2.3 Metode Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia
yang diekstrak mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang
terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam golongan minyak atsiri, alkaloida, dan flavonoida, dengan diketahuinya senyawa aktif yang
dikandung simplisia maka akan mempermudah pemisahan pelarut dan cara ekstraksi yang tepat Ditjen POM, 2000.
Berdasarkan atas sifatnya eksrak dikelompokkan sebagai berikut Voigt, 1995:
1. Ekstrak encer Extractum tenue. Sediaan ini memiliki konsistensi
semacam madu dan dapat dituang. 2.
3. Ekstrak kental Extractum spissum. Sediaan ini liat dalam keadaan dingin
dan tidak dapat dituang.
4. Ekstrak kering Extractum siccum. Sediaan ini memiliki konsistensi keing
dan mudah digosokkan.
Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut, yaitu : Ekstrak cair Ectractum fluidum. Dalam hal ini diartikan sebagai ekstrak
cair, yang dibuat sedemikian rupa sehingga 1 bagian simplisia sesuai dengan 2 bagian kadang-kadang satu bagian ekstrak cair.
1. Maserasi
Maserasi berasal dari kata ”macerare” artinya melunakkan. Maserat adalah hasil penarikan simplisia dengan cara maserasi, sedangkan maserasi adalah
Universitas Sumatera Utara
cara penarikan simplisia dengan merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari Syamsuni, 2006. M
2. Perkolasi
aserasi adalah proses pengekstrakan dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan. Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan seterusnya Ditjen
POM, 2000.
Perkolasi berasal dari kata ”percolare” yang artinya penetesan Voigt, 1995. Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Serbuk simplisia yang akan diperkolasi tidak langsung dimasukkan kedalam bejana perkolator,
tetapi dibasahi atau dimaserasi terlebih dahulu dengan cairan penyari sekurang- kurangnya selama 3 jam. Maserasi ini penting terutama pada serbuk simplisia
yang keras dan mengandung bahan yang mudah mengembang. Bila serbuk simplisia tersebut langsung dialiri dengan penyari, maka cairan penyari tidak
dapat menembus ke seluruh sel dengan sempurna Depkes, 1979; Ditjen POM, 2000.
3. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik Ditjen POM, 2000. 4.
Sokletasi Sokletasi adalah ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya dilakukan dengan menggunakan alat soklet sehingga terjadi
Universitas Sumatera Utara
ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik Ditjen POM, 2000.
5. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan
pada temperatur 40-50
o
C Ditjen POM, 2000. Dengan cara ini perolehan bahan aktif agak lebih banyak meskipun pada saat pendinginannya pada suhu kamar
bahan ekstraktif dalam skala besar mengendap Voigt, 1995. 6.
Infus Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98
o
C selama waktu tertentu 15-20 menit Ditjen POM, 2000; Syamsuni, 2006.
7. Dekok
Dekok adalah perebusan simplisia halus dicampur dengan air bersuhu kamar atau dengan air bersuhu 90
o
C sambil diaduk berulang-ulang dalam pemanasan air selama 30 menit. Perbedaannya dengan infus, rebusan disari panas-
panas Voigt, 1995. Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ≥30
menit dan temperatur sampai titik didih air Ditjen POM, 2000.
2.4 Uraian Tablet