Pengaruh Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

(1)

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP TINDAKAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP

DI KECAMATAN TANJUNG BERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

NIM: 051000135 IRFANI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP TINDAKAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP

DI KECAMATAN TANJUNG BERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TAHUN 2010 SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

NIM. 051000135 IRFANI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul

PENGARUH FAKTOR PREDISPOSISI TERHADAP TINDAKAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP

DI KECAMATAN TANJUNG BERINGIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh:

NIM. 051000025 IRFANI

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi pada Tanggal 4 September 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dr.Heldy BZ, MPH Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes NIP. 19520601 198203 1 003 NIP. 19730803199903 2 001 Penguji II Penguji III

Prof.dr.Aman Nasution, MPH

NIP. 140 019 774 NIP. 140 052 649 dr. Fauzi, SKM

Medan, 4 September 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Dekan,

NIP. 196108311989031001 DR. Drs. Surya Utama, M.S


(4)

ABSTRAK

Imunisasi adalah suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).Pencapaian program imunisasi di di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai pada Tahun 2009 masih rendah dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai yaitu imunisasi BCG sebesar 53,8%. Imunisasi DPT1+HB1 sebesar 63 %, imunisasi DPT3+HB3 sebesar 57%, Imunisasi Polio 3 sebesar 62,3% dan imunisasi Campak sebesar 55,3%.

Jenis penelitian ini adalah survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan dan sikap) terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap di Kecamatan tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi berusia 9 bulan hingga 12 bulan , yaitu sebanyak 286 ibu . Sampel 74 orang diambil dengan teknik simple random sampling. Data primer diambil melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap adalah pendidikan (p=0,001) dan pengetahuan (p=0,000). Variabel yang tidak berpengaruh terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap adalah variabel umur, pekerjaan, pendapatan dan sikap.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada pihak Puskesmas Tanjung Beringin khusunya petugas kesehatan penanggung jawab program imunisasi dan bidan desa hendaknya memberikan motivasi dan penyuluhan tentang imunisasi dasar lengkap tidak hanya kepada para ibu yang memiliki bayi tetapi juga kepada keluarganya. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan dukungan keluarga terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap oleh ibu.


(5)

ABSTRACT

Immunization is a deliberately effort to provide immunity for the baby or children to avoid from infectious diseases that can be prevented by immunization. The achievement of immunization programs in Tanjung Beringin subdistrict Serdang Bedagai district in 2009 was still low if compared with the target of Serdang Bedagai health department. The achievement for Bacciluss Calmette Guerin Immunization (BCG) was 53,8%, while the achievement for Diphtheria, Pertusiss, Tetanus, Hepatitis B (DPT1+HB1) was 63%, DPT3+HB3 was 57%, Polio 3 was 62,3% and Measles was 55,3%.

The type of research used explanatory approach that aimed to explain the influence of predisposing factors of mother (age, education, work, income, knowledge, and attitude) on giving complete basic immunization in Tanjung Beringin subdistrict Serdang Bedagai district in 2010. The population were all 286 mothers who had the child between nine until tweleve months old was obtained 74 mothers. The sample was determined by simple random sampling technique. The primary data were obtained through interviews using questionnaires. The data were analyzed through Logistic Regression.

The results of research showed that variables which had significant influence on the mothers practice on giving complete basic immunization were education (ρ = 0,001) and knowledge( ρ = 0,000). The variables which had not relationship with the mothers practice on giving complete basic immunization were age, work, income and attitude.

Based on this research it is expected to Tanjung Beringin health center especially for the health personnel that responsible for immunization programs and village midwives to give motivation and counseling about the complete basic immunization not only for the mothers but also to their family. That efforts are expected to increase the knowledge and family motivation for the mothers in giving the complete basic immunization


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Irfani

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/30 Januari 1987

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Anak ke : 1 dari 3 bersaudara

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Jl. Tangkul 1 No. 45 Medan

Riwayat Pendidikan : 1. Tahun 1992-1993 : TK Yayasan Kumala Bhayangkari I SPN Sampali Medan

2. Tahun 1993-1999: SD Negeri 060866 Medan 3. Tahun 1999-2002 : SLTP Negeri 11 Medan 4. Tahun 2002-2005 : SMU Negeri 3 Medan 5. Tahun 2005-2010 : Fakultas Kesehatan


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Faktor Predisposisi Terhadap Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Selama penulisan skripsi ini mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak secara moril maupun materil, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. DR. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU).

2. Prof. Dr. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

3. dr. Heldy BZ, MPH, selaku Dosen Pembimbing I sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu, tulus dan sabar memberikan saran, dukungan, nasehat, bimbingan, serta pengarahan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

4. Siti Khadijah Nasution, SKM, MKes, selaku Dosen Pembimbing II sekaligus sebagai Penguji I yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan serta saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.


(8)

5. Prof. dr. Aman Nasution, M.P.H, selaku dosen Penguji II yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

6. dr. Fauzi, SKM, selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

7. dr. Linda Trimurni Maas, MPH, selaku Dosen Pembimbing Akademi yang memberikan dukungan dan saran serta membimbing selama penulis menjalani pendidikan.

8. Fitriadi, S.Sos.M.Si, selaku Camat di Kecamatan Tanjung Beringin dan seluruh staf yang telah membantu penelitian penulis.

9. dr. Erna Ningsih, selaku Kepala Puskesmas Tanjung Beringin dan seluruh staf khususnya Wiwin Handayani, SKM, Eka Yuani Fitri, dan Rismawaty Purba yang telah memberikan dukungan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian. 10.Seluruh Dosen dan staf di FKM USU yang telah memberikan bekal ilmu selama

penulis mengikuti pendidikan.

11.Teristimewa untuk orang tua tercinta, Ayahanda (Irwan Amir, S.E) dan Ibunda (Alm. Nurlatifah Hrp) yang senantiasa memberikan dukungan,do’a dan kasih sayang kepada penulis selama ini, serta adik-adikkku tercinta (Imral Fadillah dan Ricky Irawan)

12.Sahabat-sahabatku (Sri Septenia, SKM, Ellina Margareth Manurung, Yessy Oktorina, Asny Olyfta, SKM, Silvy Yanuasty S.E. dan Vivi Yovita S.Ked yang selalu mendukung dan tidak bosan memberikan semangat kepada penulis.


(9)

13.Teman-teman seperjuangan di Departemen AKK : Ade, Tini, Yuni, Franky, Rina,Ria Risty, Husein, Siska, Ferny, Aida, Bertha, Lydia, Etrie, Zulham, Wisana, Siti Madinah, Suaidah, Rani dan lain-lain.

14.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan semangat, dukungan, bantuan dan do’a selama ini.

Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama untuk kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, September 2010

Penulis IRFANI


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 6

1.4.Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Perilaku ... 8

2.1.1. Konsep Perilaku ... 8

2.1.2. Perilaku Kesehatan ... 9

2.1.3. Domain Perilaku... 12

2.1.4. Determinan Perilaku... 13

2.1.5. Bentuk-Bentuk Perubahan Perilaku ... 15

2.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Imunisasi Dasar pada bayi ... 16

2.2.1. Umur ... 16

2.2.2. Pendidikan ... 16

2.2.3. Pekerjaan ... 17

2.2.4. Pendapatan ... 17

2.2.5. Pengetahuan ... 18

2.2.6. Sikap ... 20

2.2.6.1. Definisi Sikap ... 20

2.2.6.2. Komponen Pokok Sikap ... 21

2.2.6.3. Tingkatan Sikap ... 22

2.2.6.4. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Perubahan Sikap ... 22

2.3. Tindakan Ibu ... 23

2.4. Imunisasi ... 24

2.4.1. Perkembangan Imunisasi di Indonesia ... 25

2.4.2. Tujuan Imunisasi ... 26

2.4.3. Lima Imunisasi Dasar Lengkap ... 27

2.4.4. Usia dan Jadwal Imunisasi ... 30


(11)

