Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Isfan 2006 di Padang yang menyatakan bahwa ada hubungan antara umur dengan status imunisasi dasar
pada anak. Demikian juga dengan yang dikatakan Hurlock 1998 bahwa umur sangat berpengaruh dengan tingkat pemahaman seseorang dalam suatu hal. Dengan
bertambahnya umur akan berpengaruh pada perkembangan pola pikir, perasaan dan tingkah laku. Semakin bertambah umur akan berpengaruh kepada pengalaman dalam
menghadapi sesuatu hal, demikian juga tentang pengalaman pemberian imunisasi dasar lengkap.
Hasil penelitian ini juga tidak sejalan dengan pendapat Notoatmodjo 2003 bahwa faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan seperti umur dapat
memengaruhi tindakan seseorang. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang berumur remaja lanjut, dewasa awal maupun dewasa madya tidak
berbeda tindakannya dalam pemberian imunisasi dasar lengkap. Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa pemberian imunisasi dasar lengkap oleh ibu tidak
berdasarkan umur tetapi berdasarkan pengalaman dari orang-orang terdekat yang sudah pernah memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayinya.
5.2.2. Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
Hasil analisis statistik dengan uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa variabel pekerjaan ibu tidak berpengaruh terhadap pemberian imunisasi dasar
lengkap p0,05. Hal ini sejalan dengan penelitian Waluyanti 2009 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan kepatuhan
dalam memberikan imunisasi bagi bayinya. Hasil penelitian ini juga didukung oleh
Universitas Sumatera Utara
Nurapliyanti 2009 bahwa tidak ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan perilaku ibu dalam memberikan imunisasi campak pada bayinya. Demikian juga hasil
penelitian Sulistiadi 2000 yang menemukan tidak ada hubungan antara status pekerjaan dengan perilaku ibu dalam mengimunisasikan campak pada anaknya. Hasil
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Khalimah 2007 yang menyatakan bahwa status pekerjaan ibu mempunyai hubungan yang signifikan dengan penerapan
imunisasi campak. Hal ini juga diperkuat dengan penelitian Siswandoyo dan Putro 2003 menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara status pekerjaan ibu
dengan kelengkapan imunisasi hepatitis B, disebutkan ibu yang tidak bekerja mempunyai resiko 4 kali status imunisasinya tidak lengkap dibandingkan dengan ibu
yang bekerja. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di lapangan menunjukkan
bahwa pekerjaan ibu tidak memengaruhi tindakannya dalam pemberian imunisasi dasar lengkap. Hal ini terlihat dari sebagian besar responden yang bekerja juga
melakukan pemberian imunisasi dasar lengkap.
5.2.3. Pengaruh Pendapatan terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap
Hasil analisis statistik dengan uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa variabel pendapatan ibu tidak berpengaruh terhadap pemberian imunisasi
dasar lengkap p0,05. Hal ini sesuai dengan penelitian Waluyanti 2009 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kepatuhan
dalam memberikan imunisasi bagi bayinya. Namun hal ini tidak sejalan dengan pendapat Azwar 1996, yang mengatakan bahwa kebutuhan dan tuntutan seseorang
Universitas Sumatera Utara
terhadap kesehatan salah satunya sangat dipengaruhi oleh keadaan sosial ekonomi keluarga tersebut
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu sebanyak 57 responden 77 masih memiliki pendapatan keluarga di bawah
UMK Rp 985.000,00. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan responden UMK mengenai alasan mereka memberikan imunisasi dasar lengkap adalah dengan
kondisi perekonomian mereka yang rendah membuat anak mereka gampang sakit dan itu membutuhkan biaya pengobatan yang tidak sedikit, sedangkan pendapatan mereka
per hari hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan keluarga saja. Melalui program pemerintah yaitu imunisasi yang diberikan kepada anak untuk mencegah
sakit, mereka akan membawa anak mereka ke posyandu untuk diimunisasi, meskipun dikutip biaya administrasi sebesar Rp 3.000,00 setiap kali selesai diimunisasi.
Kenyataan di lapangan, lebih banyak ibu yang membawa bayinya untuk diimunisasi ke posyandu yang terdekat dari lokasi tempat tinggal mereka dibandingkan dengan ke
puskesmas induk yang lokasinya lebih jauh sehingga membutuhkan biaya lebih besar untuk membayar uang transportasi.
Tidak adanya pengaruh variabel pendapatan dalam penelitian ini disebabkan ibu dengan pendapatan keluarga yang cukup tinggi mempunyai tindakan pemberian
imunisasi dasar lengkap yang cenderung sama dengan ibu dengan pendapatan keluarga relatif rendah.
Universitas Sumatera Utara
5.2.4. Pengaruh Sikap terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap