ia dikemukakan secara eksplisit maupun implisit. Oleh karena itu, dalam sebuah cerita, tentulah ada awal kejadian, kejadian- kejadian berikutnya, dan barangkali ada pula akhirnya Nurgiyantoro, 2001:141. Hal yang demikian dapat terjadi disebabkan urutan waktu penceritaan sengaja dimanipulasikan dengan urutan peristiwa. la mungkin dimaksudkan untuk mendapatkan bentuk pengucapan baru dan efek artistik tertentu, kejutan atau pun sebentuk suspense di pihak pembaca tehnik pengungkapan cerita, atau tehnik pengaturan, yang demikian biasanya justru lebih menarik karena memang langsung dapat menarik 27 Anda Wahyu R : Nilai-Nilai Psikologis Dalam Cerita Laksamana Raja Lautan, 2009. USU Repository © 2009 perhatian pembaca. Pembaca langsung berhadapan dengan konfiik, yang tentu saja, ingin segera mengetahui sebab-sebab kejadian dan bagaimana kelanjutannya. Pada dasamya, alur sebuah cerita haruslah berstfat padu. Antara peristiwa yang satu dengan yang lain, antara peristiwa yang diceritakan lebih dahulu dengan yang kemudian, ada hubungan adan sifat saling ketertarikan. Kaitan antar peristiwa tersebut hendaklah jelas, logis, dapat dikenali hubungan kewaktuannya lepas dari tempatnya dalam teks cerita yang mungkin diawal, tengah atau akhir. Alur yang memiliki sifat keutuhan dan kepaduan, tentu saja akan menyuguhkan cerita yang bersifat utuh dan padu pula. Untuk memperoleh keutuhan sebuah alur cerita, Tasrif dalam Lubis 1989:10 mengemukakan bahwa sebuah alur haruslah terdiri dari lima tahapan. Kelima tahap tersebut penting untuk dikenali, terutama jika kita bermaksud menelaah alur karya sastra yang bersangkutan. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut : 1 Tahap Situation tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh cerita. Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal, dan lain-lain yang terutama berfungsi untuk melandastumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya. 2 Tahap Generating Circumstances tahap pemunculan konflik, masalah-masalah dan peristiwa-peristiwa yang menyulut terjadinya konflik mulai dimunculkan. Jadi, tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. Tahap pertama dan kedua pada pembagian ini, tampaknya berkesuaian dengan tahap awal pada penahapannya. 3 Tahap Rising Action tahap peningkatan konflik, konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Peristiwa-peristiwa dramatik 28 Anda Wahyu R : Nilai-Nilai Psikologis Dalam Cerita Laksamana Raja Lautan, 2009. USU Repository © 2009 yang menjadi inti cerita bersifat mencekam dan menegangkan. Konflik-konflik yang terjadi mengarah ke klimaks, atau paling tidak dapat dihindari. 4 Tahap Climax tahap klimaks, konflik dan atau pertentangan- pertentangan yang terjadi, yang diakui dan atau ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik utama. Sebuah cerita yang panjang mungkin saja memiliki lebih dari satu klimaks, atau paling tidak dapat ditafsirkan demikian. 