Gambaran Faktor - Faktor Yang Memengaruhi Tindakan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Dan Tidak Lengkap Pada Balita (12 Bulan) Di Desa Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten langkat Tahun 2013

(1)

GAMBARAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMENGARUHI TINDAKAN IBU TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP DAN

TIDAK LENGKAP PADA BALITA (12 BULAN) DI DESA SECANGGANG KECAMATAN SECANGGANG

KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2013

SKRIPSI

OLEH JUNIARTI PURBA

NIM. 091000166

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

SECANGGANG KECAMATAN SECANGGANG KABUPATEN LANGKAT

TAHUN 2013

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH JUNIARTI PURBA

NIM. 091000166

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

(4)

Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit, sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat. Pemberian imunisasi merupakan tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit infeksi tertentu seperti tuberculosis (TBC), difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, polio dan campak.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pengambilan sampel secara proporsional sampling.Penelitian ini dilakukan di desa Secanggang dengan populasi adalah semua ibu yang mempunyai balita berumur 12 bulan sebanyak 76 orang dan jumlah sampel yang diambil sebanyak 43 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dan tidak lengkap pada balita di Desa Secanggang, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat Tahun 2013.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran faktor predisposisi yaitu sebagian besar responden berusia 20-24 tahun sebanyak 65,1%, sebagian besar responden memiliki pendidikan tamat SMP sebanyak 34,8%, sebagian besar responden tidak bekerja/IRT sebanyak 81,4%. Pengetahuan responden masuk dalam kategori cukup yaitu 58,1%, sikap responden masuk dalam kategori cukup yaitu 72,1%. Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan tersedia dengan baik yaitu 97,7%, jarak ke sarana pelayanan kesehatan menjadi pendukung yang baik yaitu 100,0%. Dukungan petugas kesehatan berada pada kategori mendukung yaitu 95,3%. Dukungan keluarga responden berada pada kategori mendukung yaitu 88,4%. Tindakan responden tentang pemberian imunisasi dasar lengkap pada balita berada pada kategori baik yaitu 65,0%. Balita yang mendapat imunisasi dasar lengkap sebanyak 51,2%.

Dari hasil penelitian disarankan agar responden lebih aktif membawa anaknya diimunisasi dan peran keluarga agar ditingkatkan serta pelaksanaan kegiatan posyandu disesuaikan dengan waktu senggang ibu.

Kata Kunci : Faktor-faktor (predisposisi, pendukung, penguat), Tindakan, Imunisasi Dasar Lengkap


(5)

iii ABSTRACT

Immunization is a process of giving immunity toward babies and children against various diseases so that they can grow healthy. Immunization is a preventive measureent so that the body may not be infected by spesific diseases such as tuberculosis (TB), diphtheria, pertussis, tetanus, hepatitis B, polio and measles. The type of this research is descriptive with proportional sampling. This research was conducted in Secanggang village and the population are all mothers who have 12 months old children, namely 76 people and the samples are 43 people. This research aims to know the description of the factors influencing the actions of the mother toward the giving of complete and incomplete basic immunization to the children under five years old in Secanggang village, Secanggang sub district, Langkat regency in the year of 2013.

The result shows that the description of the predisposing factors are majority of respondents aged 20-24 years with 65.1%, most respondents completed junior high school namely 34.8%, most respondents are not working/housewife namely 81.4%. Respondent’s knowledge in enough category is 58.1%, respondent’s attitude in enough category is 72.1%. The availability of the health care facilities in a good condition that is 97.7%, the distance to the health care facilities becomes a good support that is 100.0%. Health worker’s support is in the supporting category, namely 95.3%. Respondent’s family support is in supporting category, namely 88.4%. Respondent’s action on the giving of complete basic immunization in children is in good categories, namely 65.0%. Children’s who get complete basic immunization is 51.2%.

From the results of this research, it is suggested that the respondents should more actively take their children to the immunization and the role of family should be increased, and the implementation of the growth monitoring sessions should be tailored with mothers’ spare time.

Key word : Factors (predisposing, enabling, reinforcing), Action, Complete Basic Immunization


(6)

Identitas Diri

Nama : Juniarti Purba

Tempat/Tanggal Lahir : Simpang Haranggaol/ 5 Juni 1991

Agama : Katolik

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Bersaudara : 3 (Tiga)

Alamat : Simpang Haranggaol Kec. Purba Kab. Simalungun

Email : juniartipurba91@gmail.com

Nama Ayah : Eliakim Purba

Nama Ibu : Perdiana Munthe

Riwayat Pendidikan

SD Negeri 091361 Purba Hinalang : Tahun 1997 – 2003 SMP RK Bunda Mulia Seribu Dolok : Tahun 2003 – 2006 SMA Negeri 4 Pematang Siantar : Tahun 2006 – 2009 Fakultas Kesehatan Masyarakat USU : Tahun 2009 – 2013

Riwayat Organisasi 1. IMAS USU


(7)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : “Gambaran Faktor-faktor Yang Memengaruhi Tindakan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap dan Tidak Lengkap Pada Balita di Desa Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2013”. Skripsi ini adalah salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman, MKM, selaku Ketua Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku FKM USU yang memberikan masukan kepada penulis. 3. Ibu dr. Linda T Maas, MPH, selaku Dosen Pembimbing I dan Ketua Penguji

yang telah banyak memberikan waktu dan pikiran dalam memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.


(8)

masukan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS, selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan masukan dan saran untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. 6. Ibu Lita Sri Andayani, SKM, M.Kes, selaku Dosen Penguji III yang telah

banyak memberikan saran dan masukan untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini.

7. Ibu Arfah Mardiani Lubis, S.Psi, M.Psi, selaku Dosen Penasihat Akademik. 8. Para Dosen dan Staf Pegawai Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

9. Bapak Dr. H. Gunawan, M.Kes, selaku Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat.

10. Bapak Syaful Anwar, S.Ag, selaku Kepala Desa Secanggang.

11. Bapak Ali Rose, SE, selaku staf pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat.

12. Ibu Syahyuni, selaku Sekretaris Desa Secanggang.

13. Ayahanda Tercinta E. Purba dan Ibunda Tercinta P. Munthe yang telah memberikan doanya tanpa kenal waktu, semangat, nasihat, dukungan dan kasih sayang yang tak terhitung banyaknya. Kalian adalah inspirasi terbesar dalam pencapaian tujuan hidupku.


(9)

vii

14. Kakakku Elisabet Malau dan abg M.Sinaga, adik-adikku Arnol Fredo Purba dan Septo Wira Dinata Purba yang telah memberikan doa dan dukungan selama penulis menyusun skripsi ini.

15. Sahabat-sahabat kost Gg Maju 27, kak Murni, kak Yolan, kak Christin, Ester, dan Mustika yang telah banyak memberikan dukungan dan semangat selama penyusunan skripsi ini.

16. Sahabat terbaikku Afriani Lingga, Doriani Lingga, Eonike Simatupang dan kak Arietha yang telah memberikan dukungan dan semangat selama penyusunan skripsi ini.

17. Teman seperjuangan Semprul Secanggang, semprul 2 Sri Ordika Siregar dan semprul 3 Dian Royana yang telah banyak membantu, mendukung dan memberikan semangat hingga penyusunan skripsi ini selesai.

18. Keluarga di Secanggang Anjang Leman dan Bu Ichi yang telah banyak membantu dan memberikan semangat selama penelitian ini.

19. Ikatan Mahasiswa Simalungun USU yang telah mendukung dan memberikan semangat selama penyusunan skripsi ini selesai.

20. Paduan Suara Gloria USU yang selalu mendukung dan memberikan semangat kepada penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.

21. Rekan – rekan peminatan Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku dan seluruh teman – teman di FKM USU.

22. Masyarakat Desa Secanggang yang selalu ramah menerima kehadiran penulis. Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih diperlukan penyempurnaan, hal ini tidak terlepas dari keterbatasan


(10)

Medan, Agustus 2013 Penulis


(11)

ix DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Riwayat Hidup Penulis ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Tujuan Umum ... 7

1.3.2 Tujuan Khusus ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1. Faktor-faktor yang Memengaruhi Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 10

2.1.1. Faktor-faktor Predisposisi (Predisposing factors) ... 11

2.1.1.1. Fakor Demografi ... 11

2.1.1.2. Pengetahuan (Knowledge ) ... 12

2.1.1.3. Sikap (Attitude) ... 15

2.1.1.4. Berbagai Tingkatan Sikap ... 16

2.1.1.5. Perubahan Sikap ... 19

2.1.2. Faktor-faktor Pendukung (Enabling factors) ... 20

2.1.2.1. Ketersediaan Sarana Pelayanan Kesehatan ... 21

2.1.2.2. Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan ... 21

2.1.3. Faktor-faktor Pendorong (Reinforcing factors) ... 21

2.1.3.1. Dukungan Petugas Kesehatan ... 22

2.1.3.2. Dukungan Keluarga ... 23

2.2. Tindakan (Practice) ... 25

2.3. Imunisasi ... 26

2.3.1. Pengertian Imunisasi ... 26

2.3.2. Tujuan Imunisasi ... 27

2.3.3. Pembagian Imunisasi ... 28

2.3.4. Jenis – jenis Imunisasi Dasar ... 29


(12)