2.4.6. Efek Samping Imunisasi ... 34

2.5. Kerangka Konsep ... 36

2.6. Hipotesa Penelitian ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1. Jenis Penelitian ... 37

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.3. Populasi dan Sampel ... 38

3.3.1. Populasi ... 38

3.3.2. Sampel ... 38

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.5. Definisi Operasional... 41

3.6. Aspek Pengukuran ... 43

3.6.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 43

3.6.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 44

3.7. Teknik Analisa Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 46

4.2. Analisis Univariat ... 49

4.2.1. Karakteristik Responden ... 49

4.2.2. Deskripsi Pengetahuan Responden ... 50

4.2.3. Deskripsi Sikap Responden ... 54

4.3. Deskripsi Berdasarkan Variabel Tindakan ... 56

4.4. Analisis Bivariat ... 57

4.4.1. Hubungan antara Umur dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 57

4.4.2. Hubungan antara Pendidikan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 58

4.4.3. Hubungan antara Pekerjaan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 59

4.4.4. Hubungan antara Pendapatan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 60

4.4.5. Hubungan antara Pengetahuan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 60

4.4.6. Hubungan antara Sikap dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 61

4.5. Analisis Multivariat ... 62

4.5.1.Pemilihan Variabel Kandidat Penelitian ... 62

4.5.2 Pembuatan Model Faktor Penentu Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 63

BAB V PEMBAHASAN ... 66

5.1.Variabel yang Berpengaruh terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 66


(12)

5.1.1. Pengaruh Pendidikan terhadap Pemberian

Imunisasi Dasar Lengkap ... 66

5.1.2.Pengaruh Pengetahuan terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 68

5.2. Variabel yang tidak Berpengaruh terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 69

5.2.1. Pengaruh Umur terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 69

5.2.2. Pengaruh Pekerjaan terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 70

5.2.3. Pengaruh Pendapatan Keluarga terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 71

5.2.4. Pengaruh Variabel Sikap terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 72

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

6.1. Kesimpulan ... 74

6.2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN :

Lampiran 1. Kuesioner

Lampiran 2. Pedoman Jawaban


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner ... 36

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 39

Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 40

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Kecamatan Tanjung Beringin... 42

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 43

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Agama ... 43

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan Suku ... 44

Tabel 4.5. Prasarana dan Sarana Kecamatan Tanjung Beringin ... 44

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ... 46

Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Uraian Pengetahuan tentang Imunisasi Dasar Lengkap ... 48

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan tentang Imunisasi Dasar Lengkap ... 50

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap tentang Imunisasi Dasar Lengkap ... 51

Tabel 4.10.Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Sikap tentang Imunisasi Dasar Lengkap ... 52

Tabel 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 53

Tabel 4.12. Hubungan antara Umur dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 54

Tabel 4.13. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 55

Tabel 4.14. Hubungan antara Pekerjaan dengan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 55


(14)

Tabel 4.15. Hubungan antara Pendapatan dengan Pemberian Imunisasi

Dasar Lengkap ... 56 Tabel 4.16. Hubungan antara Pengetahuan dengan Pemberian Imunisasi

Dasar Lengkap ... 57 Tabel 4.17. Hubungan antara Sikap dengan Pemberian Imunisasi

Dasar Lengkap ... 58 Tabel 4.18. Hasil Analisis Bivariat antara Variabel Umur, Pendidikan,

Pekerjaan, Pendapatan, Pengetahuan dan

Sikap dengan Variabel Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap ... 59 Tabel 4.19. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara

Umur, Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap ... 59 Tabel 4.20 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara

Pendidikan, Pengetahuan dan Sikap ... 60 Tabel 4.21 Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik antara

Pendidikan dan Pengetahuan . ... 60

DAFTAR GAMBAR

Halaman


(15)

ABSTRAK

Imunisasi adalah suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).Pencapaian program imunisasi di di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai pada Tahun 2009 masih rendah dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai yaitu imunisasi BCG sebesar 53,8%. Imunisasi DPT1+HB1 sebesar 63 %, imunisasi DPT3+HB3 sebesar 57%, Imunisasi Polio 3 sebesar 62,3% dan imunisasi Campak sebesar 55,3%.

Jenis penelitian ini adalah survei dengan tipe explanatory research yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan dan sikap) terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap di Kecamatan tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi berusia 9 bulan hingga 12 bulan , yaitu sebanyak 286 ibu . Sampel 74 orang diambil dengan teknik simple random sampling. Data primer diambil melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap adalah pendidikan (p=0,001) dan pengetahuan (p=0,000). Variabel yang tidak berpengaruh terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap adalah variabel umur, pekerjaan, pendapatan dan sikap.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan kepada pihak Puskesmas Tanjung Beringin khusunya petugas kesehatan penanggung jawab program imunisasi dan bidan desa hendaknya memberikan motivasi dan penyuluhan tentang imunisasi dasar lengkap tidak hanya kepada para ibu yang memiliki bayi tetapi juga kepada keluarganya. Hal ini diharapkan mampu meningkatkan dukungan keluarga terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap oleh ibu.


(16)

ABSTRACT

Immunization is a deliberately effort to provide immunity for the baby or children to avoid from infectious diseases that can be prevented by immunization. The achievement of immunization programs in Tanjung Beringin subdistrict Serdang Bedagai district in 2009 was still low if compared with the target of Serdang Bedagai health department. The achievement for Bacciluss Calmette Guerin Immunization (BCG) was 53,8%, while the achievement for Diphtheria, Pertusiss, Tetanus, Hepatitis B (DPT1+HB1) was 63%, DPT3+HB3 was 57%, Polio 3 was 62,3% and Measles was 55,3%.

The type of research used explanatory approach that aimed to explain the influence of predisposing factors of mother (age, education, work, income, knowledge, and attitude) on giving complete basic immunization in Tanjung Beringin subdistrict Serdang Bedagai district in 2010. The population were all 286 mothers who had the child between nine until tweleve months old was obtained 74 mothers. The sample was determined by simple random sampling technique. The primary data were obtained through interviews using questionnaires. The data were analyzed through Logistic Regression.

The results of research showed that variables which had significant influence on the mothers practice on giving complete basic immunization were education (ρ = 0,001) and knowledge( ρ = 0,000). The variables which had not relationship with the mothers practice on giving complete basic immunization were age, work, income and attitude.

Based on this research it is expected to Tanjung Beringin health center especially for the health personnel that responsible for immunization programs and village midwives to give motivation and counseling about the complete basic immunization not only for the mothers but also to their family. That efforts are expected to increase the knowledge and family motivation for the mothers in giving the complete basic immunization


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana yang dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 (Depkes RI, 2009).

Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban ganda (double burden). Penyakit menular masih merupakan masalah, sementara penyakit degeneratif juga muncul sebagai masalah. Penyakit menular tidak mengenal batas wilayah administrasi, sehingga menyulitkan pemberantasannya. Dengan tersedianya vaksin yang dapat mencegah penyakit menular tertentu, maka tindakan pencegahan untuk mencegah berpindahnya penyakit dari satu daerah ke daerah lain atau satu negara ke negara lain dapat dilakukan dalam waktu relatif singkat dan dengan hasil yang efektif (Depkes RI, 2005).

Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan “Indonesia Sehat 2010’ adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, yang berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan yang sehat. Sebagai acuan pembangunan kesehatan kepada konsep “Paradigma Sehat” yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif) dibandingkan upaya


(18)

pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.(Depkes RI, 2005).

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar dari penyakit (Depkes RI, 2000). Imunisasi juga merupakan upaya pencegahan primer yang sangat efektif untuk menghindari terjangkitnya penyakit infeksi. Dengan demikian, angka kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yang ditimbulkannya pun akan berkurang (WHO, 2007).

Program imunisasi di puskesmas dilaksanakan baik melalui program rutin maupun program tambahan untuk Penyakit-Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) seperti penyakit TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Polio, Hepatitis B (HB), dan Campak. Idealnya bayi harus mendapat imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG satu kali, DPT tiga kali, Polio empat kali, HB tiga kali, dan Campak satu kali (Depkes RI, 2005).