5 Tahap Denouement tahap penyelesaian, ketegangan dikendorkan. Konflik-konflik yang lain, sub-sub konflik, atau konflik-konflik tambahan, jika ada juga diberi jalan keluar, cerita diakhiri. Setelah penulis membaca, menghayati, dan memahami centra rakyat LRL maka dapat digambarkan alur yang terdapat dalam cerita tersebut adalah plot lurus atau progresif. Artinya bahwa dalam cerita rakyat LRL pelukisan alur cerita diawali dengan awal situasi sampai dengan akhir situasi dan tidak terdapat alur sorot balik flashback pada setiap bagian dari alur cerita tersebut. Adapun pentahapan alur dalam cerita rakyat LRL adalah sebagai berikut : 1 Tahap Situation, tahap awal dalam cerita rakyat LRL dimulai pada tahapan si pengarang mulai melukiskan keadaan kerajaan Bilah yang dipimpin oleh seorang raja yang sudah mulai sakit-sakitan dan ingin melihat keempat putranya memiliki istri. Lalu ia memerintahkan keempat putranya untuk merantau mencari istri ke kerajaan-kerajaan lain. Putra pertama menikah dengan Putri Siak, putra ketiga menikah dengan Putri Johor, dan putra ketiga menikah dengan putri Sriwijaya. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan cerita sebagai berikut. Pada zaman dahulu kala tersebutlah seorang yang bernama Dang Tuanku. la adalah kemenakan Bunda Kanduang dari Minangkabau 29 Anda Wahyu R : Nilai-Nilai Psikologis Dalam Cerita Laksamana Raja Lautan, 2009. USU Repository © 2009 dan setelah dewasa menjadi raja di Bilah Labuhan Batu Sumatera Utara. la mempunyai empat orang anak dan semuanya laki-laki. Di suatu hari Raja Dang Tuanku memanggil keempat anaknya untuk berkumpul. la merasa keadaannya semakin lemah. Oleh karena itu keempat anaknya diminta agar segera mencari jodoh dan menikah. Atas perintah ayahnya, keempat anak Raja Bilah berangkat menaiki galiung semacam perahu yang terbuat dari pohon kayu besar yang bias berlayar untuk mengarungi sungau atau laut lepas. Pertama mereka berangkat menuju Pekan Baru. Di sana mereka berjumpa dengan anak Raja Siak. Dengan tidak memakan waktu lama anak yang paling tahu dari Raja Bilah Dang Tuanku kemudian dipinangkan dengan putri Raja Siak yang tertua pula, yang bernama Mahmudsyah. Secara singkat, setelah perkawinan mereka diselesaikan, lalu mereka segara berangkat ke Selat Malaka dan merekapun samapi di Negeri Johor. Di negeri ini mereka lalu meminang putrid Negeri Johor untuk anak Dang Tuanku yang kedua. Merea pun diterimanya dan dikawinkan dengan putri Raja Johor yang bernama Akbariyah. Begitu selesai acara perkawinannya, lalu berangkat menuju arah pulang dan singgah di Palembang. Di sana mereka meminang putrid Raja keturunan Sriwijaya justru putri itupun anak yang ketiga pula. la bernama Muazanayah. Dan perkawinan ini pun segara dilaksanakan LRL: hal 1-5 2 Tahap Generating Circumstances, yaitu tahap dimana peristiwa mulai bergerak memunculkan konflik. Peristiwa-peristiwa yang termasuk dalam tahapan ini adalah dimulai dengan terjadinya ombak besar di tengah lautan yang menghantam kapal anak-anak raja Dang Muda dan menyangkutkan sauh mereka pada sebuah benda. Laksamana diutus untuk membebaskan sauh dan berhasil bahkan berhasil pula 30 Anda Wahyu R : Nilai-Nilai Psikologis Dalam Cerita Laksamana Raja Lautan, 2009. USU Repository © 2009 membawa 2 peti besar perhiasan dan seorang istri yang juga dimasukkan ke dalam salah satu kotak yang berisikan perhiasan tesebut. Ini dikuatkan dari kutipan cerita sebagai berikut. Tatkala mereka sedang berlayar, dengan tiba-tiba datang angin kencang. Mereka terombang-ambing dalam perahu karena terpukul oleh angin ribut sehingga tali sauhnya tersangkut pada suatu benda di dalam laut. Dalam keadaan demikian ketiga istri mereka melarang suaminya. Laksamana mengusulkan dirinya yang turun melepas tali perahu. Laksamana berjanji bila ia turun ke laut dan menemukan sesuatu dalam dasar laut itu, benda itu miliknya sendiri. Laksamana bertemu dengan raja Jin Zulkarnain dan