2.4. Kerangka Konsep ... 39

BAB III METODE PENELITIAN ... 41

3.1. Jenis Penelitian ... 41

3.2. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 41

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 41

3.2.2. Waktu Penelitian ... 42

3.3. Populasi dan Sampel ... 42

3.3.1. Populasi ... 42

3.3.2. Sampel ... 42

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 43

3.4.1. Data Primer ... 43

3.4.2. Data Sekunder ... 43

3.5. Defenisi Operasional ... 44

3.6. Aspek Pengukuran ... 45

3.6.1. Faktor-faktor Predisposisi ... 45

3.6.2. Faktor-faktor Pendukung ... 47

3.6.3. Faktor-faktor Pendorong ... 48

3.6.4. Tindakan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 49

3.7. Pengolahan Data dan Analisa Data ... 49

3.7.1. Pengolahan Data ... 49

3.7.2. Analisa Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 51

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 51

4.1.1. Geografis ... 51

4.1.2. Demografi ... 51

4.2. Gambaran Faktor-faktor Predisposisi Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap dan Tidak Lengkap Pada Balita di Desa Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 53

4.2.1. Gambaran Faktor Demografi/Karakteristik Responden ... 53

4.2.2. Gambaran Pengetahuan Responden ... 55

4.2.3. Gambaran Sikap Responden ... 63

4.3. Gambaran Faktor-faktor Pendukung Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap dan Tidak Lengkap Pada Balita di Desa Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 67


(13)

xi

4.3.2. Gambaran Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan ... 70

4.4. Gambaran Faktor-faktor Pendorong Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap dan Tidak Lengkap Pada Balita di Desa Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat Tahun 2013 ... 71

4.4.1. Gambaran Dukungan Petugas Kesehatan ... 71

4.4.2. Gambaran Dukungan Keluarga ... 74

4.5. Gambaran Tindakan Ibu ... 78

BAB V PEMBAHASAN ... 81

5.1. Faktor-faktor Predisposisi ... 81

5.1.1. Faktor Demografi/Karakteristik Responden ... 81

5.1.2. Gambaran Pengetahuan Responden ... 85

5.1.2.1. Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Sehat dan Penyakit ... 85

5.1.2.2. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat dan Tempat Pemberian Imunisasi ... 87

5.1.2.3. Pengetahuan Responden Tentang Imunisasi Dasar Lengkap ... 89

5.1.2.4. Kategori Pengetahuan Responden ... 91

5.1.3. Gambaran Sikap Responden ... 93

5.1.3.1. Sikap Responden Tentang Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 93

5.1.3.2. Sikap Responden Tentang Jenis-jenis dan Manfaat Imunisasi Dasar ... 97

5.1.3.3. Kategori Sikap Responden ... 99

5.2. Faktor-faktor Pendukung ... 100

5.2.1. Gambaran Ketersediaan Sarana Pelayanan Kesehatan ... 100

5.2.2. Kategori Ketersediaan Sarana Pelayanan Kesehatan ... 102

5.2.3. Gambaran Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan ... 103

5.2.4. Kategori Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan ... 104

5.3. Faktor-faktor Pendorong ... 105

5.3.1. Gambaran Dukungan Petugas Kesehatan ... 105

5.3.2. Kategori Dukungan Petugas Kesehatan ... 106

5.3.3. Gambaran Dukungan Keluarga ... 108

5.3.3.1. Dukungan Informatif Keluarga Responden ... 108

5.3.3.2. Dukungan Penilaian Keluarga Responden ... 109

5.3.3.3. Dukungan Instrumental Keluarga Responden ... 110

5.3.3.4. Dukungan Emosional Keluarga Responden ... 112


(14)

Lengkap Pada Balita ... 115

5.4.2. Kategori Tindakan Responden ... 117

5.4.3. Status Imunisasi Dasar Lengkap pada Balita ... 119

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

6.1. Kesimpulan ... 121

6.1.1. Gambaran Faktor-faktor Predisposisi ... 121

6.1.2. Gambaran Faktor-faktor Pendukung ... 122

6.1.3. Gambaran Faktor-faktor Pendorong ... 122

6.1.4. Tindakan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap dan Tidak Lengkap pada Balita ... 123

6.1.5. Status Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Balita ... 123

6.2. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA

Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian Lampiran 2 : Master Data

Lampiran 3 : Hasil – hasil Pengolahan Data Lampiran 4 : Surat Ijin Pelaksanaan Penelitian Lampiran 5 : Surat Balasan Penelitian


(15)

xiii Daftar Tabel

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Secanggang Tahun 2013 ... 52 Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa

Secanggang Tahun 2013 ... 52 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur Responden di Desa

Secanggang Tahun 2013 ... 53 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden di

Desa Secanggang Tahun 2013 ... 54 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden di Desa

Secanggang Tahun 2013 ... 54 Tabel 4.6. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Sehat ... 55 Tabel 4.7. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Cakupan Sehat ... 55 Tabel 4.8. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Penyakit . 56 Tabel 4.9. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Imunisasi

Pada Anak ... 56 Tabel 4.10. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Tujuan Imunisasi ... 57 Tabel 4.11. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Dimana Bisa

Diberikan Imunisasi Pada Bayi ... 57 Tabel 4.12. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Imunisasi

Dasar ... 57 Tabel 4.13. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Kapan Bayi Mulai

Diimunisasi Untuk Pertama Kalinya ... 58 Tabel 4.14. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Cakupan Imunisasi

Lengkap ... 58 Tabel 4.15. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pengertian Imunisasi


(16)

Tabel 4.17. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Pemberian DPT ... 60 Tabel 4.18. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Pencegahan Penyakit

Polio ... 61 Tabel 4.19. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Imunisasi

Campak ... 61 Tabel 4.20. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Yang Dapat

Divegah Dengan Imunisasi Secara Lengkap ... 62 Tabel 4.21. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Kategori

Pengetahuan Responden ... 62 Tabel 4.22. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Terhadap Pemberian

Imunisasi Dasar Lengkap dan Tidak Lengkap Pada Balita d Desa Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat 2013.. ... 63 Tabel 4.23. Distribusi Sikap Responden Berdasarkan Kategori Sikap ... 67 Tabel 4.24. Distribusi Ketersediaan Sarana Pelayanan Kesehatan ... 68 Tabel 4.25. Distribusi Ketersediaan Sarana Pelayanan Kesehatan Berdasarkan

Kategori Ketersediaan Sarana Pelayanan Kesehatan ... 69 Tabel 4.26. Distribusi Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan ... 70 Tabel 4.27. Distribusi Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan Berdasarkan

Kategori Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan ... 71 Tabel 4.28. Distribusi Dukungan Petugas Kesehatan ... 71 Tabel 4.29. Distribusi Dukungan Petugas Kesehatan Berdasarkan Kategori

Dukungan Petugas Kesehatan ... 73 Tabel 4.30. Distribusi Dukungan Keluarga ... 74 Tabel 4.31. Distribusi Dukungan Keluarga Berdasarkan Kategori Dukungan


(17)

xv

Tabel 4.32. Distribusi Tindakan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap dan Tidak Lengkap Pada Balita ... 78 Tabel 4.33. Distriusi Tindakan Ibu Berdasarkan Kategori Tindakan Ibu ... 79 Tabel 4.34. Distribusi Status Imunisasi Dasar Berdasarkan Kelengkapan

Imunisasi Dasar pada Balita ... 79 Tabel 4.35. Distribusi Usia Terakhir Mendapatkan Imunisasi Berdasarkan


(18)

Imunisasi merupakan pemberian kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai penyakit, sehingga bayi dan anak tumbuh dalam keadaan sehat. Pemberian imunisasi merupakan tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit infeksi tertentu seperti tuberculosis (TBC), difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, polio dan campak.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pengambilan sampel secara proporsional sampling.Penelitian ini dilakukan di desa Secanggang dengan populasi adalah semua ibu yang mempunyai balita berumur 12 bulan sebanyak 76 orang dan jumlah sampel yang diambil sebanyak 43 orang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi tindakan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dan tidak lengkap pada balita di Desa Secanggang, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat Tahun 2013.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran faktor predisposisi yaitu sebagian besar responden berusia 20-24 tahun sebanyak 65,1%, sebagian besar responden memiliki pendidikan tamat SMP sebanyak 34,8%, sebagian besar responden tidak bekerja/IRT sebanyak 81,4%. Pengetahuan responden masuk dalam kategori cukup yaitu 58,1%, sikap responden masuk dalam kategori cukup yaitu 72,1%. Ketersediaan sarana pelayanan kesehatan tersedia dengan baik yaitu 97,7%, jarak ke sarana pelayanan kesehatan menjadi pendukung yang baik yaitu 100,0%. Dukungan petugas kesehatan berada pada kategori mendukung yaitu 95,3%. Dukungan keluarga responden berada pada kategori mendukung yaitu 88,4%. Tindakan responden tentang pemberian imunisasi dasar lengkap pada balita berada pada kategori baik yaitu 65,0%. Balita yang mendapat imunisasi dasar lengkap sebanyak 51,2%.