Indikator program imunisasi yang digunakan untuk mengukur pencapaian Indonesia Sehat 2010 adalah persentase desa yang mencapai Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi lengkap 100 % secara merata pada bayi di 100% desa/kelurahan pada tahun 2010 (Depkes RI, 2005).

Hampir lima juta bayi di Indonesia setiap tahunnya butuh imunisasi rutin atau L-I-L (Lima Imunisasi Lengkap). Riset Kesehatan Dasar 2007 melaporkan bahwa 500.000 anak di Indonesia tidak mendapatkan setengah dari vaksin Lima Imunisasi Lengkap (UNICEF, 2009).


(19)

Sejak penetapan the Expanded Program on Immunization (EPI) atau Program Pembangunan Imunisasi (PPI) oleh WHO tahun 1974, cakupan imunisasi dasar anak meningkat dari 5% hingga mendekati 80% di seluruh dunia. Sekurang-kurangnya ada 2,7 juta kematian akibat campak, tetanus neonatorum dan pertusis serta 200.000 kelumpuhan akibat polio yang dapat dicegah setiap tahunnya. Vaksinasi terhadap 7 penyakit telah direkomendasikan EPI sebagai imunisasi rutin di negara berkembang: BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B (Bates, 1994).

Cakupan imunisasi rutin secara nasional dalam tiga tahun terakhir mencapai lebih dari 90% namun masih belum merata di semua desa. Hal ini ditunjukkan dengan pencapaian UCI desa dalam tiga tahun terakhir belum mencapai 80% (Pedoman Penyelenggaraan PIN, 2005).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2008, di Indonesia cakupan imunisasi BCG sebesar 86,9%, imunisasi campak sebesar 81,6%, imunisasi Polio sebesar 71%, imunisasi DPT sebesar 67,7%, dan imunisasi Hepatitis B sebesar 62,8%, sedangkan cakupan imunisasi lengkap sebesar 46,2% (Depkes RI, 2008).

Di Sumatera Utara pencapaian program imunisasi sudah cukup tinggi bila dilihat dari cakupan jenis imunisasi di mana 306.221 orang bayi yang menjadi sasaran, diketahui bahwa yang mendapat imunisasi BCG sebesar 286.215 orang (93,47%), imunisasi DPT1+HB1 sebesar 295.499 orang (96,50%), imunisasi DPT3+HB3 sebesar 277.239 orang (90,54%), imunisasi Polio3 sebesar 286.359 orang (93,51%), imunisasi campak sebesar 282.550 orang (92,27%), dan imunisasi hepatitis B3 sebesar 142.235 orang (46,45%) (Dinkes Sumut, 2009).


(20)

Menurut Defianti dalam Elisa (2007) di Kecamatan Medan Sunggal menunjukkan bahwa ada pengaruh antara pengetahuan dan peran serta ibu dalam kelengkapan pemberian imunisasi. Hasil Penelitian Kamidah dan Satrinawati dalam Maryani (2009) di Yogyakarta menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara tingkat pengetahuan dengan perilaku ibu terhadap imunisasi bayinya. Hasil penelitian Sri Sulastri (2002) di Kecamatan Andir Kota Bandung menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu terhadap pemanfaatan pelayanan imunisasi BCG. Menurut Ningrum dalam Maryani (2009) di Kabupaten Boyolali menyatakan bahwa tingkat pendidikan ibu mempunyai pengaruh positif terhadap kelengkapan imunisasi dasar. Menurut penelitian Ali (2002), didapatkan bahwa usia ibu berhubungan dengan pengetahuan dan perilaku mereka terhadap imunisasi.

Tanggung jawab keluarga terutama para ibu terhadap imunisasi bayi dan balita sangat memegang peranan penting sehingga akan diperoleh suatu manfaat terhadap keberhasilan imunisasi serta peningkatan kesehatan anak. Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting, oleh sebab itu suatu pemahaman tentang program ini amat diperlukan untuk kalangan tersebut. (Ali, 2002)

Di Kabupaten Serdang Bedagai pencapaian program imunisasi dengan cakupan sebesar 14.530 orang bayi, diketahui bahwa yang mendapat imunisasi BCG sebesar 13.320 orang (91,67%), imunisasi DPT1+HB1 sebesar 13.665 orang (94,05%), imunisasi DPT3+HB3 sebesar 13.269 orang (91,32%), imunisasi Polio3 sebesar 13.190 orang (90,78%), imunisasi campak sebesar 12.832 orang (87%), dan imunisasi Hepatitis B3 sebesar 9.835 orang (67,69 %) (Dinkes Serdang Bedagai, 2009).


(21)

Indikator program imunisasi yang digunakan untuk mengukur pencapaian Kabupaten Serdang Bedagai Sehat 2010 adalah Persentase Desa yang mencapai UCI. Desa yang mencapai UCI adalah desa yang cakupan imunisasi campaknya 100%. Berdasarkan data dari Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai, bahwa Kecamatan Tanjung Beringin memiliki persentase cakupan desa/kelurahan UCI yang terendah hanya sekitar 25%.

Pencapaian program imunisasi di Kecamatan Tanjung Beringin pada tahun 2009 diketahui bahwa yang mendapat imunisasi BCG sebesar 53,8%, imunisasi DPT1+HB1 sebesar 63,0%, imunisasi DPT3+HB3 sebesar 57,0%, imunisasi Polio3 sebesar 62,3%, imunisasi campak sebesar 55,3% (Profil Puskesmas Tanjung Beringin, 2010). Persentase cakupan imunisasi dasar lengkap ini masih rendah jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Serdang Bedagai yaitu imunisasi BCG sebesar 95,0%, imunisasi hepatitis B sebesar 97,0%, imunisasi DPT1+HB1 sebesar 97,0%, imunisasi DPT3+HB3 sebesar 90,0%, imunisasi Polio 4 sebesar 90,0% dan imunisasi Campak sebesar 90,0%.

Berdasarkan survei pendahuluan di Puskesmas Tanjung Beringin, peneliti melakukan diskusi secara langsung dengan petugas pengelola program imunisasi dan didapat keterangan bahwa pencapaian program imunisasi sangat rendah diduga disebabkan oleh sebagian besar wanita menikah di usia muda, selain itu juga pendidikannya rendah, dan pengetahuannya kurang tentang imunisasi dasar lengkap.

Depkes RI (2000) menyebutkan komponen pendukung ibu melakukan imunisasi dasar pada bayi antara lain kemampuan individu menggunakan pelayanan


(22)

kesehatan yang diperkirakan berdasarkan pada faktor pendidikan, pengetahuan, sumber pendapatan atau penghasilan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh faktor predisposisi ibu (meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, sikap, dan jumlah anak) terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.

1.2. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh faktor predisposisi ibu (meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, dan sikap) terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi ibu (meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, dan sikap) terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010.


(23)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan kepada pemegang program imunisasi, program kesehatan ibu dan anak maupun untuk evaluasi keberhasilan program imunisasi di tingkat puskesmas.

2. Menambah pengetahuan penulis dalam penelitian lapangan dan dapat dimanfaatkan sebagai referensi ilmiah untuk pengembangan ilmu khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan.

3. Sebagai bahan perbandingan dan sumber informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1. Konsep Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakekatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Notoatmodjo (2003) yang mengutip pendapat Skiner seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-Organisme-Respons.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :


(25)

1. Perilaku tertutup (covert behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behaviour atau unobservable behaviour, misalnya seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV /AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

2. Perilaku terbuka (overt behaviour)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behaviour, tindakan nyata atau praktek. Misal, seorang ibu memeriksakan kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk di imunisasi (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku Kesehatan

Berdasarkan batasan perilaku Skiner, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok :


(26)

1. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan (health maintance)

Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari tiga aspek :

a. Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

b. Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. Perlu dijelaskan di sini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relative, maka dari itu orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang seoptimal mungkin.

c. Perilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya makanan dan minuman juga dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung pada perilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut (Notoatmodjo, 2003).

2. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behaviour). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita dan atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri (Notoatmodjo, 2003).


(27)

3. Perilaku kesehatan lingkungan

Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak memengaruhi kesehatannya. Dengan perkataan lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, atau masyarakatnya. Misalnya bagaimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). Seorang ahli lain Becker dalam Notoatmodjo (2003) membuat klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan yaitu :

a. Perilaku hidup sehat (healthy behaviour)

Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya.

b. Perilaku sakit (illness behaviour)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab, dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.

c. Perilaku peran sakit (the sick role behaviour)

Dari segi sosiologi, orang sakit (pasien) mempunyai peran, yang mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak dan kewajiban ini harus diketahui oleh orang sakit sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role).


(28)

Domain Perilaku

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang) namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang namun respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebabkan determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni :

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersikap given atau bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Smet, 1994).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku manusia sangatlah kompleks, dan mempunyai bentangan yang sangat luas. Benyamin Bloom, seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku manusia itu ke dalam tiga domain, ranah atau kawasan yakni : a) kognitif (cognitive), b) afektif (affective), c) psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yaitu pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan tindakan (practice ) (Notoatmodjo, 2003).


(29)

Determinan Perilaku

Faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk dibatasi karena perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Secara lebih terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan, seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

Beberapa teori yang telah dicoba untuk mengungkapkan determinan perilaku dari analisis faktor-faktor yang memengaruhi perilaku khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain teori Lawrence Green dan WHO (World Health Organization).

1. Teori Lawrence Green

Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yakni faktor perilaku dan faktor di luar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari tiga faktor.

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban, dan sebagainya.

c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku pertugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.


(30)

Dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Seseorang yang tidak mau mengimunisasikan anaknya di posyandu dapat disebabkan karena orang tersebut tidak atau belum mengetahui manfaat imunisasi bagi anaknya (predisposing factors), tetapi barangkali juga karena rumahnya jauh dengan posyandu atau puskesmas tempat mengimunisasikan anaknya (enabling factors). Sebab lain mungkin karena para petugas kesehatan atau tokoh masyarakat lain di sekitarnya tidak pernah mengimunisasikan anaknya (reinforcing factors).

2. Teori WHO

Tim kerja dari WHO menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang itu berperilaku tertentu adalah karena adanya empat alasan pokok yaitu, pemikiran dan perasaan seseorang, adanya orang lain yang dijadikan referensi, dan sumber-sumber atau fasilitas-fasilitas yang dapat mendukung perilaku, dan kebudayaan masyarakat. Pemikiran dan perasaan, yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan, dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek (kesehatan) (Notoadmodjo, 2003).


(31)

2.1.5. Perubahan Perilaku

Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku (Notoatmodjo, 2003).

1. Perubahan Alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah. Sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat di dalamnya juga mengalami perubahan (Notoadmodjo, 2003).

2. Perubahan Terencana (Planned Change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek. Misalnya, pak Anwar adalah perokok berat., karena pada suatu saat ia terserang batuk-batuk yang sangat mengganggu, maka ia memutuskan untuk mengurangi rokok sedikit demi sedikit, dan akhirnya ia berhenti merokok sama sekali (Notoadmodjo, 2003).

3. Kesediaan untuk Berubah

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi tersebut (berubah perilakunya), dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah (readliness to change) yang berbeda-beda (Notoadmodjo, 2003).


(32)

2.2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Imunisasi Dasar Pada Bayi

Keberhasilan pemberian imunisasi kepada bayi memerlukan kerjasama dan dukungan dari semua pihak terutama kesadaran ibu-ibu yang mempunyai bayi untuk membawa bayinya ke fasilitas pelayanan imunisasi, seperti Posyandu, Rumah Sakit, Klinik Bersalin, Praktek Dokter atau Bidan.

Adapun faktor-faktor yang memengaruhi imunisasi dasar pada bayi adalah sebagai berikut :

2.2.1. Umur Ibu

Umur merupakan salah satu sifat karakteristik tentang orang yang sangat utama. Umur mempunyai hubungan dengan tingkat keterpaparan, besarnya risk serta sifat resistensi. Perbedaan pengalaman terhadap masalah kesehatan/penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh umur individu tersebut (Khalimah, 2007).

Dari penelitian Ali (2002), didapatkan bahwa usia ibu berhubungan dengan pengetahuan dan perilaku mereka terhadap imunisasi.

2.2.2. Pendidikan Ibu

Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan tumbuhnya budi pekerti (kekuatan, batin, karakter), pikiran (intelektual) dan tubuh anak (Munib, 2004).

Menurut Dictionary of Education, pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari


(33)

sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal (Munib, 2004).

Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik orang tua dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya (Munib, 2004)

2.2.3. Pekerjaan Ibu

Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-macam, berkembang, dan berubah, bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada sesuatu keadaan yang lebih memuaskan dari pada keadaan sebelumnya (Anoraga, 1998).

Bagi pekerja wanita, mereka adalah ibu rumah tangga yang sulit lepas begitu saja dari lingkungan keluarga. Wanita mempunyai beban dan hambatan lebih berat dibandingkan rekan prianya. Dalam arti wanita harus lebih dulu mengatasi urusan keluarga, suami, anak dan hal-hal yang menyangkut urusan rumah tangganya, termasuk urusan imunisasi anaknya (Anoraga, 1998).

Dari penelitian Khalimah (2007), didapatkan bahwa pekerjaan ibu berhubungan dengan penerapan imunisasi campak.

2.2.4. Pendapatan

Menurut Sumardidan Dieter Evers dalam Khalimah (2007), pendapatan yaitu seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang dari pihak lain maupun dari


(34)

hasil sendiri. Jadi yang dimaksud pendapatan adalah suatu tingkat penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan pokok dan pekerjaan sampingan dari orang tua dan anggota keluarga lainnya.

Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer maupun yang sekunder (Soetjiningsih, 1995).

2.2.5. Pengetahuan (Knowledge)

Benyamin Bloom dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers dalam Notoatmodjo (2003) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.


(35)

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku ini tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan.

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya dan merupakan pengetahuan yang rendah.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).


(36)

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakkan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar yang didapat dari pendidikan (Notoatmodjo, 2003).

2.2.6. Sikap (attitude) 2.2.6.1. Definisi Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kesediaan untuk bertindak dan bukan pelaksanaan motif tertentu. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari


(37)

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007).

Newcomb dalam Notoatmodjo (2007), menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

2.2.6.2. Komponen Pokok Sikap

Allport yang dikutip dari Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok, yaitu :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sebagai contoh misalnya, seorang ibu telah mendengar tentang penyakit polio (penyebabnya, akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam berpikir ini komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu tersebut berniat mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya anaknya tidak terkena polio. Ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang berupa penyakit polio.


(38)

2.2.6.3. Tingkatan Sikap

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoatmodjo, 2003).

2.2.6.4. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap

1. Faktor Internal (individu itu sendiri), yaitu cara individu dalam menanggapi dunia luarnya dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima atau ditolak.

2. Faktor Eksternal, yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap (Notoatmodjo, 2003).


(39)

2.3. Tindakan Ibu

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek (practice) begitu juga dengan tindakan (practice) kesehatan seperti mengimunisasikan anaknya (Notoatmodjo, 2003).

Suatu sikap belum tentu otomatis terwujud dalam suatu tindakan atau peran serta. Untuk mewujudkan suatu sikap menjadi suatu perbuatan nyata atau peran serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Di samping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orangtua atau mertua dan lain-lain (Notoatmodjo, 2003).

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respons terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah indikator praktek tingkat dua.


(40)

3. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang mengimunisasikan anaknya pada umur-umur tertentu tanpa menunggu ajakan atau perintah.