dinikahkan dengan putrinya Mayang Murai. Dan memberikan hadiah berupa dua peti besar perhiasan emas intan berlian. Namun setelah Laksamana membuka peti yang semula dikunci kuat itu, saudara-saudaranya menjadi sangat terkejut. LRL, hal 6-8 3 Tahap Rising Action tahap peningkatan konflik, pada tahap ini cerita mulai bergerak ke arah konflik cerita. Adapun peristiwa-peristiwa yang terdapat dalam tahapan pada cerita rakyat LRL adalah ketika Mahmudsyah merasa iri dan dengki dengan keberuntungan adiknya, Laksamana, yang memperoleh banyak harta dan seorang istri yang cantik jelita melebihi kecantikan istrinya dan istri kedua saudaranya yang lain. Maka pada suatu malam saat mereka berdua mendapat tugas untuk mengendalikan kapal, Mahmudsyah melihat kesempatan untuk membunuh Laksamana yang sedang duduk termenung di pinggir kapal. Lalu diam-diam diambilnya pedang dan dilayangkan ke arah leher Laksamana. Laksamana walau duduk termenung merasa ada angin dari arah belakang lalu mengelak akibatnya ia terjatuh ke laut. Mahmudsyaha yang melihat kesempatan itu lalu menambah laju perahunya dan meninggalkan Laksamana berenang sendiri di tengah lautan. Laksamana bertemu dengan seekor hiu parang dan memegang 31 Anda Wahyu R : Nilai-Nilai Psikologis Dalam Cerita Laksamana Raja Lautan, 2009. USU Repository © 2009 erat-erat sirip atas hiu itu dan ikut kemana hiu itu berenang dan akhirnya ia sampai di pesisir pantai negeri Bilah. Hal ini seperti yang terlihat pada kutipan berikut : Namun sayangnya Mahmudsya salah satu saudaranya ternyata memiliki perangai yang buruk. la merasa dengki dan iri karena Laksamana adiknya berhasil mendapat istri yang cantik dan oleh mertuanya diberi emas dan intan yang jumlahnya tidak sedikit. Dengan perlahan-lahan Mahmudsyah mengendap mendatangi Laksamana yang masih larut dalam lamunannya. Mahmudsyah mengayunkan pedangnya ke leher Laksamana. Keadaan itu membuat ia terkejut. Untung ia terus mengelak. Namun karena saat itu keadaan tidak seimbang Laksamana terjatuh ke laut. Laksamana yang gagah perkasa itu tetap saja berenang di laut lepas tanpa bertepi.Tanpa berpikir panjang saat yang demikian sulit dengan tiba-tiba tangannya merangkul sebua benda. Ternyata benda itu adalah seekor hiu parang, la memeluk tubuh ikan hiu, akhirnya sampailah di tepian negeri Bilah LRL, hal: 9-13 4 Tahap Climax tahap puncak cerita, tahap ini terdapat pada peristiwa ketika Laksamana ditemukan oleh seorang tukang canang yang terdampar di tepi pantai. Tukang canang menolong Laksamana dan memberi tahu bahwa raja sedang mengadakan sayembara bila dapat membuka peti besar milik raja akan dijadikan Raja Muda di negeri Bilah. Laksamana menyuruh tukang canang untuk memberita tahu raja bahwa dirinya mampu tetapi harus diberikan seperangkat pakaian seorang raja seperti yang dipakai oleh Raja Dang Muda, raja kerajaan Bilah. Permintaan itu dipenuhi raja Dang Muda, kemudian Laksamana meminta tukang canang lagi menyampaikan bahwa ia bisa datang ke istana apabila diberikan kuda tunggangan sang raja. Permintaan- permintaan yang dilakukan oleh Laksamana sebenarnya bukanlah hal 32 Anda Wahyu R : Nilai-Nilai Psikologis Dalam Cerita Laksamana Raja Lautan, 2009. USU Repository © 2009 yang wajar karena hanya seorang raja atau anak raja sajalah yang boleh memakai pakaian kebesaran raja dan menunggangi kuda raja. Begitu pun Raja Dang Muda memenuhi keinginan Laksamana karena ia ingin tahu seperti apa pemua