sebanyak 80 ml 20, ditutup dengan kapas yang dibalut kain kasa. Inkubasi dan dibiarkan selama satu minggu, maka di permukaan media akan terbentuk lapisan
berwarna putih. Berarti, stater sudah jadi dan siap digunakan Warisno, 2004. 3.7 Pembuatan Nata De Coco
Sebanyak 5 liter air kelapa disaring dengan saringan yang dilapisi kain
halus sehingga terpisah dari kotoran. Air kelapa didihkan sambil terus diaduk, ditambahkan urea sebanyak 25 g, gula pasir 500 g, diaduk hingga larutan
tercampur merata, setelah mendidih 15 menit angkat larutan dan dibiarkan dingin laminar air flow cabinet, kemudian ditambahkan asam asetat 25 diaduk hingga
merata sampai diperoleh pH 3 −4. L arutan tersebut ke dalam 10 loyang plastik,
setiap loyang diisi 500 ml larutan dan ditambahkan stater berisi Acetobacter xylinum 50 ml untuk setiap loyang kemudian ditutup dengan kertas perkamen
bersih, inkubasi selama 12 hari Warisno, 2004.
3.8 Karakterisasi Nata De Coco 3.8.1 Susut Pengeringan
Nata de coco dipotong dadu dengan ukuran 1x1 cm, ditimbang berat basahnya, di freeze dryer pada suhu
− 40
o
C selama 24 jam kemudian dikeringkan di oven pada temperatur 105°C selama 30 menit, didinginkan, ditimbang sampai
berat konstan.
3.8.2 Uji Daya Serap Air
Pengujian daya serap air dilakukan dengan cara nata de coco yang telah kering direndam ke dalam air pada suhu kamar selama 24 jam, kemudian
ditimbang beratnya.
Universitas Sumatera Utara
3.8.3 Uji Berat Jenis
Pengujian berat jenis dilakukan dengan cara nata de coco dipotong 1x1 cm yang diambil dari berbagai wadah, ditimbang kemudian hasilnya dibagi dengan
volume. 3.9 Pembuatan Mikrokristal Selulosa
Nata de coco yang berupa lempengan sebanyak 2 kg ditiriskan dan dipotong-potong kemudian nata de coco dihancurkan sampai menjadi bubur dan
dikeringkan pada 95°C selama 12 jam. Serbuk yang telah kering disebut serbuk selulosa kemudian dihaluskan lagi untuk tahap selanjutnya.
Serbuk selulosa dididihkan dalam air panas kemudian disaring dan dipisahkan bagian larut dan tidak larut. Bagian yang tidak larut dididihkan dengan
natrium hidroksida 2 selama 10 −15 menit dan dipisah kan lagi dengan cara
penyaringan. Residu yang diproleh dicuci dengan akuades sampai pH 6 −7.
Kemudian residu tersebut direndam dengan natrium hidroksida 18 selama 10
−15 menit, dan residu dipisahkan dengan penyaringan. Residu dicuci lagi dengan akuades hingga pH 6
−7 dan dikeringkan pada oven 50
o
C, residu yang diperoleh disebut sebagai
α-selulosa. Serbuk
α-selulosa dihidrolisis menggunakan asam klorida 2,5 N dengan pendidihan selama 10
−15 menit kemudian disaring. Residu yang diperoleh dinetralkan dengan akuades kemudian dikeringkan dan dihaluskan secara mekanik
selanjutnya disebut sebagai selulosa mikrokristal Yanuar dkk, 2003. 3.10 Karakterisasi Mikrokristal Selulosa
3.10.1 Uji Keputihan
Uji keputihan ini dilakukan secara visual dengan membandingkan keputihan fisik mikrokristal selulosa dengan avice
l
pH 102.
Universitas Sumatera Utara
3.10.2 Uji Berat Jenis Nyata
Ke dalam gelas ukur 10 ml dimasukkan 1 g mikrokristal selulosa. Baca volume. Kemudian di mampatkandihentakkan sebanyak 20X. Baca volume akhir.
3.11 Pembuatan Matriks Nata De Coco