Dari hasil penelitian disarankan agar responden lebih aktif membawa anaknya diimunisasi dan peran keluarga agar ditingkatkan serta pelaksanaan kegiatan posyandu disesuaikan dengan waktu senggang ibu.

Kata Kunci : Faktor-faktor (predisposisi, pendukung, penguat), Tindakan, Imunisasi Dasar Lengkap


(19)

iii ABSTRACT

Immunization is a process of giving immunity toward babies and children against various diseases so that they can grow healthy. Immunization is a preventive measureent so that the body may not be infected by spesific diseases such as tuberculosis (TB), diphtheria, pertussis, tetanus, hepatitis B, polio and measles. The type of this research is descriptive with proportional sampling. This research was conducted in Secanggang village and the population are all mothers who have 12 months old children, namely 76 people and the samples are 43 people. This research aims to know the description of the factors influencing the actions of the mother toward the giving of complete and incomplete basic immunization to the children under five years old in Secanggang village, Secanggang sub district, Langkat regency in the year of 2013.

The result shows that the description of the predisposing factors are majority of respondents aged 20-24 years with 65.1%, most respondents completed junior high school namely 34.8%, most respondents are not working/housewife namely 81.4%. Respondent’s knowledge in enough category is 58.1%, respondent’s attitude in enough category is 72.1%. The availability of the health care facilities in a good condition that is 97.7%, the distance to the health care facilities becomes a good support that is 100.0%. Health worker’s support is in the supporting category, namely 95.3%. Respondent’s family support is in supporting category, namely 88.4%. Respondent’s action on the giving of complete basic immunization in children is in good categories, namely 65.0%. Children’s who get complete basic immunization is 51.2%.

From the results of this research, it is suggested that the respondents should more actively take their children to the immunization and the role of family should be increased, and the implementation of the growth monitoring sessions should be tailored with mothers’ spare time.

Key word : Factors (predisposing, enabling, reinforcing), Action, Complete Basic Immunization


(20)

1.1.Latar Belakang

Pembangunan nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas hidup sumber daya manusia yang prima. Untuk itu kita bertumpu pada generasi muda yang memerlukan asuhan dan perlindungan terhadap penyakit yang mungkin dapat menghambat tumbuh kembangnya menuju dewasa yang berkualitas tinggi guna meneruskan pembangunan nasional jangka panjang tersebut (Ranuh, 2008).

Pembangunan kesehatan juga tidak terlepas dari komitmen Indonesia sebagai warga masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs). Dalam MDGs tersebut, kesehatan dapat dikatakan sebagai unsur dominan, karena dari delapan agenda MDGs lima diantaranya berkaitan langsung dengan kesehatan, dan tiga yang lain berkaitan secara tidak langsung. Lima agenda yang berkaitan langsung dengan kesehatan itu adalah Agenda ke 1 (Memberantas kemiskinan dan kelaparan), Agenda ke 4 (Menurunkan angka kematian anak), Agenda ke 5 (Meningkatkan kesehatan ibu), Agenda ke 6 (Memerangi HIV dan AIDS, Malaria, dan penyakit lainnya), serta Agenda ke 7 (Melestarikan lingkungan hidup) (Kemenkes RI, 2010).

Tingkat kesehatan suatu negara umumnya diukur dengan mortalitas (angka kematian). Hal ini memang tampak paradoks, namun secara administratif lebih mudah mencatat angka kematian dan penyebabnya dibandingkan morbiditas (angka kesakitan) yang lebih sulit untuk ditentukan, bahkan untuk beberapa penyakit, umumnya penyakit infeksi (Meadow & Newell, 2005).


(21)

2

Angka Kematian Bayi (AKB) dapat didefinisikan sebagai banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka Kematian Balita (AKABA) merupakan jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per 1.000 kelahiran hidup. AKABA mempresentasikan peluang terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. AKB merupakan indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat. Oleh karena itu banyak upaya kesehatan yang dilakukan dalam rangka menurunkan AKB (Kemenkes RI, 2010).

Sistem kesehatan nasional imunisasi adalah salah satu bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Dasar utama pelayanan kesehatan, bidang preventif merupakan prioritas. Penurunan insidens penyakit menular telah terjadi berpuluh-puluh tahun yang lampau di negara-negara maju yang telah melakukan imunisasi dengan teratur dengan cakupan luas. Demikian juga di Indonesia, dinyatakan bebas penyakit cacar tahun 1972 dan penurunan insidens beberapa penyakit menular secara mencolok terjadi sejak tahun 1985, terutama untuk penyakit difteria, tetanus, pertusis, campak dan polio (Ranuh, 2008).

Seperti diketahui penyakit menular disebabkan oleh infeksi berbagai organisme maupun mikroorganisme di antaranya bakteri dan virus. Contoh penyakit menular yang disebabkan infeksi bakteri misalnya : difteri, pertusis, tuberkulosis, dan tetanus sedangkan yang disebabkan oleh virus misalnya : Hepatitis, polio, dan campak. Penyakit – penyakit di atas sebetulnya sudah dapat dicegah melalui


(22)

imunisasi (Muchlastriningsih, 2005). Penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) merupakan penyakit yang diharapkan dapat diberantas/ditekan dengan pelaksanaan program imunisasi. Yang mencakup penyakit Difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, campak, polio, dan hepatitis B (Depkes RI, 2009). Berdasarkan laporan WHO memperkirakan bahwa terdapat angka kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa yang disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yaitu campak 540.000 (38%), pneumonia 386.000 (27%), pertusis 294.000 (21%) dan tetanus 198.000 (14%) (Depkes RI, 2011).

Cakupan imunisasi secara global ialah BCG 90%, DPT3 83%, Polio 84%, Hepatitis B 75% dan Campak 84% (Global Immunization Coverage, 2011). WHO dan UNICEF bekerja sama dengan mitra untuk mengembangkan Global Immunization Vision and Strategi (GIVS) untuk implementasi selama tahun 2006-2015. Tujuan GIVS ini adalah melindungi lebih banyak anak terhadap lebih banyak penyakit dengan mengembangkan pencapaian imunisasi untuk semua anak (Depkes RI, 2011).

Cakupan imunisasi dasar lengkap di Indonesia pada tahun 2011 telah mencapai 93,4%. Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia tentang penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) tahun 2011, target yang dicapai sekitar 89,7% untuk Sumatera Utara HB0 72,8%, BCG 95,6%, polio 4 89,7%, DPT/HB 96,5%, DPT/HB2 85,6%, DPT/HB3 92,9%, campak 92,8% (Depkes RI, 2011).

Pencapaian Universal Child Immunization (UCI) pada dasarnya merupakan kuasa penuh terhadap cakupan atas imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11


(23)

4

bulan). Desa UCI merupakan gambaran desa/kelurahan dengan = 80% atau lebih jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapatkan imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Standar pelayanan minimal menetapkan target 100% desa/kelurahan UCI pada tahun 2014 untuk setiap kabupaten/kota (Depkes RI, 2011).

Berdasarkan angka Provinsi Sumatera Utara, pencapaian UCI tingkat desa/kelurahan selama empat tahun terakhir mengalami penurunan yaitu 70,67% tahun 2008 menurun menjadi 69,42% di tahun 2009 menurun menjadi 69,26% di tahun 2010 dan pada tahun 2011 menjadi 52,53%, hasil ini belum mencapai target yang ditetapkan Provinsi Sumatera Utara tahun 2008 yaitu sebesar 80% dari seluruh kabupaten/kota yang dipantau. Di Sumatera Utara tahun 2008 hanya 3 kabupaten/kota yang memenuhi target nasional sebesar 100% yaitu Toba Samosir, Karo dan Sibolga. Rendahnya cakupan ini dapat menjadi faktor predisposisi KLB PD3I di Sumatera Utara sehingga upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya KLB PD3I ini adalah dengan meningkatkan cakupan imunisasi sampai dengan diatas 95% (Depkes RI, 2011).

Walaupun secara nasional cakupan imunisasi telah memberikan kontribusi yang bermakna terhadap penurunan angka kematian bayi, namun dari hasil pendataan di kabupaten Langkat diperoleh data imunisasi BCG 72,72%, DPT/HB1 75,57%, DPT/HB2 64,62%,DPT/HB3 66,87 %, Polio468,92 % dan Campak 63,59 %. Hal ini belum mencapai target yang diinginkan yaitu 90% (Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat, 2008).

