Hans Marpaung : Deskripsi Tari Tamborin Dan Musik Pengiring Pada Ibadah Raya Gereja Bethel Indonesia GBI Tanjung Sari Medan, 2009.
b. Pokok-pokok Penting Ajarannya
1. Pujian.
Adalah luapan kegembiraan dan ucapan rasa syukur dari lubuk hati orang percaya. Hasilnya, orang tersebut memiliki kemampuan baru memuliakan Allah,
sebagaimana nampak dalam lagu-lagu pujian Kharismatik yang spontan. Seperti melompat dan bertepuk tangan.
2. Penginjilan.
Bagi sebagian orang hal ini mendorong mereka untuk menginjili lebih efektif lagi, sedangkan bagi sebagian orang yang lain merupakan dorongan untuk menginjili
untuk pertama kalinya. Mereka memiliki kemampuan dan keberanian baru untuk berbicara kepada orang lain tentang Tuhan Yesus Kristus.
Kegiatan penginjilan dapat dilakukan secara berkelompok maupun secara sendiri. Dimana tempat yang dituju biasanya adalah daerah yang jarang bahkan
belum ada penginjilan. 3.
Karunia-karunia Roh. Hal ini yang paling banyak disebut sebagai ciri Kharismatik hal ini sesuai
dengan yang tertulis di dalam Alkitab yaitu I Korintus 12:8-10. Kendati daftar ini memuat sembilan charismata, namun karunia yang paling utama dan paling banyak
dibicarakan adalah glossolalia bahasa lidah, nubuat dan penyembuhan.
Hans Marpaung : Deskripsi Tari Tamborin Dan Musik Pengiring Pada Ibadah Raya Gereja Bethel Indonesia GBI Tanjung Sari Medan, 2009.
4. Kuasa Rohani.
Hal ini berbicara tentang keseluruhan pandangan dan praktek gerakan Kharismatik. Kuasa Rohani terjadi setelah orang tersebut menerima Baptisan Roh.
Hal ini terlihat dalam kemampuan memuji Allah, menginjili, mengusir dan mengalahkan si jahat, serta mempraktekkan karunia-karunia Roh. sumber
www.wikipedia.org
c. Jalan Masuk dan Perkembangannya di Indonesia
Gerakanaliran Kharismatik pertama kali masuk ke Indonesia pada bagian kedua tahun 1960-an melalui penginjil-penginjil dari Amerika Serikat dan Eropa.
Dalam waktu sangat singkat gerakan ini berkembang dengan sangat pesat di Indonesia, hal ini terlihat dengan semakin pesat berkembang sehingga pengaruhnya
hampir sejajar dengan Gereja yang sudah terlebih dahulu ada.. Dewasa ini hampir di seluruh wilayah Indonesia terdapat gereja yang
beraliran Kharismatik. Gerakanaliran ini memiliki pengaruh yang sangat besar, terutama dikalangan pemudamahasiswa. Selain karena semangat yang luar biasa dari
para penginjilnya, “keunggulan” aliran ini terletak pada pola peribadahannya yang sangat memikat, yang ditunjang oleh musik yang ditata dengan sangat apik.
Adapun ekspresi-ekspresi umum dalam sistem tata ibadah Gereja Bethel Indonesia GBI dapat dibagi dalam enam pengelompokakan besar, yaitu:
1. Pertama, kebiasaan atau praktek ibadah yang dihubungkan dengan gerakan tubuh.
Ini mencakup wilayah kegiatan yang luas seperti mengangkat tangan, doa lantang,
Hans Marpaung : Deskripsi Tari Tamborin Dan Musik Pengiring Pada Ibadah Raya Gereja Bethel Indonesia GBI Tanjung Sari Medan, 2009.
bertepuk tangan, menyanyi dengan berbagai ekspresi wajah, bernyanyi terus menerus untuk jangka waktu yang panjang pada awal ibadah, menari, melompat-
lompat di tempat, dan sebagainya 2.
Kedua, kebiasaan atau praktek ibadah yang dihubungkan dengan unsur atau kewajiban selebratif. Ini mencakup: mengulang-ulang lagu, bertepuk tangan,
bernyanyi dengan keras, permainan musik seperti band, penyayi latar, tari tamborin, perpaduan “kebudayaan elektronis”, berbicara dalam bahasa lidah,
musik yang keras, dan sebagainya. 3.
Ketiga, kebiasaan atau praktek ibadah yang dihubungkan dengan bentuk dan dekorasi interior yang artistik. Ini akan mencakup: memisahkan bagian depan
tempat ibadah untuk dipakai oleh band musik dan peralatan mereka, penggunaan spanduk dekoratif, ayat-ayat Kitab suci terpasang di dinding, sebuah altar kecil
atau kadang-kadang tanpa altar, karangan bunga yang ditempatkan khusus guna menambah semarak warna, menari, dan sebagainya.
4. Keempat, kebiasaan dan praktek ibadah yang dihubungkan dengan struktur
ibadah. Tata gereja pada umumnya merefleksikan keluesan, tetapi dapat juga mengandaikan suatu struktur tertentu yang bersifat tetap dan yang khusus untuk
jemaat individual. 5.
Kelima, kebiasaan dan praktek yang dihubungkan dengan pelayanan gerejawi. Ini mencakup: penumpangan tangan dalam gerakan yang bergetar untuk melepaskan
kuasa, doa syafaat yang keras, memproklamasikan kelepasan dalam nada yang
Hans Marpaung : Deskripsi Tari Tamborin Dan Musik Pengiring Pada Ibadah Raya Gereja Bethel Indonesia GBI Tanjung Sari Medan, 2009.
agresif, menengking si jahat dengan nada memerintah, berbagi kesaksian, pengurapan dengan minyak dan sebagainya.
6. Keenam, kebiasaan dan praktek ibadah yang dihubungkan dengan ekspresi
linguistik dan pemilihan kata-kata yang populer. Ini mencakup: -
“Marilah kita memberikan tepukan tangan” -
“Marilah kita menaikkan puji-pujian” -
Tanggapan yang sering dengan mengucapkan “Amin” atau “Halleluya”, Atau “Puji Tuhan”
- “Marilah kita merayakannya” atau “Allah mengasihimu”
- “Angkatlah tanganmu dan sembahlah Allah”
- “Marilah kita menyambut Kristus di tengah-tengah kita”
- “Kristus hadir di tengah-tengan kita”
- “Kami menyambut-Mu Tuhan Roh Kudus”
- “Roh Kudus tengah bergerak diantara kita”
- “marilah kita masuk menghadap Yang Maha kudus dengan puji-pujian”
Samuel, Wlfred J, 1970:109
2.5 Bahasa