T e o r i

Hans Marpaung : Deskripsi Tari Tamborin Dan Musik Pengiring Pada Ibadah Raya Gereja Bethel Indonesia GBI Tanjung Sari Medan, 2009. Koentjaraningrat 1986:160, bahwa masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut sistem adat tertentu yang bersifat kontiniu dan terikat oleh rasa identitas bersama.

1.4.2 T e o r i

Teori adalah salah satu acuan yang digunakan untuk menjawab masalah- masalah yang timbul dalam tulisan ini. Dengan pengetahuan yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen serta pengalaman kita sendiri merupakan landasan dari pemikiran untuk memperoleh suatu teori-teori yang bersangkutan Koentjaraningrat 1983 : 30. Koentjaraningrat 1985:243 juga mengatakan bahwa komponen upacara ada empat yaitu tempat upacara, saat upacara, benda-benda dan alat upacara, serta orang yang melakukan dan memimpin upacara. Melihat teori di atas bahwa tari tamborin merupakan tarian yang terdapat dalam ibadah raya. Tarian ini mempunyai waktu dan tempat yang disediakan dalam ibadah, beberapa orang penari dan pemusik yang mengiringi tarian, dan jemaat dalam ibadah. Pada ibadah raya ini ibadah dipimpin oleh seorang pemimpin pujian atau disebut worship leader. Seorang pemimpin pujian akan mengorganisir jalannya ibadah. Pembahasan fungsi yang lebih luas menyangkut fungsi tari tamborin pada ibadah Gereja Bethel Indonesia GBI, penulis juga mengutip teori Soedarsono yang mengatakan bahwa secara garis besar fungsi seni pertunjukan dalam kehidupan manusia dikelompokkan menjadi 3 yaitu, 1 seni sebagai sarana ritual, penikmatnya Hans Marpaung : Deskripsi Tari Tamborin Dan Musik Pengiring Pada Ibadah Raya Gereja Bethel Indonesia GBI Tanjung Sari Medan, 2009. adalah kekuatan-kekuatan yang tidak kasat mata, 2 seni sebagai sarana hiburan pribadi, penikmatnya adalah pribadi-pribadi yang melibatkan diri dalam pertunjukan, dan 3 seni sebagai presentasi estetis, yang pertunjukannya harus dipersentasikan atau disajikan kepada penonton 9 Berkenaan dengan fungsi musik, menurut Alan P. Merriam terdapat sekurang- kurangnya sepuluh fungsi musik, yaitu : 1 fungsi pengungkapan emosional, 2 fungsi penghayatan estetika, 3fungsi hiburan, 4 fungsi komunikasi, 5 fungsi perlambangan, 6 fungsi reaksi jasmani, 7 fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara keagamaan, 8 fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial, 9 fungsi kesinambungan kebudayaan, dan 10 fungsi pengintegrasian masyarakat Merriam, 1964:219-226. Dengan melihat kesepuluh fungsi musik di atas, maka musik pengiring tari tamborin digolongkan ke dalam fungsi pengungkapan emosional dan fungsi keagamaan. . Penggunaan teori yang disampaikan oleh R.M Soedarsono, penulis terapkan hanya pada pendapat pertama. Pendapat pertama yaitu seni sebagai sarana ritual. Bila ditinjau pendapat dari Soedarsono maka dapat kita lihat bahwa tarian ini merupakan bagian dari kegiatan ritual keagamaan, dimana dalam hal ini tari tamborin merupakan salah satu bagian dari ibadah. Jemaat menyakini adanya kehadiran Tuhan dalam ibadah ini untuk bersekutu. Sehingga jemaat memuji dan menyembah Tuhan dengan nyayian-nyayian, doa-doa dan tarian, dengan harapan adanya berkat dari Tuhan. 9 R.M Soedarsono Metodologi Penelitian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa 1999:170 Hans Marpaung : Deskripsi Tari Tamborin Dan Musik Pengiring Pada Ibadah Raya Gereja Bethel Indonesia GBI Tanjung Sari Medan, 2009. Untuk menggambarkan makna yang terkandung pada pertunjukan tari tamborin, penulis menggunakan pendekatan yang dikatakan Soedarsono 1972:81-98 yang mengatakan bahwa tari adalah seni yang memiliki substansi dasar yaitu gerak yang telah diberi bentuk ekspresif dimana gerakan ini memiliki hal-hal yang indah dan menggetarkan perasaan manusia, yang di dalamnya mengandung maksud tertentu dan juga mengandung maksud simbolis yang sukar untuk dimengerti. Dalam meneliti gerak tari tamborin tersebut terdapat teori Notasi Laban Edi Sedyawati, 2006:298 yang membahas secara detail bentuk dan polanya, mengingat penulis tidak sanggup secara detail untuk menotasikan gerak tari pada teori Notasi Laban, maka dalam tulisan ini penulis akan menggunakan lambang–lambang umum dan sederhana yang dapat mewakilkan pola gerak tari tamborin dengan teori kineosiologi. Teori kenesiologi adalah ilmu yang mempelajari gerak. Fokus dari teori kinesiologi ini adalah membahas fungsi dan gerak tubuh. Hubungan musik dan tari adalah suatu fenomena yang berbeda tetapi dapat juga digabungkan dengan aspek yang mendukung. Musik merupakan rangkaian ritme dan nada sedangkan tarian adalah rangkaian gerak, ritme dan ruang, dimana fenomena keduanya merupakan suatu yang berlawanan, yang mana musik merupakan fenomena yang terdengar tapi tidak terlihat dan tarian merupakan fenomena yang terlihat tapi tidak terdengar Wimbrayardi 1999:9-10 Untuk melakukan analisis musikal terhadap tari penulis menggunakan teori yang diungkapkan Nettl 1964:145 dalam menganalisis bunyi musikal hal-hal yang terpenting dilakukan adalah melihat aspek ritem, melodi dan musik. Kemudian Malm Hans Marpaung : Deskripsi Tari Tamborin Dan Musik Pengiring Pada Ibadah Raya Gereja Bethel Indonesia GBI Tanjung Sari Medan, 2009. 1977:15, menyebutkan bahwa beberapa bagian penting yang harus diperhatikan dalam menganalisis melodi adalah: 1 scale tangga nada; 2 pitcher center nada pusat; 3 reciting tone wilayah nada; 4 jumlah nada; 5 penggunaan interval; 6 pola cadensa; formula melodi; 8 kantur. Untuk menotasikan musik, penulis akan berpedoman pada tulisan Seegar 1971:24-34 yang mengemukakan bahwa ada dua jenis notasi, yang dibedakan menurut tujuan notasi tersebut. Pertama adalah notasi perskriptif yaitu notasi yang bertujuan untuk seorang penyaji bagaimana ia harus menyajikan sebuah komposisi dari musik, selanjutnya disebutkan bahwa notasi ini merupakan suatu alat untuk membantu mengingat. Kedua adalah notasi deskriptif yakni, notasi yang bertujuan untuk menyampaikan kepada pembaca ciri-ciri dan detail-detail dari komposisi musik yang memang belum diketahui oleh pembaca. Menurut penulis teori-teori dengan pendekatan para ahli tersebut di atas sangat relevan dengan topik permasalahan dalam tulisan ini, oleh karena itu penulis akan menggunakannya sebagai landasan kerangka berfikir untuk pembahasan selanjutnya.

1.5 Metode Penelitian