Kabupaten Langkat terdiri dari 22 Kecamatan dengan 29 Puskesmas. Puskesmas Secanggang termasuk salah satu puskesmas yang ada di kabupaten


(24)

Langkat yang berjarak 23 km dari Kota Stabat dengan jarak tempuh sekitar 45 menit. Desa Secanggang sebelah Utara berbatasan dengan Jaring Halus, sebelah Timur berbatasan dengan desa Selotong, sebelah Selatan berbatasan dengan desa Telaga Jernih dan sebelah Barat berbatasan dengan desa Tanjung Ibus. Wilayah kerja Puskesmas Secanggang terdiri dari 3 desa yaitu desa Secanggang, desa Selotong dan desa Jaring Halus. Desa Secanggang memiliki balita sejumlah 407 balita, desa Selotong memiliki 318 balita dan desa Jaring Halus memiliki 358 balita. Desa Secanggang terdiri dari 13 dusun yaitu dusun 1 (Parit Pompa), dusun 2 (Simpang Trans), dusun 3 (Kota Lama II), dusun 4 (Hulu Dalam), dusun 5 (Jalan Selotong), dusun 6 (Jalan Mesjid), dusun 7 (Hilir), dusun 8 (Kehutanan), dusun 9 (Pekan), dusun 10 (Hulu Tengah), dusun 11 (Tanah Tinggi), dusun 12 (Karya Baru) dan dusun 13 (Parit Dondong).

Keberhasilan program imunisasi dapat dilihat dari cakupan pencapaian Universal Child Immunization (UCI) yang merupakan gambaran terhadap cakupan sasaran bayi yang telah mendapatkan imunisasi secara lengkap. Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI) di Kecamatan Secanggang tahun 2011 sebesar 78,47%. Hal ini menunjukkan bahwa cakupan imunisasi di Kecamatan Secanggang masih berada di bawah target yang diinginkan yaitu 100% (Laporan Kecamatan Secanggang, 2011).

Laporan tahunan cakupan imunisasi balita di desa Secanggang tahun 2011 dari 13 dusun terdapat 407 sasaran balita dengan cakupan imunisasi untuk BCG 87,50%, DPT1/HB1 82,20%, DPT3/HB3 79,88%, Polio3 80,82% dan Campak 82,00%. Data cakupan imunisasi dasar di desa Secanggang termasuk lebih rendah di


(25)

6

banding desa Selotong dan desa Jaring Halus yang berada pada 1 wilayah kerja Puskesmas Secanggang. Dimana cakupan imunisasi untuk desa Selotong yaitu BCG 91,40%, DPT1/HB1 90,27%, DPT3/HB3 93,5%, Polio3 94,44% dan Campak 93,50% serta cakupan imunisasi untuk desa Jaring Halus yaitu BCG 95,34%, DPT1/HB1 94,42%, DPT3/HB3 96,57%, Polio3 96,28% dan Campak 97,41%.

Berdasarkan target UCI secara nasional untuk tahun 2014 adalah 100% Desa/Kelurahan (Depkes 2010) dapat dilihat pencapaian target UCI di desa Secanggang masih 83% yaitu < 90% dengan demikian dapat disimpulkan bahwa target UCI di desa Secanggang belum tercapai. Di samping masalah itu juga di desa Secanggang masih terdapat kasus campak sebanyak 2 kasus dan kasus tetanus yaitu 1 kasus tetanus. Hal ini jelas menjadi masalah yang mana seharusnya setiap anak sudah harus bebas dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Laporan Puskesmas Secanggang, 2011).

Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting, karena orang terdekat dengan bayi dan anak adalah ibu. Demikian juga tentang pengetahuan, kepercayaan dan perilaku kesehatan ibu. Pengetahuan, kepercayaan dan perilaku kesehatan seorang ibu akan mempengaruhi kepatuhan pemberian imunisasi dasar pada bayi dan anak, sehingga dapat mempengaruhi status imunisainya. Masalah pengertian, pemahaman dan kepatuhan ibu dalam program imunisasi bayinya tidak akan menjadi halangan besar jika pendidikan dan pengetahuan yang memadai tentang hal itu diberikan (Anonim, 2010).

Menurut Defianti dalam Elisa (2007) di Kecamatan Medan Sunggal menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan dan peran serta ibu dalam


(26)

kelengkapan pemberian imunisasi. Hasil Penelitian Kamidah dan Satrinawati dalam Maryani (2009) di Yogyakarta menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu terhadap imunisasi bayinya. Menurut Ningrum dalam Maryani (2009) di Kabupaten Boyolali menyatakan bahwa tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh positif terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Menurut penelitian Ali (2002), didapatkan bahwa usia ibu berhubungan dengan pengetahuan dan perilaku mereka terhadap imunisasi.

Dari uraian tersebut peneliti tertarik ingin meneliti “Gambaran faktor – faktor yang memengaruhi tindakan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dan tidak lengkap pada balita (12 bulan) di Desa Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat tahun 2013”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi perumusan masalah bagaimanakah gambaran faktor predisposing (variabel demografi/karakteristik : umur, pendidikan dan pekerjaan, pengetahuan dan sikap), faktor pendukung (ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan jarak ke sarana pelayanan kesehatan) dan faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga) ibu terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dan tidak lengkap pada balita (12 bulan) di Desa Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat tahun 2013.


(27)

8

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran faktor – faktor (faktor predisposisi : umur, umur, pendidikan dan pekerjaan, pengetahuan dan sikap, faktor pendukung : ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan jarak ke sarana pelayanan kesehatan, dan faktor pendorong : dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga) yang memengaruhi tindakan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dan tidak lengkap pada balita (12 bulan) di Desa Secanggang, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat Tahun 2013.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran faktor predisposisi (variabel demografi/karakteristik : umur, pendidikan dan pekerjaan, pengetahuan dan sikap) ibu terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dan tidak lengkap pada balita.

2. Untuk mengetahui gambaran faktor pendukung (ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan jarak ke sarana pelayanan kesehatan) terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dan tidak lengkap pada balita.

3. Untuk mengetahui gambaran faktor pendorong (dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga) terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dan tidak lengkap pada balita.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada pemegang program imunisasi di desa Secanggang dan Puskesmas Secanggang.


(28)

2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk penelitian selanjutnya dalam pengembangan penelitian tentang pemberian imunisasi dasar lengkap.

3. Dapat menambah wawasan dan kesempatan penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan di FKM USU.


(29)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Faktor – faktor yang Memengaruhi Ibu dalam Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap

Green dalam buku Notoatmodjo (2003) menganalisis perilaku manusia dari tingkatan kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku (behavior causer) dan faktor dari luar perilaku (non behavior causer). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu :

1. Faktor – faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai – nilai dan sebagainya.

2. Faktor – faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas – fasilitas atau sarana – sarana kesehatan misalnya Puskesmas, obat – obatan, alat – alat kontrasepsi, jamban, jarak ke sarana pelayanan kesehatan dan sebagainya.

3. Faktor – faktor pendorong (reinforcing factors), yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, dukungan keluarga dan tokoh masyarakat yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu ketersediaan fasilitas, jarak ke sarana pelayanan kesehatan, sikap dan perilaku petugas kesehatan serta dukungan


(30)

keluarga terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

2.1.1. Faktor – faktor Predisposisi (Predisposing factors)

Menurut Green (1980), faktor – faktor predisposisi meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai – nilai dan persepsi, berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok untuk bertindak. Dalam pengertian umum dapat disimpulkan faktor predisposisi sebagai pilihan pribadi yang memicu seorang individu atau kelompok ke pengalaman pendidikan. Dalam hal apapun pilihan ini dapat mendukung atau menghambat perilaku kesehatan. Berbagai faktor demografi seperti status sosio-ekonomi, umur, jenis kelamin dan ukuran keluarga juga penting sebagai faktor predisposisi meskipun mereka berada di luar pengaruh langsung program pendidikan kesehatan.

2.1.1.1. Faktor Demografi

Faktor demografi adalah faktor – faktor yang terdapat dalam struktur penduduk dan perkembangannya seperti umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan lain sebagainya. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai faktor – faktor demografi yang berkaitan dengan penelitian ini :

1. Umur

Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun. Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.

Umur merupakan salah satu variabel penting dalam bidang penelitian komunitas. Umur dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit secara langsung atau tidak langsung bersama dengan variabel lain sehingga


(31)

12

menyebabkan perbedaan di antara angka kesakitan dan kematian pada masyarakat atau sekelompok masyarakat (Chandra, 2008).

2. Pendidikan

Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan kesehatan yang didasarkan kepada pengetahuan dan kesadaran melalui proses pembelajaran diharapkan akan berlangsung lama (long lasting) dan menetap, karena didasari oleh kesadaran. Kelemahan dari pendekatan pendidikan kesehatan ini adalah hasilnya lama, karena perubahan perilaku melalui proses pembelajaran pada umumnya memerlukan waktu yang lama (Notoatmodjo, 2005).

Orang dengan pendidikan formal yang lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibanding orang dengan tingkat pendidikan formal yang lebih rendah, karena akan lebih mampu dan mudah memahami arti dan pentingnya kesehatan serta pemanfaatan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

3. Pekerjaan

Pekerjaan adalah sekumpulan kedudukan (posisi) yang memiliki persamaan kawajiban atau tugas – tugas pokoknya.

2.1.1.2. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian


(32)

besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behaviour). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni (Notoatmodjo, 2007) :

a. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

d. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, di mana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama.


(33)

14

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni (Notoatmodjo, 2007):

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.


(34)

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).

