BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil identifikasi tumbuhan dilakukan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI adalah
tumbuhan ruku-ruku Ocimum sanctum L. dari suku Labiateae Frans, 2007. Hasil dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 59, gambar tumbuhan dapat dilihat
pada lampiran 2 hal 60. Penyarian terhadap daun ruku-ruku dilakukan secara maserasi dengan
pelarut etanol 80, dimana diharapkan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya dapat tersari. Hasil pengumpulan sampel sebanyak 10 kg menghasilkan
2,753 kg serbuk simplisia, dan dari 2 kg serbuk simplisia diperoleh ekstrak etanol kental 180 g.
4.1 Hasil Karakterisasi Ekstrak Etanol
Standarisasi ekstrak daun ruku-ruku belum tercantum dalam monografi tumbuhan Materia Medika Indonesia. Hasil penetapan kadar air ekstrak daun
ruku-ruku adalah 14,657, jika dilihat standarisasi kadar air ekstrak kental secara umum sudah memenuhi persyaratan yaitu tidak melebihi 30 Voigt, 1995.
Hasil karakterisasi ekstrak daun ruku-ruku yang didapat ini diharapkan sebagai acuan guna pemenuhan terhadap persyaratan sebagai bahan dan penetapan nilai
berbagai parameter dari produk Hasil pemeriksaan karakterisasi ekstrak etanol
daun ruku-ruku dapat dilihat pada tabel 2 berikut, contoh perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 8 halaman 66.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Hasil Karakterisasi Ekstrak Etanol No.
Penetapan Kadar
Persyaratan MMI 1.
Kadar air 14,657
_ 2.
Kadar abu total 13,831
_ 3.
Kadar abu yang tidak larut dalam asam
29,935 _
4. Kadar sari yang larut dalam air
19,396 _
5. Kadar sari yang larut etanol
14,662 _
Penetapan kadar air dilakukan untuk memberi batasan atau rentang
besarnya kandungan air di dalam ekstrak, karena tingginya kandungan air menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat cemaran bakteri dan bahan aktifnya
penguraian secara kimia. Penetapan kadar sari larut dalam air dan etanol untuk mengetahui banyaknya senyawa polar yang larut dalam air etanol. Sedangkan
penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam untuk mengetahui kandungan mineral yang ada pada ekstrak, kadar abu total yang tinggi
menunjukkan banyaknya kandungan zat anorganik seperti logam-logam yang dalam jumlah yang tinggi dapat membahayakan kesehatan.
4.2 Hasil Pembuatan Nata De Coco
Hasil pembuatan nata de coco diperoleh nata de coco memiliki bentuk padat, menyerupai gel, terapung pada bagian permukaan cairan, berwarna putih
dan kenyal. Berat nata de coco pada masing-masing wadah bervariasi, yaitu rata- rata berat basah 369,4 g dan ketebalan rata-ratanya 0,709 cm. datanya sebagai
berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 3. Hasil pembuatan nata de coco No
Nata de coco Berat basah g
Ketebalan cm 1
361 0,65
2 366
0,71 3
356 0,57
4 374
0,77 5
381 0,84
6 363
0,61 7
398 0.95
8 369
0.68 9
374 0.75
10 352
0,56
Proses terbentuknya nata merupakan rangkaian aktifitas bakteri Acetobacter xylinum dengan nutrien yang ada pada media cair, karena
Acetobacter xylinum adalah bakteri yang memproduksi selulosa, maka nutrien yang berperan adalah nutrien yang mengandung glukosa yaitu air kelapa dan gula
pasir. Pada gula pasir, glukosa terbentuk melalui reaksi hidrolisis sukrosa dengan air. Glukosa yang berperan dalam pembentukan selulosa adalah glukosa dalam
bentuk β sehingga semua glukosa yang ada dalam bentuk α akan diubah dalam bentuk β melalui enzim isomerase yang berada pada bakteri Acetobacter
xylinum. Tahap berikutnya glukosa berikatan dengan glukosa lain melalui ikatan 1,4 β-glikosida. Tahap terakhir adalah tahap polimerisasi yaitu pembentukan
Universitas Sumatera Utara
selulosa. Polimerisasi ini terjadi melalui enzim polimerisasi yang ada pada bakteri Acetobacter xylinum Piluharto, 2003.
4.3 Hasil karakterisasi nata de coco