2.4. Imunisasi

Imunisasi merupakan upaya yang dilakukan guna mencegah penyakit tertentu, dengan jalan memberikan kekebalan secara pasif. Bayi yang diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Kekebalan (imunitas) seseorang dapat diperoleh sejak lahir yaitu imunitas bawaan (innate immunity) dan ada juga imunitas yang diperoleh (acquired immunity). Proses terjadinya imunitas dalam tubuh ada secara aktif yaitu apabila seseorang menderita penyakit tertentu seperti cacar air (varicella) dan campak (measles) atau diberikan imunisasi DPT, BCG dan lain-lain. Dikatakan imunitas secara aktif yaitu karena tubuh sendiri yang berusaha membuat pertahanan dengan membentuk antibodi setelah terinfeksi dengan bibit penyakit tadi, maupun melalui rangsangan dengan memberikan vaksin yang berisikan kuman-kuman penyakit yang telah dilemahkan atau toxin kuman penyakit yang disebut toxoid (Markum, 1987).

Kekebalan yang diperoleh secara aktif biasanya bertahan lama, malah seumur hidup. Selain kekebalan aktif tersebut ada juga yang diperoleh secara pasif yaitu kekebalan yang diperoleh karena bawaan sejak lahir, misalnya bayi yang baru lahir sampai berumur di bawah sembilan bulan tidak akan terkena campak karena


(41)

dalam tubuhnya telah ada antibodi yang diperoleh dari ibunya sewaktu berada dalam kandungan (Markum, 1987).

2.4.1. Perkembangan Imunisasi di Indonesia

Di Indonesia, program imunisasi telah dimulai sejak abad ke 19 untuk membasmi penyakit cacar di Pulau Jawa. Kasus cacar terakhir di Indonesia ditemukan pada tahun 1972 dan pada tahun 1974 Indonesia secara resmi dinyatakan negara bebas cacar. Tahun 1977 sampai dengan tahun 1980 mulai diperkenalkan imunisasi BCG, DPT dan TT secara berturut-turut untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit-penyakit TBC anak, difteri, pertusis dan tetanus neonatorum. Tahun 1981 dan 1982 berturut-turut mulai diperkenalkan antigen polio dan campak yang dimulai di 55 buah kecamatan dan dikenal sebagai Kecamatan Pengembangan Program Imunisasi (PPI) (Depkes RI, 2005).

Pada tahun 1984, cakupan imunisasi lengkap secara nasional baru mencapai 4%. Dengan strategi akselerasi, cakupan imunisasi dapat ditingkatkan menjadi 73% pada akhir tahun 1989. Strategi ini terutama ditujukan untuk memperkuat infrastruktur dan kemampuan manajemen program. Dengan bantuan donor internasional (antara lain WHO, UNICEF, USAID) program berupaya mendistribusikan seluruh kebutuhan vaksin dan peralatan rantai dinginnya serta melatih tenaga vaksinator dan pengelola rantai dingin . Pada akhir tahun 1989, sebanyak 96% dari semua kecamatan di tanah air memberikan pelayanan imunisasi dasar secara teratur (Depkes RI, 2000).


(42)

Dengan status program demikian, pemerintah bertekad untuk mencapai UCI yaitu komitmen internasional dalam rangka Child Survival pada akhir tahun 1990. Dengan penerapan strategi mobilisasi sosial dan pengembangan Pemantauan Wilayah Setempat (PWS), UCI ditingkat nasional dapat dicapai pada akhir tahun 1990. Akhirnya lebih dari 80% bayi di Indonesia mendapat imunisasi lengkap sebelum ulang tahunnya yang pertama. (Depkes RI, 2000).

Dengan capaian program Imunisasi dasar rutin lebih dari 80%, selama 10 tahun sejak tahun 1995 sampai 2005, maka di Indonesia tidak ditemukan kasus polio. Tetapi pada Maret 2005, ditemukan virus polio liar yang berasal dari Nigeria di desa Cidahu Jawa Barat. Kemudian kasus polio menyebar ke beberapa provinsi. Sehingga untuk memutus rantai penularannya, pemerintah segera melakukan imunisasi serentak pada daerah-daerah yang terdapat kasus polio. Kemudian imunisasi dilanjutkan dengan 5 kali putaran Pekan Imunisasi Nasional pada tahun 2005 dan 2006. Dengan dilakukannya upaya imunisasi tersebut, sampai saat ini tidak ada lagi kasus polio liar di Indonesia (Anonim, 2009)

Mulai tahun 1992 diperkenalkan imunisasi Hepatitis B di beberapa kabupaten di beberapa propinsi dan mulai tahun 1997 imunisasi Hepatitis B dilaksanakan secara nasional. Sampai saat ini program imunisasi di Indonesia secara rutin memberikan antigen BCG, DPT, Polio, Campak, dan hepatitis B (Anonim, 2009).

2.4.2. Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat,


(43)

karena dengan imunisasi tubuh akan membuat zat antibodi dalam jumlah yang cukup banyak sehingga anak menjadi kebal atau imun terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi tersebut (Ranuh, 2001).

Program imunisasi dasar merupakan salah satu program priorotas Dirjen PPM&PL (Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan). Adapun dalam imunisasi dasar meliputi DPT, Polio, BCG, Campak dan Hepatitis. Sebagai sasaran adalah bayi berumur 0-1 tahun. Tujuan dari imunisasi dasar adalah tercapainya kekebalan Penyakit yang dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) pada masyarakat (Depkes RI, 2005).

Tanpa imunisasi sekitar 2 dari 100 kelahiran hidup akan meninggal karena batuk rejan, 2 dari 100 kelahiran hidup akan meninggal karena tetanus. Imunisasi yang dilakukan dengan memberikan vaksin tertentu akan melindungi anak dari penyakit-penyakit tertentu. Walaupun saat ini fasilitas pelayanan untuk imunisasi telah tersedia di masyarakat tetapi tidak semua bayi telah dibawa untuk mendapatkan imunisasi yang lengkap (Depkes RI, 1997).

2.4.3. Lima Imunisasi Dasar Lengkap

1) Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC pada selaput otak, TBC Milier (pada seluruh lapangan paru) atau TBC tulang. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung


(44)

kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan diberikan pada bayi umur 2 atau 3 bulan, kemudian cara pemberian imunisasi BCG melalui intra dermal. Efek samping pada BCG dapat terjadi ulikus pada daerah suntikan dan dapat terjadi limfadenitis regional, dan reaksi panas (Hidayat, 2005).

TBC merupakan penyakit yang banyak dijumpai di Indonesia. Kuman TBC masuk ke dalam tubuh manusia, utamanya melalui paru-paru dengan cara menghirup udara yang terkontaminasi dengan kuman TBC. Anak-anak yang terpapar oleh kuman TBC untuk pertama kalinya, akan menderita penyakit TBC yang dikenal dengan sebutan komplek primer. Kuman yang berhasil ditangkap di saluran pernapasan bronkhus, lalu diseret ke dalam kelenjar limfe. Namun karena kuman TBC ini amat bandel untuk dimatikan, kadang kuman TBC malah bisa menginfeksi kelejar limfe. Bila anak dengan pertahanan tubuh yang cukup karena memliki status gizi yang baik, maka umumnya tubuh dapat menahan serangan infeksi TBC, dan penyakitnya tidak berkembang. Sampai tahap tersebut anak yang bersangkutan sukses menahan serangan kuman TBC. Pada anak-anak penyakit TBC dapat menimbulkan komplikasi, menjalar ke otak dan menimbulkan meningitis (meningitis tuberculosa). Penyakit ini sangat berbahaya, karena menimbulkan kematian dan kelainan saraf apabila survive dan dapat menimbulkan kecacatan yang permanen (Achmadi, 2006).

Daya kekebalan yang ditimbulkan oleh vaksin BCG amat bervariasi. 85 persen daya kekebalan yang telah ditimbulkan oleh pemberian vaksin BCG semasa lahir akan menurun efektifitasnya ketika anak menjelang dewasa. Meskipun terdapat


(45)

kontroversi terhadap pemberian vaksin BCG, terutama dalam hal kemampuan perlindungan terhadap serangan TBC, ada kesepakatan bahwa pemberian BCG dapat mencegah timbulnya komplikasi seperti radang otak atau meningitis yang diakibatkan oleh TBC pada anak. Dengan demikian, BCG masih bermafaat khususnya dalam mencegah timbulnya cacat pascameningitis. Dengan kata lain, vaksin BCG masih diperlukan bagi anak-anak (Achmadi, 2006).

