3.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan tumbuhan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun ruku-ruku Ocimum sanctum L., bahan kimia berupa asam asetat 25, avicel pH
102, etanol hasil destilasi, NaOH, toluen dan urea. Air kelapa yang masak optimal tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda, akuades, gula pasir, stater
Acetobacter xylinum, nata de coco dan mikrokristal selulosa.
3.3 Penyiapan Serbuk Daun Ruku-ruku
Penyiapan serbuk daun ruku-ruku meliputi pengumpulan sampel, dan
pembuatan serbuk daun ruku-ruku. 3.3.1 Pengumpulan Sampel
Pengumpulan sampel dilakukan secara purposif tanpa membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah daun ruku-ruku Ocimum sanctum, L. yang masih segar berwarna hijau tua tidak terlau tua dan tidak terlalu muda, yang diambil dari
Jalan Selamat No.80, Kecamatan Medan Amplas, Kota madya Medan, Sumatera Utara.
3.3.2 Identifikasi Tumbuhan
Identifikasi tumbuhan daun ruku-ruku dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor
Frans, 2007.
3.3.3 Pengolahan Sampel
Daun ruku-ruku dibersihkan dari pengotoran, dicuci bersih dengan air mengalir, ditiriskan, kemudian dikeringkan di udara terbuka dan terlindung dari
cahaya matahari. Selanjutnya dikeringkan di lemari pengering pada suhu 50
o
C.
Universitas Sumatera Utara
Sampel yang telah kering dan rapuh diserbuk kemudian disimpan dalam wadah bersih.
3.4 Pembuatan Ekstrak Etanol
Pembuatan ekstrak daun ruku-ruku dilakukan dengan cara maserasi menggunakan pelarut etanol 80.
Sebanyak 2 kg serbuk simplisia dimasukkan ke dalam wadah gelas berwarna gelap dan ditambahkan pelarut etanol 80 sampai serbuk terendam
sempurna, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sering diaduk. Setelah 5 hari campuran tersebut diperas dan disaring. Ampas
ditambahkan cairan penyari sampai terendam sempurna, ditutup dan disimpan di tempat sejuk yang terlindung dari cahaya selama 2 hari sambil sering diaduk,
kemudian diperas dan disaring. Remaserasi ini dilakukan sebanyak tiga kali. Seluruh maserat digabungkan dan diuapkan menggunakan rotary evaporator pada
temperatur ± 40
o
C sampai diperoleh ekstrak kental Anief, 1997. 3.5 Karakterisasi Ekstrak
Pemeriksaan karakterisasi ekstrak meliputi penetapan kadar air, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu tidak larut dalam asam, penetapan kadar sari
larut dalam air dan penetapan kadar sari larut dalam etanol.
3.5.1 Penetapan Kadar Air
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode azeotropi destilasi toluena. Alat penetapan kadar air terdiri dari labu alas bulat 500 ml, alat penampung,
pendingin, tabung penyambung, tabung penerima 5 ml.
Universitas Sumatera Utara
Cara kerja: Ke dalam labu alas bulat dimasukkan 200 ml toluen dan 2 ml akuades,
didestilasi selama 2 jam. Setelah itu toluena didinginkan dan volume air pada tabung penerima dibaca. Kemudian ke dalam labu dimasukkan 5 g ekstrak yang
telah ditimbang seksama, dipanaskan hati-hati selama 15 menit. Setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur, kurang lebih 2 tetes tiap detik, hingga
sebagian air tersuling kemudian naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendingin dibilas dengan
toluen yang telah jenuh. Penyulingan dilanjutkan selama 15 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin sampai suhu kamar. Setelah air dan toluena
memisah sempurna, volume air dibaca. Selisih kedua volume air dibaca sesuai dengan kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa WHO, 1992.
3.5.2 Penetapan Kadar Abu Total
Zat ditimbang sebanyak ± 2 g dengan seksama dan dimasukkan ke dalam krus porselin bertutup yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus
dipijar perlahan-lahan sampai arang habis kemudian didinginkan dan ditimbang
sampai diperoleh bobot yang tetap Ditjen POM, 2000. 3.5.3 Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Dalam Asam
Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu total dididihkan dengan 25 ml asam klorida encer selama 5 menit. Bagian yang tidak larut dalam asam
dikumpulkan, disaring dengan kertas saring, lalu dicuci dengan air panas. Kemudian residu dan kertas saring dipijarkan sampai diperoleh bobot tetap,
didinginkan dan ditimbang beratnya Ditjen POM, 2000.
Universitas Sumatera Utara
3.5.4 Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air
Sebanyak 5 g ekstrak dimaserasi selama 24 jam dalam 100 ml air- kloroform 2,5 ml kloroform dalam akuades sampai 1000 ml dengan
menggunakan botol bersumbat warna coklat sambil sekali-kali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam dan disaring, sejumlah 20 ml
filtrat pertama diuapkan hingga kering dalam cawan yang telah dipanaskan dan ditara. Residu dipanaskan dalam oven pada suhu 105
o
C sampai diperoleh bobot tetap Depkes, 1995
b
.
3.5.5 Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Etanol
Sebanyak 5 g ekstrak dimaserasi selama 24 jam dalm 100 ml etanol 96 dengan menggunakan botol bersumbat berwarna coklat sambil sekali-kali dikocok
selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama 18 jam dan disaring. Sejumlah 20 ml filtrat pertama diuapkan hingga kering dalam cawan yang telah dipanaskan
dan ditara. Residu dipanaskan dalam oven pada suhu 105
o
C sampai diperoleh
bobot tetap Depkes, 1995
b
.
3.6 Pembuatan Stater
Sebanyak 2 liter air kelapa disaring dengan saringan yang dilapisi kain
halus sehingga terpisah dari kotoran. Air kelapa dididihkan sambil terus diaduk,
ditambahkan urea sebanyak 10 g, gula pasir sebanyak 400 g, diaduk hingga
larutan tercampur merata, setelah mendidih 15 menit angkat larutan dan dibiarkan
dingin dalam laminar air flow cabinet, kemudian ditambahkan asam asetat 25 diaduk hingga merata sampai diperoleh pH 3
−4. Larutan tersebut dituang kedalam 5 buah erlenmeyer 500 ml yang sudah steril sebanyak 400 ml, kemudian
ditambahkan stater Acetobacter xylinum ke dalam masing-masing erlenmeyer
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 80 ml 20, ditutup dengan kapas yang dibalut kain kasa. Inkubasi dan dibiarkan selama satu minggu, maka di permukaan media akan terbentuk lapisan
berwarna putih. Berarti, stater sudah jadi dan siap digunakan Warisno, 2004. 3.7 Pembuatan Nata De Coco
Sebanyak 5 liter air kelapa disaring dengan saringan yang dilapisi kain
halus sehingga terpisah dari kotoran. Air kelapa didihkan sambil terus diaduk, ditambahkan urea sebanyak 25 g, gula pasir 500 g, diaduk hingga larutan
tercampur merata, setelah mendidih 15 menit angkat larutan dan dibiarkan dingin laminar air flow cabinet, kemudian ditambahkan asam asetat 25 diaduk hingga
merata sampai diperoleh pH 3 −4. L arutan tersebut ke dalam 10 loyang plastik,
setiap loyang diisi 500 ml larutan dan ditambahkan stater berisi Acetobacter xylinum 50 ml untuk setiap loyang kemudian ditutup dengan kertas perkamen
bersih, inkubasi selama 12 hari Warisno, 2004.
3.8 Karakterisasi Nata De Coco 3.8.1 Susut Pengeringan