2.1.1.3. Sikap (Attitude)

Menurut Notoadmodjo (2005), sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap juga merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Menurut Garungan (dalam Ahmadi, 2009), sikap merupakan pendapat maupun pandangan seseorang tentang suatu objek yang mendahului tindakannya.


(35)

16

Sikap tidak mungkin terbentuk sebelum mendapat informasi, melihat atau mengalami sendiri suatu objek.

2.1.1.4. Berbagai Tingkatan Sikap

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: 1. Menerima (receiving). Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding). Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang diberikan indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsibility). Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Menurut Ahmadi (2009), sikap dibedakan menjadi:

1. Sikap positif yaitu : sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan, menerima, mengakui, menyetujui, serta melaksanakan norma - norma yang berlaku dimana individu itu berada.

2. Sikap negatif yaitu : sikap yang menunjukkan atau memperlihatkan penolakan atau tidak menyetujui terhadap norma - norma yang berlaku dimana individu itu berada.

Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi 4 golongan yaitu:

1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Bahwa sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga


(36)

mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompok atau dengan kelompok lainnya.

2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Pertimbangan dan reaksi pada anak, dewasa dan yang sudah lanjut usia tidak ada. Perangsang itu pada umumnya tidak diberi perangsang spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsangan – perangsangan itu.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman. Manusia didalam menerima pengalaman – pengalaman secara aktif. Artinya semua yang berasal dari dunia luar tidak semua dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman diberi penilaian lalu dipilih.

4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap merupakan pernyataan pribadi (Ahmadi, 2009).

Manusia dilahirkan dengan sikap pandangan atau sikap perasaan tertentu, tetapi sikap terbentuk sepanjang perkembangan. Peranan sikap dalam kehidupan manusia sangat besar. Bila sudah terbentuk pada diri manusia, maka sikap itu akan turut menentukan cara tingkah lakunya terhadap objek –objek sikapnya. Adanya sikap akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap objeknya (Notoatmodjo, 2005).


(37)

18

Sikap mempunyai beberapa karakteristik yaitu: 1. Selalu ada objeknya

2. Biasanya bersifat evaluative 3. Relatif mantap

4. Dapat dirubah

Menurut Travers, Gagne, dan Cronbach (1977, dalam Ahmadi, 2009) , bahwa sikap melibatkan 3 komponen yang saling berhubungan yaitu:

1. Komponen cognitive : berupa pengetahuan, kepercayaan atau pikiran yang didasarkan pada informasi, yang berhubungan dengan objek.

2. Komponen affective : menunjukkan pada dimensi emosional dari sikap, yaitu emosi yang berhubungan dengan objek. Objek di sini dirasakan sebagai menyenangkan atau tidak menyenangkan.

3. Komponen behavior atau conative : melibatkan salah satu predisposisi untuk bertindak terhadap objek.

Ketiga komponen ini akan membentuk sikap yang utuh (Total Attitude), dalam penentuan berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Sikap adalah kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif terhadap orang lain, objek atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan kadang – kadang sikap tersebut baru diketahui setelah seseorang itu berperilaku. Tetapi sikap selalu tercermin dari perilaku seseorang (Ahmadi, 2009).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung, melalui pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek secara tidak


(38)

langsung dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian dinyatakan pendapat responden (Ahmadi, 2009).

2.1.1.5. Perubahan Sikap

Theory of Reasoned Action (TRA) atau Teori Aksi Beralasan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1975 untuk melihat hubungan keyakinan, sikap, niat dan perilaku. Fishbein (1975), mengembangkan TRA ini dengan sebuah usaha untuk melihat perubahan hubungan sikap dan perilaku. Teori ini secara tidak langsung menyatakan bahwa perilaku pada umumnya mengikuti niat dan tidak akan pernah terjadi tanpa niat. Niat – niat seseorang juga dipengaruhi oleh sikap – sikap terhadap suatu perilaku, seperti apakah ia merasa suatu perilaku itu penting. Teori ini juga menegaskan sifat normatif yang mungkin dimiliki orang-orang; mereka berpikir tentang apa yang akan dilakukan orang lain (terutama orang-orang yang berpengaruh di dalam kelompok) pada suatu situasi yang sama (Graeff, 1996).

Teori tindakan beralasan menurut Fisbein (1975) mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan dan dampaknya terbatas hanya pada 3 hal yaitu :

1. Perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tetapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu.

2. Perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma – norma subjektif (subjective norms) yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat.

3. Sikap terhadap suatu perilaku bersama norma – norma subjektif membentuk suatu intense atau niat untuk berperilaku tertentu.


(39)

20

Secara sederhana, teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya. Dalam teori perilaku terencana keyakinan – keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu, pada norma – norma subjektif dan pada kontrol perilaku yang dia hayati. Ketiga komponen ini berinteraksi dan menjadi determinan bagi intense yang pada gilirannya akan menentukan apakah perilaku yang bersangkutan akan dilakukan atau tidak (Azwar, 2007).

Adapun faktor – faktor yang menyebabkan perubahan sikap terdiri dari 2 faktor yaitu:

1. Faktor intern: yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Faktor ini berupa selective atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh – pengaruh yang datang dari luar. Pilihan terhadap pengaruh dari luar itu biasanya disesuaikan dengan motif dan sikap di dalam diri manusia terutama yang menjadi minat perhatiannya.

2. Faktor ekstern: yaitu faktor yang terdapat diluar pribadi manusia. Faktor ini berupa interaksi sosial diluar kelompok (Ahmadi, 2009).

2.1.2. Faktor – faktor Pendukung (Enabling factors)

Green (1980) mengatakan bahwa faktor – faktor pendukung adalah kemampuan/keahlian dan semua sumber – sumber yang diperlukan untuk menciptakan atau memunculkan perilaku kesehatan. Sumber – sumber yang dimaksud antara lain ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan prasarana atau fasilitas – fasilitas, personalia, sekolah – sekolah, klinik kesehatan maupun sumber – sumber sejenis. Faktor – faktor pendukung juga berkaitan dengan aksesibilitas


(40)

berbagai sumber daya. Biaya, jarak, sarana transportasi yang ada dan waktu pemakaian sarana kesehatan juga merupakan bagian dari faktor – faktor pendukung. 2.1.2.1. Ketersediaan Sarana Pelayanan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007), sarana pelayanan kesehatan bagi masyarakat terdiri dari rumah sakit, puskesmas, pustu, poliklinik, posyandu, polindes, praktek dokter/bidan swasta, dan sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya perilaku pemberian imunisasi pada bayi. Ibu yang mau memberikan imunisasi pada bayi tidak hanya karena ia tahu dan sadar manfaat pemberian imunisasi melainkan ibu tersebut dengan mudah dapat memperoleh tempat pemberian imunisasi pada bayinya.

2.1.2.2. Jarak ke Sarana Pelayanan Kesehatan

Jarak adalah seberapa jauh lintasan yang di tempuh responden menuju tempat pelayanan kesehatan yang meliputi rumah sakit, puskesmas, posyandu, dan lainnya. Seseorang yang tidak mau mengimunisasi anaknya di tempat pelayanan kesehatan dapat disebabkan karena orang tersebut tidak tahu atau belum tahu manfaat imunisasi bagi anak, tetapi barang kali juga karena rumahnya terlalu jauh dengan pelayanan kesehatan tempat mengimunisasi anaknya (Notoatmodjo, 2003).

2.1.3. Faktor – faktor Pendorong (Reinforcing factors)

Menurut Green (1980) faktor pendorong atau penguat adalah mereka yang mendukung untuk menentukan tindakan kesehatan. Faktor pendorong tentu saja bervariasi tergantung pada tujuan dan jenis program. Dalam program pendidikan kesehatan, sebagai contoh, penguatan dapat diberikan oleh rekan kerja, supervisor, pimpinan serikat buruh dan keluarga. Faktor – faktor pendorong meliputi faktor sikap


(41)

22

dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan.

2.1.3.1. Dukungan Petugas Kesehatan

Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Kepmenkes RI, 2005).

Dukungan petugas kesehatan (petugas imunisasi) merupakan dukungan sosial dalam bentuk dukungan informatif, di mana perasaan subjek bahwa lingkungan (petugas imunisasi) memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang diketahui. Petugas kesehatan akan mendukung perilaku ibu untuk melakukan upaya kesehatan (mengimunisasikan anaknya) melalui keterampilan komunikasi dan ada kecenderungan bahwa upaya-upaya petugas kesehatan memperkuat ibu dengan memberikan pujian, dorongan dan diskusi atau dengan menjadi sumber informasi yang dapat dipercaya (Graeff, 1996).

Petugas kesehatan yang berperan memberikan dukungan informatif kepada ibu tentang imunisasi dianjur kan mengikuti tata cara pemberian sebagai berikut.

a. Memeberitahu secara rinci risiko imunisasi dan risiko apabila tidak diimunisasi.

b. Memeriksa kembali persiapan pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapakan.

c. Membaca dengan teliti informasi prosuk vaksin yang akan diberikan dan dapatkan persetujuan orangtua.