2) Imunisasi DPT (Diptheri, Pertusis, dan Tetanus)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang pembentukan zat anti (toksoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah tiga kali, dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT melalui intra muskular.

Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan efek berat, efek ringan seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam sedangkan efek berat dapat menangis hebat kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan shock (Hidayat, 2005).


(46)

3) Imunisasi Polio

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah empat kali. Waktu pemberian imunisasi polio pada umur 0-11 bulan dengan interval pemberian 4 minggu. Cara pemberian imunisasi melalui oral ( Hidayat, 2005).

4) Imunisasi Campak

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali. Waktu pemberian imunisasi campak pada umur 9-11 bulan. Cara pemberian imunisasi campak melalui subkutan kemudian efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada tempat suntikan dan panas (Hidayat, 2005).

5) Imunisasi Hepatitis B

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis yang kendungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis tiga kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0-11 bulan. Cara pemberian imunisasi ini adalah intramuskular (Hidayat, 2005).

2.4.4. Usia dan Jadwal Imunisasi

Usia yang baik untuk diberikan imunisasi secara lengkap adalah sebelum bayi mendapat infeksi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, berilah


(47)

imunisasi sedini mungkin setelah bayi lahir dan usahakan melengkapi imunisasi sebelum bayi berumur 1 tahun, hal ini berkaitan dengan semakin menurunnya daya tahan tubuh bayi yang diperoleh dari ibunya. Khusus untuk campak dimulai segera setelah anak berusia 9 bulan, kemungkinan besar pembentukan zat kekebalan dalam tubuh anak dihambat oleh karena masih adanya zat kekebalan yang berasal dari darah ibu.

Urutan pemberian jenis imunisasi, berapa kali harus diberikan serta jumlah dosis juga sudah ditentukan sesuai dengan kebutuhan tubuh bayi. Penggabungan pemberian imunisasi DPT dengan Hepatitis B (HB) yang dinamakan DPT+HB Combo dengan tujuan untuk meningkatkan cakupan jenis imunisasi, mengurangi jumlah suntikan imunisasi dan menghemat biaya vaksin.Untuk jenis imunisasi yang harus diberikan lebih dari sekali juga harus diperhatikan rentang waktu antara satu pemberian dengan pemberian berikutnya. Untuk lebih jelasnya seperti terdapat pada tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1. Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi

Umur Vaksin Tempat

Bayi lahir di rumah :

0 bulan HB1 Rumah

1 bulan BCG, Polio1 Posyandu

2 bulan DPT/HB kombo1, Polio2 Posyandu

3 bulan DPT/HB kombo2, Polio3 Posyandu

4 bulan DPT/HB kombo3, Polio4 Posyandu

9 bulan Campak Posyandu

Bayi lahir di RS/Bidan Praktek :

0 bulan HB1, Polio1, BCG RS/ Bidan

2 bulan DPT/HB kombo1, Polio2 RS/ Bidan

3 bulan DPT/HB kombo2, Polio3 RS/ Bidan

4 bulan DPT/HB kombo3, Polio4 RS/ Bidan

9 bulan Campak RS/ Bidan


(48)

2.4.5. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi

Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah tuberculosis, difteri, pertusis, tetanus, hepatitis B, polio, dan campak. Berikut ini akan dijelaskan secara ringkas mengenai bahaya penyakit-penyakit tersebut :

a. Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa (disebut juga batuk darah). Penyakit ini menyebar melalui pernafasan lewat bersin atau batuk . Gejala awal penyakit adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam dan keluar keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya adalah batuk terus-menerus, nyeri dada dan (mungkin) batuk darah. Gejala lain tergantung pada organ yang diserang. Tuberculosis dapat menyebabkan kelemahan dan kematian (Depkes RI, 2005).

b. Difteri

Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak fisik dan pernafasan. Gejala awal penyakit adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan dan demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Difteri dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernafasan yang berakibat kematian (Depkes RI, 2005).

c. Pertusis

Disebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari adalah penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis. Penyebaran pertusis adalah melalui tetesan-tetesan kecil yang keluar dari batuk atau bersin. Gejala


(49)

penyakit adalah pilek, mata merah, bersin, demam dan batuk ringan yang lama-kelamaan batuk menjadi parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat dan keras. Komplikasi pertusis adalah pneumonia bacterialis yang dapat menyebabkan kematian (Depkes RI, 2005).

d. Tetanus

Tetanus adalah penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi melalui kotoran yang masuk ke dalam luka yang dalam. Gejala awal penyakit adalah kaku otot pada rahang disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi terdapat juga gejala berhenti menyusui (sucking) antara 3-28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi lain yang dapat menimbulkan kematian (Depkes RI, 2005).

e. Hepatitis B

Hepatitis B (penyakit kuning) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis b yang merusak hati. Penyebaran penyakit terutama melalui suntikan yang tidak aman, dari ibu ke bayi selama proses persalinan dan melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada ialah merasa lemah, gangguan perut, dan gejala lain seperti flu. Urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pula pada mata ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan Cirrhosis hepatic, kanker hati dan menimbulkan kematian (Depkes RI, 2005).


(50)

f. Polio

Penyakit polio dapat dicegah dengan pemberian vaksin polio. Dikenal sebagai penyakit lumpuh pada anak. Penyakit ini ditandai dengan panas badan, sakit tenggorokan, mual, sakit kepala, diare, kekakuan pada leher, punggung dan lengan. Penyakit ini dapat menyebabkan kesulitan bernafas, kelumpuhan dan kematian. Merupakan penyakit yang masih banyak ditemukan pada anak lebih dari 2 tahun. Keluhannya berupa panas badan, lemah, lidah menjadi kotor. Pada kasus yang berat dapat menimbulkan perdarahan usus, penurunan kesadaran, meningitis sampai menimbulkan kematian (Depkes RI, 2005).

g. Campak (measles)

Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus measles. Disebarkan melalui droplet bersin atau batuk dari penderita. Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, conjunctivitis (mata merah). Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi saluran nafas (pneumonia) (Depkes RI, 2005).

2.4.6. Efek samping Imunisasi

Dewasa ini pemberian imunisasi dapat dikatakan sudah aman, meskipun demikian karena vaksin yang dimasukkan merupakan kuman yang telah dilemahkan maka biasanya setelah pemberian imunisasi bayi mengalami gejala umum seperti demam disertai perilaku rewel dan menangis. Sebenarnya gejala demam dan panas itu


(51)

merupakan hal yang menunjukkan reaksi vaksin di dalam tubuh sehingga tidak perlu dicemaskan (Theophillus, 2004).

Bagi ibu yang bayinya telah diimunisasi sering kali salah menafsirkan gejala tersebut, hal ini berakibat bayinya tidak dibawa untuk imunisasi pada jadwal berikutnya (Anonim, 2005).

Sesuai dengan keputusan KONIKA (Kongres Nasional Ilmu Kesehatan Anak) tahun 1984 bahwa sakit ringan bukanlah indikasi kontra untuk pemberian imunisasi. Hal ini perlu diperhatikan oleh para petugas kesehatan sebab hal tersebut sangat berbeda dengan anggapan lama bahwa imunisasi dapat diberikan hanya pada anak yang sehat (Depkes RI, 1997).

Berdasarkan petunjuk pelaksanaan pengembangan program imunisasi (Depkes RI, 1990) imunisasi dapat diberikan kepada :

1. Anak sehat 2. Anak pilek

3. Anak batuk rejan/tanpa sesak nafas. Bila anak batuk berat obati dulu dan imunisasinya ditunda sampai batuknya sembuh.

4. Anak diare,enam kali

5. Kurang gizi, derajat ringan dan sedang, berikan terutama vaksinasi Campak karena merupakan kelompok resiko tinggi untuk terserang campak.