yang berani meminta itu semua tanpa mempertimbangkan akibat yang akan diterimanya nanti, yakni hukum pancung. Rasa penasaran raja ini wajar karena semua pemuda dan orang pintar yang ada di kerajaan Bilah tidak ada yang dapat membuka peti besar tersebut. Peristiwa itu seperti yang terlihat pada kutipan berikut : Karena peti tidak dapat dibuka, lalu raja Dang Tuanku memanggil tukang canang untuk mengumumkan siapa seluruh rakyat yang bisa membuka peti besar akan diangkat menjadi raja muda di negeri Bilah sehingga banyak rakyat yang berdatangan. Dan setelah keadaannya pulih sehat seperti semula, tukang canang menanyakan kepada Laksamana, Apakah engkau bersedia untuk membuka kunci peti besar yang ada di istana Bilah? ternyata Laksamana bersedia. Karena itu Laksamana meminta syarat agar pakaian kebesaran raja itu untuk diantarkan ke tepian laut. Dan bila syarat itu dilakukan past apa yang dikehendaki raja bisa akan terwujud. Setelah mendengar cerita tukang canang, raja Dang Tuanku tercenung sejenak lalu menyuruh dayang-dayang menyerahkan pakaian yang diminta tukang canang. Dalam hatinya bila tidak berhasil maka tukang canang dan pemuda itu akan dihukumnya pancung. Sungguh ajaib bin aneh,pikir baginda raja. Kalau baginda anak muda itu bukan saja anak sembarangan, tetapi memiliki ilmu yang tinggi, karna dirinya bisa membuka peti besar yang terkunci rapat ini demikian raja memperkirakan. Baiklah, kau antarkan saja kudaku ini agar anak muda itu mau datang membukakan peti terkunci ini. Ayo pengawal keluarkan kuda tungganganku dan berikan kepada tukang canang. 33 Anda Wahyu R : Nilai-Nilai Psikologis Dalam Cerita Laksamana Raja Lautan, 2009. USU Repository © 2009 LRL, hal: 14-21 5 Tahap Denoument tahap penyelasaian cerita, peristiwa yang terdapat pada tahapan ini adalah ketika Laksamana datang ke istana dengan menunggangi kuda tunggangan raja dan duduk di belakangnya tukang canang. Sesampainya di istana seluruh penghuni istana sangat terkejut karena yang datang ternyata adalah Laksamana, putra bungsu raja yang dikabarkan telah meninggal dunia di laut. Raja Dang Tuanku sangat gembira dan memeluk Laksamana erat-erat sambil menangis. Laksamana juga telah memaafkan kesalahan abangdanya, Mahmudsyah, dengan tidak menceritakan keadaan sebenarnya kepada ayahandanya. Ketika raja mangkat maka diangkatlah Laksamana sebagai penggati raja di Bilah karena budi pekertinya yang baik. Peristiwa tersebut dapat dijumpai dalam kutipan cerita LRL sebagai berikut : Sesampai di ambang pintu gerbang istana Bilah, seluruh pengawal memberi hormat pemuda yang sanggup membuka peti tadi. Apalagi ia naik kuda tunggangan raja, tentu saja merupakan pemuda yang patut dihormati. la mulai memasuki ruang istana tanpa canggung dan rasa sungkan. Semua kerabat istana merasa heran dan mereka memandangnya dengan tidak berkedip. Ternyata darah mereka tersirap. Setelah diperhatikan dengan seksama ternyata pemuda yang dibawa tukang canang itu ternyata putra raja sendiri yang bernama Laksamana. Hamba tertidur dalam perahu, kemudian datang angin kencang dan ananda terjatuh ke laut. Untung ananda ditolong ikan hiu dan dihempaskan ombak di pantai Bilah sehingga ananda ditemukan tukang canang1 demikian penjelasan Laksamana sambil tersenyum melirik abangnya, Mahmudsyah, yang tertunduk malu. LRL, hal: 22-23 34 Anda Wahyu R : Nilai-Nilai Psikologis Dalam Cerita Laksamana Raja Lautan, 2009. USU Repository © 2009

2.4. Latar