(42)

d. Meninjau kembali apakah ada kontra indikasi.

e. Memeriksa identitas klien dan berikan antipiretik bila perlu.

f. Memeriksa jenis dan keadaan vaksin serta yakinkan penyimpanannya baik.

g. Menyakinkan vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan bila perlu tawarkan juga vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal. h. Memberikan vaksin dengan teknik yang benar.

i. Setelah pemberian vaksin, menjelaskan apa yang harus dialakukan apabila ada reaksi ikutan, membuat laporan imunisasi kepada instansi terkait, memeriksa status imunisasi keluarga dan bila perlu menawarkan vaksinasi untuk mengekar ketinggalan (Muslihatun, 2010).

2.1.3.2. Dukungan Keluarga

Menurut Sarwono (2003) dukungan keluarga adalah bantuan yang bermanfaat secara emosional dan memberikan pengaruh positif yang berupa informasi, bantuan instrumental, emosi, maupun penilaian yang diberikan oleh anggota keluarga yang terdiri dari suami, orang tua, mertua, maupun saudara lainnya.

Duval (1972, dalam Ali, 2006), menyatakan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental dan emosional serta sosial individu yang ada didalamnya, dilihat dari interaksi yang reguler dan ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk mencapai tujuan umum.


(43)

24

Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

a. Keluarga inti ( nuclear family ) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya. b. Keluarga besar ( extended family ) adalah keluarga inti ditambah anggota

keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi) (Suprajitno, 2004).

Sarafino (1994, dalam Suprajitno, 2004) mengklasifikasikan dukungan ke dalam empat bentuk yang terdiri dari:

1. Dukungan emosional, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan memperhatikan dan memahami kondisi emosional. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini merasa tentram, aman damai yang ditujukan dengan sikap tenang dan berbahagia. Sumber dukungan ini paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan hidup atau anggota keluarga, teman dekat, dan sanak saudara yang akrab dan memiliki hubungan harmonis.

2. Dukungan penilaian, yaitu perasaan subjek bahwa dirinya diakui oleh lingkungan mampu berguna bagi orang lain dan dihargai usaha-usahanya. Sumber dukungan ini dapat bersumber dari keluarga, masyarakat atau instansi (lembaga) tempat penderita pernah bekerja.

3. Dukungan instrumental, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan sekitarnya memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan, seperti alat-alat atau uang yang dapat meringankan penderitanya. Dukungan seperti ini umumnya berasal dari keluarga.


(44)

4. Dukungan Informatif, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan memberikan keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang harus diketahuinya. Dukungan informatif ini dapat diperoleh dari dokter, perawat dan juga tenaga kesehatan lainnya. 2.2. Tindakan (Practice)

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya. Inilah yang disebut tindakan (practice) (Notoatmodjo, 2003).

Suatu rangsangan akan direspon oleh seseorang sesuai dengan arti rangsangan itu bagi orang yang bersangkutan. Respon atau reaksi ini disebut perilaku, bentuk perilaku dapat bersifat sederhana dan kompleks. Dalam peraturan teoritis, tingkah laku dapat dibedakan atas sikap, di dalam sikap diartikan sebagai suatu kecenderungan potensi untuk mengadakan reaksi (tingkah laku). Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan untuk terwujudnya sikap agar menjadi tindakan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi fasilitas yang memungkinkan (Ahmadi, 2009).

Menurut Notoatmodjo (2005), empat tingkatan tindakan yaitu :

1. Persepsi (Perception), mengenal dan memiliki berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang diambil.

2. Respon terpimpin (Guided Response), dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar.

3. Mekanisme (Mechanism), apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.


(45)

26

4. Adaptasi (Adaptation), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), faktor – faktor yang merupakan penyebab perilaku menurut Green dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu fator predisposisi (predisposing factors) seperti pengetahuan, sikap, keyakinan, dan nilai, berkenaan dengan motivasi seseorang bertindak. Faktor pemungkin atau faktor pendukung (enabling factors) perilaku adalah fasilitas, sarana, atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Terakhir faktor penguat atau faktor pendorong (reinforcing factors) seperti keluarga, petugas kesehatan dan lain – lain.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Disamping itu, ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku para petugas kesehatan serta dukungan keluarga terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

2.3. Imunisasi

2.3.1. Pengertian Imunisasi

Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Menurut BKKBN yang dikutip Hanum Marimbi (2010) Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit, dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau sudah dimatikan. Dengan memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut di harapkan tubuh dapat


(46)

menghasilkan anti bodi yang pada akhirnya digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh.

Menurut Hidayat dalam Muslihatun (2010), imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan, seperti vaksin BCG, DPT, campak dan melalui mulut, seperti vaksin polio.

Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari penyakit – penyakit yang berbahaya. Lima jenis imunisasi dasar yang di wajibkan pemerintah adalah imunisasi terhadap tujuh penyakit, yaitu TBC, difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), poliomyelitis, campak dan hepatitis B (Maryunani, 2010).

2.3.2. Tujuan Imunisasi

Adapun tujuan dalam pemberian imunisasi, antara lain :

1. Melindungi dan mencegah penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.

2. Diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbilitas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.

3. Untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya.


(47)

28

4. Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar (Maryunani, 2010). 2.3.3. Pembagian Imunisasi

Imunisasi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu : 1. Imunisasi Aktif

Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibody sendiri contohnya imunisasi polio, campak.

2. Imunisasi Pasif

Imunisasi pasif adalah zat anti yang didapat dari luar tubuh misalnya dengan bahan atau serum yang mengandung zat anti dari ibu selama dalam kandungan. Pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi (Maryunani, 2010).

Pembagian imunisasi berdasarkan kelengkapannya dibagi atas dua bagian yaitu :

1. Lengkap

Imunisasi lengkap adalah imunisasi yang mencakup di dalamnya BCG, DPT-1, DPT-2, DPT-3, Polio-1, Polio-2, Polio-3, Campak, Hepatitis B-1, Hepatitis B-2, Hepatitis B-3. Pada balita yang berusia 1 tahun dapat dikatakan sudah lengkap imunisasinya, karena sesuai dengan jadwal program imunisasi usia balita 1 tahun seterusnya sudah lengkap imunisasi yang diberikan.


(48)

2. Tidak Lengkap

Imunisasi tidak lengkap adalah imunisasi yang diperoleh kurang satu dari yang lengkap. Jika balita yang berusia 1 tahun tidak mendapatkan salah satu dari jenis imunisasi yang lengkap, maka dapat dikatakan imunisasi yang di berikan tidak lengkap (Depkes RI, 2009).

2.3.4. Jenis – jenis Imunisasi Dasar

Ada lima jenis imunisasi dasar yang diwajibkan oleh pemerintah antara lain : 1. Imunisasi BCG

Imunisasi BCG merupakan imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis dan frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah 1 kali, tidak perlu di ulang sebab vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang di hasilkan tinggi terus (Nanny, 2010).

a). Usia Pemberian

Pemberian imunisasi di anjurkan sedini mungkin atau secepatnya, tetapi pada umumnya dibawah 2 bulan. Jika diberikan setelah 2 bulan, disarankan dilakukan tes mantoux (tuberculin) terlebih dahulu untuk mengetahui apakah bayi sudah terinfeksi kuman Mycobacterium tuberculosis atau belum (Muslihatun, 2010).

b). Tanda Keberhasilan Imunisasi

Timbul indurasi (benjolan) kecil dan eritema (merah) didaerah bekas suntikan setelah 1 atau 2 minggu kemudian, yang berubah menjadi pustula, kemudian pecah menjadi ulkus (luka), luka akan sembuh sendiri dan meninggalkan tanda parut.


(49)

30

c). Efek Samping Imunisasi

Umumnya tidak ada efek samping, namun pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar getah bening di ketiak atau leher di bagian bawah, biasanya akan sembuh sendiri.

d). Kontra – indikasi Imunisasi

Imunisasi BCG tidak dapat diberikan kepada anak yang berpenyakit TB atau menunjukkan uji Mantoux positif.

2. Imunisasi DPT

Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap beberapa penyakit yaitu : difteri, pertusis, tetanus imunisasi dengan memberikan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan merangsang pembentukan zat anti (toxoid) (Nanny, 2010).

a). Pemberian Imunisasi

Pemberian imunisasi 3 kali (paling sering dilakukan) yaitu pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan, namun bisa juga ditambahkan 2 kali lagi, yaitu 1 kali di usia 5 tahun. Selanjutnya di usia 12 tahun diberikan imunisasi TT. Sedangkan cara pemberian imunisasi melalui suntikan intra muscular (i.m) (Muslihatun, 2010). b). Efek Samping Imunisasi

Biasanya hanya gejala – gejala ringan seperti sedikit demam, rewel, selama 1-2 hari, kemerahan pembengkakan agak nyeri atau pegal – pegal pada tempat suntikan yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari, atau bila masih demam dapat diberikan obat penurunan panas bayi.