6. Sakit ringan yang lain 7. Alergi


(52)

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel Bebas Variabel Terikat

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan kerangka konsep, dapat dirumuskan definisi konsep variabel penelitian sebagai berikut :

1. Faktor Predisposisi ibu adalah faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku pada diri ibu untuk memberikan imunisasi dasar lengkap pada bayi.

2. Pemberian imunisasi dasar lengkap oleh ibu adalah tindakan ibu dalam pelaksanaan imunisasi pada bayi dari pemberian imunisasi BCG, DPT, HB, Polio dan Campak

2.6. Hipotesa Penelitian

Dari gambar kerangka konsep di atas, maka hipotesa pada penelitian ini adalah terdapat pengaruh faktor predisposisi (meliputi : umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anak pengetahuan dan sikap ibu ) terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2010.

Faktor Predisposisi

-Umur -Pendidikan -Pekerjaan -Pendapatan -Pengetahuan -Sikap

Pemberian imunisasi dasar lengkap oleh ibu


(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah survei dengan menggunakan pendekatan explanatory research atau penelitian penjelasan, yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh faktor predisposisi ibu terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2010 (Singarimbun , 1995).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai dengan pertimbangan : (1) Kecamatan Tanjung Beringin memiliki persentase cakupan desa/kelurahan UCI yang terendah hanya sekitar 25% yaitu hanya satu desa yang mencapai UCI dari delapan jumlah desa yang terdapat di Kecamatan Tanjung Beringin dengan angka cakupan imunisasi dasar yang masih sangat rendah .yaitu Desa Pekan Tanjung Beringin, Desa Nagur, Desa Pematang Terang, Desa Pematang Cermai, Desa Mangga Dua, Desa Suka Jadi, Desa Bagan Kuala, dan Desa Tebing Tinggi. (2) Belum pernah dilakukan penelitian di Kecamatan Tanjung Beringin. (3) Adanya kemudahan serta dukungan dari pihak Puskesmas Tanjung Beringin untuk melakukan penelitian. Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Juli tahun 2010.


(54)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi yang berusia 9 bulan sampai dengan usia 12 bulan pada bulan Desember tahun 2009 di Kecamatan Tanjung Beringin. Pada saat survei pendahuluan diketahui jumlah populasi sebanyak 286 orang ibu.

3.3.2. Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini dicari dengan menggunakan rumus yang digunakan Notoatmodjo (2005):

n = N 1+N (d)2

n = 286 1+286 (0,1)2

n = 74 ibu Keterangan :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d = Derajat ketetapan yang diinginkan (sebesar 0,1)

Berdasarkan perhitungan diperoleh sampel sebanyak 74 ibu. Sampel diambil secara Simple Random Sampling per rumah tangga dari delapan jumlah desa yang ada di wilayah Kecamatan Tanjung Beringin.


(55)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dengan melakukan wawancara kepada responden dengan menggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh dengan mengumpulkan data dari laporan Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, Dinas Kabupaten Serdang Bedagai dan Puskesmas Tanjung Beringin.

Sebelum melakukan penelitian dilakukan uji validitas dan reliabilitas di lokasi yang berbeda dari lokasi penelitian, tujuannya adalah untuk mengetahui apakah kuesioner tentang variabel independen yaitu karakteristik ibu (umur, pendidikan, pendapatan, dan jumlah anak) dan faktor predisposisi ibu (pengetahuan dan sikap) variabel dependen (pemberian imunisasi dasar lengkap) yang disusun mampu mengukur apa yang hendak diukur.

Mengetahui apakah instrumen penelitian (kuesioner) yang dipakai cukup layak digunakan sehingga mampu menghasilkan data yang akurat, maka dilakukan uji validitas. Sugiyono (2002) menyatakan bahwa instrumen dikatakan valid, apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Pentingnya validitas kuesioner penelitian karena ketepatan pengujian hipotesa sangat tergantung kepada kualitas data yang dikumpulkan melalui kuesioner penelitian. Data yang berkualitas hanya dapat diperoleh dari kuesioner yang dinyatakan valid.

Mengetahui validitas suatu instrumen (dalam kuesioner) dilakukan dengan cara melakukan korelasi antar skor totalnya. Teknik korelasi yang digunakan Korelasi Pearson Product Moment (r).


(56)

a. Bila r hitung > r tabel maka H0 ditolak berarti pertanyaan valid.

b. Bila r hitung < r tabel maka H0 gagal ditolak artinya pertanyaan tidak

valid.

Setelah uji validitas dilakukan, maka selanjutnya terhadap kuesioner yang akan diujicobakan kepada responden dilakukan uji reliabilitas untuk melihat konsistensi jawaban. Sugiyono (2006) menyatakan bahwa suatu instrumen dikatakan reliabel atau konsisten jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data atau jawaban yang sama. Mengetahui reliabilitas dengan membandingkan nilai r tabel dengan r hasil :

a. Bila r Alpha > r tabel maka pertanyaan tersebut reliabel. b. Bila r Alpha < r tabel maka pertanyaan tersebut tidak reliabel.

Uji validitas dan reliabilitas ini dilakukan kepada 30 ibu yang mempunyai bayi berusia 9 sampai 12 bulan di Kecamatan Pantai Cermin karena memiliki karakteristik yang mirip dengan Kecamatan Tanjung Beringin (Sugiono, 2006).

Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Variabel r Tabel r Hasil Alpha C Keterangan

Pengetahuan

P1 0,347 .380

0,884

Valid dan Reliabel

P2 0,347 .497 Valid dan Reliabel

P3 0,347 .724 Valid dan Reliabel

P4 0,347 .700 Valid dan Reliabel

P5 0,347 .700 Valid dan Reliabel

P6 0,347 .423 Valid dan Reliabel

P7 0,347 .739 Valid dan Reliabel

P8 0,347 .764 Valid dan Reliabel

P9 0,347 .454 Valid dan Reliabel


(57)

Tabel 3.1 (Lanjutan) Sikap

S1 0,347 .633

0,934

Valid dan Reliabel

S2 0,347 .940 Valid dan Reliabel

S3 0,347 .931 Valid dan Reliabel

S4 0,347 .817 Valid dan Reliabel

S5 0,347 .849 Valid dan Reliabel

3.6. Definisi Operasional:

1. Umur yaitu jumlah tahun kehidupan yang telah dijalani oleh responden, dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir pada saat penelitian, dengan kategori :

1. Umur remaja lanjut (18-20 tahun) 2. Umur dewasa awal (21-39 tahun) 3. Umur dewasa madya (40-60 tahun)

2. Pendidikan adalah tingkat pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh dan ditamatkan oleh responden berdasarkan ijazah terakhir. Pendidikan dibagi menjadi 3 kategori yaitu :

1. Tinggi, bila responden tamat Akademi/Perguruan Tinggi 2. Sedang, bila responden tamat SMP/SMA

3. Rendah, bila responden tidak sekolah/ tamat SD

3. Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh responden secara rutin dan mendapatkan imbalan berupa uang atau barang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pekerjaan dibagi menjadi dua kategori yaitu :

1. Tidak bekerja 2. Bekerja


(58)

4. Pendapatan adalah jumlah penghasilan keluarga baik responden maupun kepala keluarga yang dihitung dalam sebulan. Pendapatan diukur berdasarkan Upah Minimum Kabupaten (UMK) Sergai yaitu :

1. ≥ UMK atau ≥ Rp 985.000,00 per bulan 2. < UMK atau < Rp 985.000,00 per bulan

5. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi pengertian imunisasi, manfaat imunisasi, jenis imunisasi dan waktu pemberian imunisasi pada bayi. Pengetahuan dapat dibagi dalam 3 kategori yaitu :

a. Baik, apabila responden mengetahui segala sesuatu yang berkenaan dengan imunisasi dasar

b. Sedang, apabila responden kurang mengetahui segala sesuatu yang berkenaan dengan imunisasi dasar

c. Buruk apabila responden tidak mengetahui segala sesuatu yang berkenaan dengan imunisasi dasar

6. Sikap adalah tanggapan responden terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap pada bayi., dengan ketentuan sebagai berikut :

a. Baik, apabila responden mendukung terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap

b. Sedang, apabila responden kurang mendukung terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap

c. Buruk apabila responden tidak mendukung terhadap pemberian imunisasi dasar lengkap


(59)

7. Pemberian imunisasi dasar lengkap adalah keikutsertaan ibu dalam mengimunisasikan bayinya dari sejak imunisasi. Hepatitis B 0-7 hari, imunisasi BCG, imunisasi DPT, imunisasi polio, hingga imunisasi campak pada saat bayi berumur 9 bulan. Pemberian imunisasi dasar lengkap terdiri dari 1 pertanyaan dan dibagi menjadi 2 kategori yaitu

1. Memberikan imunisasi dasar lengkap 2. Tidak memberikan imunisasi dasar lengkap

3.7. Aspek Pengukuran

3.7.1. Aspek Pengukuran Variabel Bebas

Tabel 3.2. Aspek Pengukuran Variabel Bebas

No Variabel Σ

Indika tor

Kriteria Bobot Kategori

Variabel

skor Skala

Ukur

1 Umur 1.Remaja

Lanjut (18-20 thn) 2.Dewasa Awal (21-39 thn) 3. Dewasa Madya (40-60 thn) Ordinal

2 Pendidikan 1. Akademi/ Perguruan Tinggi 2. Tamat SMP/SMA 3.Tidak Sekolah/tamat SD 1. Tinggi 2. Sedang 3. Rendah Ordinal

3 Pekerjaan 0.Tidak Bekerja

1. Bekerja

Ordinal

4 Pendapatan 0. ≥UMK

1. <UMK

Ordinal

5 Pengetahuan 10 1. Tahu 2. Tidak Tahu

2 1 1. Baik 2. Sedang 18-20 14-17 Ordinal


(60)

3. Buruk 10-13

6 Sikap 5 1.Setuju 2.Kurang Setuju 3.Tidak setuju 3 2 1 1. Baik 2. Sedang 3. Buruk 13-15 9-12 5-8 Ordinal

3.7.2. Aspek Pengukuran Variabel Terikat (dependen)

Untuk mengetahui pemberian imunisasi dasar lengkap diukur dengan menggunakan skala nominal dengan teknik pilihan jawaban memberikan imunisasi dasar lengkap (skor 1) dan tidak memberikan imunisasi dasar lengkap (skor 0), dengan jumlah 1 pertanyaan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 3.2. sebagai berikut:

Tabel 3.3. Aspek Pengukuran Variabel Terikat Variabel Σ

Indika- tor

Kriteria Bobot Skor Skala Ukur

Tindakan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap

1 0. Memberikan imunisasi dasar lengkap 1. Tidak memberikan imunisasi dasar lengkap Ordinal

3.8. Teknik Analisa Data

Analisis data yang dilakukan adalah uji regresi logistik berganda pada α 0.05, untuk mengetahui pengaruh faktor predisposisi (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan,jumlah anak, pengetahuan, sikap) terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2010 dengan α = 0,05.


(61)

Regresi logistik ganda digunakan karna ingin mempelajari hubungan antara beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen yang bersifat dikotomus, variabel independen yang digunakan dapat berupa variabel kategorik maupun numerik. Tujuan dari analisis regresi logistik adalah untuk mendapatkan model yang paling baik dan sederhana yang dapat menggambarkan hubungan antara variabel dependen (pemberian imunisasi dasar lengkap) dan variabel independen (faktor predisposisi).

Rumus Regresi Logistik Ganda :

Log (p / 1 – p) = β0 + β1X1 + β2X2 + …. + βkXk

Keterangan :

p : probabilitas terjadi sukses X1,X2,X3 : variabel independen β : koefisien regresi


(1)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 13.545a 2 .001

Likelihood Ratio 16.269 2 .000

Linear-by-Linear Association 12.585 1 .000

N of Valid Cases 74

a. 2 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.23.

Multivariat

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 74 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 74 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 74 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig.

Step 1 Step 58.871 4 .000

Block 58.871 4 .000


(2)

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 42.848a .549 .734

a. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted Memberikan Imunisasi Dasar

Lengkap

Percentage Correct Tidak Memberi Memberi

Step 1 Memberikan Imunisasi Dasar Lengkap

Tidak Memberi 36 5 87.8

Memberi 5 28 84.8

Overall Percentage 86.5

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a Umur_k -.276 1.614 .029 1 .864 .759 .032 17.941

Didik_k 2.721 .812 11.237 1 .001 15.196 3.096 74.586

Kp 2.223 .692 10.328 1 .001 9.239 2.381 35.853

Ks .738 1.086 .462 1 .497 2.092 .249 17.564

Constant -10.177 4.023 6.401 1 .011 .000 a. Variable(s) entered on step 1: Umur_k, Didik_k, Kp, Ks.


(3)

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 74 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 74 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 74 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value

Tidak Memberi 0

Memberi 1

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig.

Step 1 Step 58.842 3 .000

Block 58.842 3 .000

Model 58.842 3 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 42.877a .548 .734

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.


(4)

Classification Tablea

Observed

Predicted Memberikan Imunisasi Dasar

Lengkap

Percentage Correct Tidak Memberi Memberi

Step 1 Memberikan Imunisasi Dasar Lengkap

Tidak Memberi 36 5 87.8

Memberi 5 28 84.8

Overall Percentage 86.5

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a Didik_k 2.718 .811 11.228 1 .001 15.155 3.090 74.322

Kp 2.216 .688 10.379 1 .001 9.166 2.381 35.284

Ks .694 1.065 .424 1 .515 2.001 .248 16.151

Constant -10.583 3.399 9.697 1 .002 .000 a. Variable(s) entered on step 1: Didik_k, Kp, Ks.

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases Included in Analysis 74 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 74 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 74 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.


(5)

Dependent Variable Encoding Original Value Internal Value

Tidak Memberi 0

Memberi 1

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig.

Step 1 Step 58.390 2 .000

Block 58.390 2 .000

Model 58.390 2 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 43.329a .546 .731

a. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed

Predicted Memberikan Imunisasi Dasar

Lengkap

Percentage Correct Tidak Memberi Memberi

Step 1 Memberikan Imunisasi Dasar Lengkap

Tidak Memberi 36 5 87.8

Memberi 5 28 84.8

Overall Percentage 86.5


(6)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1a Didik_k 2.729 .806 11.479 1 .001 15.324 3.160 74.319

Kp 2.366 .659 12.892 1 .000 10.651 2.928 38.746

Constant -8.925 1.932 21.330 1 .000 .000 a. Variable(s) entered on step 1: Didik_k, Kp.


Dokumen yang terkait

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016 Berdarkan Data Tahun 2007 - 2012

2 67 48

Gambaran Faktor - Faktor Yang Memengaruhi Tindakan Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Dan Tidak Lengkap Pada Balita (12 Bulan) Di Desa Secanggang Kecamatan Secanggang Kabupaten langkat Tahun 2013

6 96 170

Hubungan Faktor Predisposisi Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Induk Medan Tuntungan Tahun 2014

0 10 76

Hubungan Faktor Predisposisi Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Induk Medan Tuntungan Tahun 2014

0 0 12

Hubungan Faktor Predisposisi Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Induk Medan Tuntungan Tahun 2014

0 0 2

Hubungan Faktor Predisposisi Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Induk Medan Tuntungan Tahun 2014

0 0 3

Hubungan Faktor Predisposisi Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Induk Medan Tuntungan Tahun 2014

0 1 14

Hubungan Faktor Predisposisi Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Induk Medan Tuntungan Tahun 2014

0 1 4

Hubungan Faktor Predisposisi Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap di Wilayah Kerja Puskesmas Induk Medan Tuntungan Tahun 2014

0 0 21

Analisis Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Terhadap Pendapatan Nelayan Ikan Tangkap (Studi Kasus : Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 0 13