(50)

c). Kontra – indikasi Imunisasi

Imunisasi DPT tidak dapat diberikan pada anak – anak yang mempunyai atau kelainan saraf bersifat keturunan atau bukan, seperti epilepsy, menderita kelainan saraf yang betul – betul berat atau habis dirawat karena infeksi otak, anak – anak yang sedang demam yang mudah mendapat kejang dan mempunyai sifat alergi seperti penyakit asma.

3. Imunisasi Polio

Imunisasi polio adalah imunisasi yang dapat diberikan untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat mengakibatkan lumpuh kaki (Nanny, 2010).

a). Pemberian Imunisasi

Bisa lebih dari jadwal yang ditentukan, mengingat adanya Pekan Imunisasi Nasional. Jumlah dosis yang berlebihan tidak akan berdampak buruk karena tidak ada istilah overdosis dalam imunisasi.

b). Usia Pemberian

Waktu pemberian polio adalah pada umur bayi 0-11 bulan, dan berikutnya pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan kecuali saat lahir pemberian vaksin polio selalu dibarengi dengan vaksin DPT.

c). Cara Pemberian Imunisasi

Cara pemberian imunisasi polio melalui oral/mulut (Oral Poliomyelitis Vaccine/OPV). Diluar negeri, cara pemberian polio ada yang melalui suntikan disebut Inactivated Poliomyelitis Vaccine/IPV.


(51)

32

d). Efek Samping Imunisasi

Hanya sebagian kecil mengalami pusing, diare ringan dan sakit otot, kasusnyapun sangat jarang.

e). Kontra – indikasi Imunisasi

Sebaiknya pada anak dengan diare berat atau yang sedang sakit parah, seperti demam tinggi (diatas 38 Cº). Pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan tidak diberikan imunisasi polio demikian juga anak dengan penyakit HIV/AIDS, penyakit kanker, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum, untuk tidak diberikan imunisasi polio.

4. Imunisasi Campak

Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (morbili/measles), penyakit yang sangat menular. Sebenarnya bayi sudah mendapat kekebalan campak dari ibunya. Namun seiring bertambahnya usia antibodi dari ibunya semakin menurun sehingga membutuhkan antibodi tambahan lewat pemberian vaksin campak (Nanny, 2010). a). Pemberian Imunisasi

Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah 1 kali b). Usia Pemberian Imunisasi

Imunisasi campak diberikan 1 kali pada usia 9-11 bulan, dan dianjurkan pemberiannya sesuai jadwal. Selain karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia bayi 9 bulan, penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita, jika sampai usia 12 bulan anak harus di imunisasi campak MMR (Measles Mumps Rubella).


(52)

c). Cara Pemberian Imunisasi

Cara pemberian imunisasi adalah melalui subkutan. d). Efek Samping Imunisasi

Biasanya tidak terjadi reaksi akibat imunisasi mungkin terjadi demam ringan dan terdapat efek kecerahan / bercak merah pada pipi dibawah telinga pada hari ke7-8 setelah penyuntikan kemungkinan juga terdapat pembengkakan pada tempat penyuntikan.

e). Kontra – indikasi Imunisasi

Kontra – indikasi pemberian imunisasi campak pada anak yaitu penyakit akut yang disertai demam, penyakit gangguan kekebalan, TBC tanpa pengobatan, kekurangan gizi berat, penyakit keganasan, kerentanan tinggi dengan protein telur, kenamisin dan eritromisin (antibiotik).

5. Imunisasi Hepatitis B

Imunisasi hepatitis B untuk mencegah penyakit yang disebabkan virus hepatitis B yang berakibat pada hati. Penyakit ini menular melalui darah atau cairan tubuh (Marimbi, 2010).

a). Pemberian Imunisasi

Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 kali. b). Usia Pemberian Imunisasi

Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir dengan keadaan kondisi bayi dalam keadaan baik, tidak ada gangguan dalam paru – paru dan jantung dilanjutkan pada saat bayi berusia 1 bulan, dan usia antara 3-6 bulan.


(53)

34

c). Cara Pemberian Imunisasi

Suntikan secara intra muscular didaerah paha. Penyuntikan daerah bokong tidak dianjurkan karena bisa mengurangi efektivitas vaksin.

d). Efek Samping Imunisasi

Umumnya tidak terjadi, jikapun terjadi sangat jarang yaitu berupa keluhan nyeri pada tempat suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan menghilang dalam waktu 2 hari.

e). Tanda Keberhasilan

Tidak ada tanda klinis yang dapat di jadikan patokan, tetapi dapat dilakukan pengukuran keberhasilan melalui pemeriksaan darah dengan memeriksa kadar hepatitis B-nya setelah anak berusia setahun. Bila kadarnya diatas 1000 IU/1, berarti daya tahannya 8 tahun, diatas 500 IU/1 tahan 5 tahun, diatas 200 IU/1 tahan 3 tahun tetapi bila angkanya diatas 100 IU/1, maka dalam setahun akan hilang sementara bila angka nol berarti bayi harus disuntik ulang tiga kali lagi (Maryunani, 2010).

2.3.5. Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi Dasar Lengkap

Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi secara lengkap adalah tuberculosis, difteri, pertusis tetanus, polio, campak dan hepatitis B.

1. Tuberkulosis

Tuberkulosis yang disingkat TBC atau TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Pada anak penyakit ini sukar dikenal, biasanya keluhan yang sering didapat hanya nafsu makan yang menurun sehingga berat badan sukar naik (menurun). Pada umumnya organ yang diserang adalah paru – paru, akan tetapi dapat juga menyerang hampir semua organ tubuh. Penularan melalui


(54)

pernapasan, percikan ludah waktu batuk, bersin, melalui udara yang mengandung kuman TBC dan pada anak – anak sumber infeksi pada umumnya berasal dari penderita TBC dewasa (Marimbi, 2010).

2. Difteri

Penyakit difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae. Mudah menular dan menyerang terutama saluran pernafasan bagian atas dengan gejala demam tinggi, pembengkakan pada amandel (tonsil) dan terlihat selaput putih kotor yang makin lama membesar dan dapat menutup jalan nafas, penularan umumnya melalui udara.

3. Pertusis

Penyakit pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan batuk seratus hari adalah penyakit infeksi saluran yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis. Gejalanya khas menjadi merah atau kebiruan dan muntah kadang – kadang bercampur darah batuk diakhiri dengan tarikan nafas panjang dan dalam berbunyi melengking. Penularan umumnya terjadi melalui udara (batuk/bersin) (Marimbi, 2010).

4. Tetanus

Tetanus adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Clostridium tetani. Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya karena mempengaruhi sistem urat syaraf dan otot. Gejala tetanus umumnya diawali dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan kaku di otot leher, bahu atau punggung, kejang – kejang secara cepat merambat ke otot perut, lengan atas dan paha (Marimbi, 2010).


(55)

36

5. Hepatitis B

Penyakit hepatitis B adalah suatu peradangan pada hati yang terjadi karena agen penyebab infeksi, yaitu virus hepatitis B infeksi virus pada hati yang terletak dibagian perut kanan mempunyai gejala tidak spesifik karena tidak selalu terdapat kuning, kadang – kadang hanya terasa mual, lesu atau demam seperti penyakit flu biasa. Hepatitis B pada anak yang biasanya tanpa gejala atau ringan saja seperti cepat lelah, kurang nafsu makan dan perasaan tidak enak di perut kemudian baru timbul kuning, walaupun demikian, infeksi pada anak mempunyai resiko menjadi kronis, terutama bila infeksi terjadi pada saat didalam kandungan. Penyakit ini menular melalui darah atau cairan tubuh yang lain dari orang yang terinfeksi bisa juga di tularkan dari ibu ke bayi (Maryunani, 2010).

6. Polio

Penyakit polio adalah penyakit menular yang sangat berbahaya yang menyerang syaraf dan bisa menyebabkan kelumpuhan total hanya dalam hitungan jam. Gejala awal penyakit polio adalah demam, rasa lelah, pusing, muntah, kekakuan di leher dan rasa ngilu di bagian tungkai. Penyakit ini disebabkan oleh virus polio menyebar melalui tinja orang yang terinfeksi, penyakit ini belum ada obatnya (Maryunani, 2010).

7. Campak

Penyakit campak (dikenal juga sebagai penyakit rubella, campak sembilan hari, measles) adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata / konjungtiva) dan ruam kulit 3-5 hari setelah anak menderita demam, bercak mula – mula timbul di pipi


(56)

bawah telinga kemudian menjalar kemuka dan anggota tubuh lainnya. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak golongan Paramyxovirus. Penularan melalui udara atau kontak langsung dengan penderita (Maryunani, 2010).

2.3.6. Penyimpanan dan Prosedur yang Harus Diperhatikan sewaktu Menggunakan Vaksin

Chold chain adalah cara penyimpanan agar vaksin dapat digunakan dalam keadaan baik atau tidak rusak sehingga mempunyai kemampuan/efek kekebalan pada penerima vaksin. Vaksin merupakan sediaan biologis yang rentan terhadap perubahan temperatur lingkungan. Vaksin akan rusak apabila temperatur terlalu tinggi atau terkena sinar matahari langsung, seperti vaksin polio oral (OPV), BCG dan campak. Apabila disimpan dalam suhu yang terlalu dingin atau beku, seperti toksoid tetanus, vaksin pertusis (DPT,DT), hepatitis B dan vaksin influensa. Vaksin polio boleh membeku dan mencair tanpa membahayakan potensinya.

Beberapa vaksin yang rusak akan mengalami perubahan fisik. Vaksin DPT apabila pernah membeku akan terlihat gumpalan antigen yang tidak larut lagi walaupun sudah dikocok sekuat-kuatnya. Vaksin lain meskipun potensinya sudah hilang atau berkurang, penampilan fisiknya tidak berubah. Vaksin yang sudah dilarutkan lebih cepat rusak. Sekali potensi vaksin hilang akibat panas atau beku, maka potensinya tidak dapat dikembalikan, walaupun temperatur sudah disesuaikan kembali, sehingga cara penyimpanan vaksin harus bisa menjamin potensi vaksin tidak akan berubah. Potensi vaksin hanya bisa diketahui dengan pemeriksaan laboratorium.


(57)

38

Vaksin yang sudah kadaluarsa harus segera dikeluarkan dari lemari pendingin untuk mencegah terjadinya kecelakaan. Dalam lemari pendingin, vaksin yang sudah terbuka atau sedang dipakai diletakkan dalam satu wadah khusus (tray), sehingga segera dapat dikenali.

Vaksin BCG yang sudah keluar masuk lemari pendingin selama pelayanan imunisasi, harus dibuang pada akhir pelayanan imunisasi (3 jam). Vaksin polio oral dapat cepat dicairkan dan cepat pula dibekukan sampai 10 kali tanpa kehilangan potensi vaksin. Vaksin polio dapat dipakai pada beberapa pelayanan imunisasi asal memenuhi syarat beku kadaluarsa dan disimpan dalam lemari pendingin yang memadai.

Vial vaksin multidosis yang mengandung bakteriostatik seperti DPT, yang telah dipakai dibuang apabila sudah kadaluarsa atau terkontaminasi. Vaksin yang tidak mengandung bakteriostatik, segera dibuang dalam waktu 24 jam setelah pemakaian. Vaksin campak yang sudah dilarutkan agar dibuang setelah 8 jam. Vaksin hepatitis B harus dibuang setelah 24 jam.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan, adalah vaksin yang sangat tidak stabil pada temperatur ruangan yakni vaksin oral polio dan pelarut vaksin campak. Vaksin yang harus dilindungi dari sinar matahari adalah vaksin oral polio, pelarut vaksin BCG. Vaksin yang tidak boleh beku: DPT, DT, pertusis, toksoid tetanus, hepatitis A dan hepatitis B.


(58)

2.4. Kerangka Konsep

Bedasarkan masalah dan tujuan penelitian maka kerangka konsepsional dapat digambarkan sebagai berikut:

Keterangan :

Untuk mengungkap gambaran faktor predisposisi, pendukung dan pendorong ibu terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dan tidak lengkap pada balita, maka kerangka konsep yang digunakan adalah menurut teori Lawrence Green (1980), akan dilihat bagaimana gambaran dari faktor predisposing yang termasuk kedalam faktor

Predisposing factors:  Faktor Demografi :

- Umur - Pendidikan - Pekerjaan  Pengetahuan  Sikap

Reinforcing factors:  Dukungan petugas

kesehatan

 Dukungan Keluarga Enabling factors:  Ketersediaan sarana

pelayanan kesehatan  Jarak ke sarana

pelayanan kesehatan

Tindakan Ibu terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap dan Tidak Lengkap


(59)

40

demografi yaitu umur, pendidikan dan pekerjaan ibu, pengetahuan dan sikap, akan dilihat juga gambaran dari faktor enabling meliputi ketersediaan sarana pelayanan kesehatan dan jarak ke sarana pelayanan kesehatan dan faktor reinforcing meliputi dukungan petugas kesehatan dan dukungan keluarga. Serta dari faktor-faktor tersebut akan dilihat bagaimana gambaran tindakan ibu terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap dan tidak lengkap pada balita.


(1)

keluarga selalu melibatkan ibu dalam mengambil keputusan untuk memberikan imunisasi lengkap pada bayi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 23 53.5 53.5 53.5

ya 20 46.5 46.5 100.0

Total 43 100.0 100.0

keluarga menemani ibu saat ibu membutuhkan teman untuk membawa bayi dalam pemberian imunisasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 20 46.5 46.5 46.5

ya 23 53.5 53.5 100.0

Total 43 100.0 100.0

keluarga selalu ikut memperhatikan pola pemberian imunisasi yang teratur kepada bayi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 9 20.9 20.9 20.9

ya 34 79.1 79.1 100.0

Total 43 100.0 100.0

keluarga peduli terhadap kebutuhan ibu dalam upaya pemberian imunisasi lengkap pada bayi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 7 16.3 16.3 16.3

ya 36 83.7 83.7 100.0

Total 43 100.0 100.0

keluarga selalu memotivasi ibu untuk memberikan imunisasi lengkap kepada bayi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 9 20.9 20.9 20.9

ya 34 79.1 79.1 100.0


(2)

keluarga memberikan pujian kepada ibu untuk menyarankan bayi untuk diimunisasi lengkap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 37 86.0 86.0 86.0

ya 6 14.0 14.0 100.0

Total 43 100.0 100.0

keluarga peduli atau mengerti terhadap perasaan ibu seperti cemas dan takut membawa bayi diimunisasikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 1 2.3 2.3 2.3

ya 42 97.7 97.7 100.0

Total 43 100.0 100.0

anak ibu rutin dibawa ke posyandu/puskesmas untuk diimunisasi Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 16 37.2 37.2 37.2

ya 27 62.8 62.8 100.0

Total 43 100.0 100.0

ibu membawa anak ibu untuk diimunisasi tepat waktu Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 19 44.2 44.2 44.2

ya 24 55.8 55.8 100.0

Total 43 100.0 100.0

ibu membawa anak ibu ke posyandu untuk diimunisasi Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 7 16.3 16.3 16.3

ya 36 83.7 83.7 100.0


(3)

jika sudah waktunya anak ibu diimunisasi, tetapi posyandunya tidak ada ibu tetap mengimunisasikan anak ibu ke tempat lain seperti puskesmas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 27 62.8 62.8 62.8

ya 16 37.2 37.2 100.0

Total 43 100.0 100.0

kategori pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 10 23.3 23.3 23.3

Cukup 25 58.1 58.1 81.4

Kurang 8 18.6 18.6 100.0

Total 43 100.0 100.0

kategori sikap

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 12 27.9 27.9 27.9

Cukup 31 72.1 72.1 100.0

Total 43 100.0 100.0

total skor ketersediaan sarana pelayanan kesehatan Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tersedia dengan baik 42 97.7 97.7 97.7

Tersedia Kurang baik 1 2.3 2.3 100.0

Total 43 100.0 100.0

total skor jarak ke sarana pelayanan kesehatan Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Penunjang yang Baik 43 100.0 100.0 100.0

total skor dukungan petugas kesehatan Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Mendukung 41 95.3 95.3 95.3

Tidak Mendukung 2 4.7 4.7 100.0


(4)

total skor dukungan keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Mendukung 38 88.4 88.4 88.4

Tidak Mendukung 5 11.6 11.6 100.0

Total 43 100.0 100.0

total skor tindakan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Baik 29 67.4 67.4 67.4

Kurang 14 32.6 32.6 100.0

Total 43 100.0 100.0

anak ibu mendapatkan imunisasi dasar lengkap Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak Lengkap 21 48.8 48.8 48.8

Lengkap 22 51.2 51.2 100.0

Total 43 100.0 100.0

usia terakhir mendapatkan imunisasi Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 9-11 bulan 22 51.2 51.2 51.2

6-8 bulan 9 20.9 20.9 72.1

3-5 bulan 10 23.3 23.3 95.3

0-2 bulan 2 4.7 4.7 100.0


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Faktor Pemudah, Pemungkin dan Penguat terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi oleh Ibu di Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2011

4 56 91

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap pada Bayi di Wiliayah Kerja Puskesmas Bulu Kabupaten Sukoharjo.

0 0 16

Analisis Faktor -Faktor yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi (9 -12 Bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

0 0 19

Analisis Faktor -Faktor yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi (9 -12 Bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

0 0 2

Analisis Faktor -Faktor yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi (9 -12 Bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

0 1 12

Analisis Faktor -Faktor yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi (9 -12 Bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

0 0 31

Analisis Faktor -Faktor yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi (9 -12 Bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

0 0 3

Analisis Faktor -Faktor yang Berhubungan Dengan Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi (9 -12 Bulan) di Puskesmas Pangkalan Susu Kabupaten Langkat

0 0 50

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL PADA IBU DENGAN PELAKSANAAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BALITA DI DESA PLUMBUNGAN KECAMATAN GABUS KABUPATEN PATI

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Gambaran Faktor - Faktor Yang Memengaruhi Tindakan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Dan Tidak Lengkap Pada Balita (12 Bulan) Di Desa Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten langkat Tahun 2013

0 0 9