Rukun dan syarat-syarat waris

B. Rukun dan syarat-syarat waris

a. Rukun waris Rukun merupakan bagian yang tak terpisahkan dari suatu perbuataan atau lembaga yang menentukan sah atau tidaknya perbuatan tersebut dan ada atau tidak adanya sesuatu itu. 8 Maka dari itu, terjadinya peristiwa hubungan saling waris mewarisi itu apabila terpenuhinya rukun-rukun kewarisan, adapun rukun kewarisan ada tiga: 1. Al-Mawaris atau pewaris yaitu seseorang yang telah meninggal dunia dan meninggalkan harta yang dapat beralih kepada keluarganya yang masih hidup. 9 Hal ini secara umum dijelaskan dalam QS. An-Nisa’ 4:7.                     ءﺎﺴﻨﻟا 4 : 7 Artinya: “Ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bahagian yang telah ditetapkan”. Dan dalam QS. An-Nisa’ 4:33.              8 Abdul Azizi Dahlan...et.al, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,1999, h. 1510 9 Amir Starifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Jakarta, Kencana, 2004 h. 204          ءﺎﺴﻨﻟا 4 : 33 Artinya: “bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang ditinggalkan ibu bapak dan karib kerabat, kami jadikan pewaris-pewarisnya. Dan jika ada orang-orang yang kamu telah bersumpah setia dengan mereka, maka berilah kepada mereka bahagianya. Sesunggunya Allah menyaksikan segala sesuatu”. 2. Al-waris atau ahli waris, yaitu orang yang akan mewarisi atau menerima harta peninggalan. 10 Yang ditinggalkan oleh orang yang meninggal. 11 3. Al-Maurus atau a-mirats, yaitu harta peninggalan si mayit setelah dikurangi biaya perawatan jenajah, pelunasan hutang, dan pelaksanaan wasiat. 12 b. Syarat-syarat waris Syarat adalah suatu sifat yang keberadaanya sangat menentukan keberadaan hukum syar’i dan ketiadaan sifat itu membawa kepada ketiadaan hukum, tetapi ia berada diluar hukum syar’i itu sendiri dan keberadaanya itu tidak senantiasa menyebabkan adanya hukum. 13 Oleh karena itu, apabila tidak ada 10 R. Otje Salman, dkk, Hukum Waris Islam, Bandung: PT Rafika Aditama, 2006 cet, ke 2. h. 4 11 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Jakarta, Kencana, 2004 h. 211 12 Umar Said, Hukum Islam di Indonesia Tentang Waris, wasiat,Hibah, Surabaya: Cempaka, 1997 h. 17-18 13 Abdul Azizi Dahlan...et.al, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT.Ichtiar Baru Van Hoeve,1999, h. 1691 syarat-syarat waris, maka tidak ada pembagian waris. Yang menjadi syarat-syarat waris adalah sebagai berikut: 1. Meninggalkan seorang pewaris baik secara hakiki maupun secara hukmi dianggap telah meninggal. 2. Hidupnya orang-orang yang berhak mendapat warisan harus jelas disaat meninggalnya muwarris. 3. Mengetahui status ahli waris, kedudukan ahli waris berdasarkan hubungan dengan pewaris harus diketahui secara jelas sehingga memudahkan dalam menentukan pembagian warisan. 14 Sebelum harta diadakan pembagian diantara ahli waris, terlebih dahulu harus dikeluarkan hak-hak yang berhubungan dengan harta peninggalkan si mayit, yang terdiri atas: 1. Biaya penyelenggaraan jenazah Yang termasuk didalam penyelenggaraan jenajah adalah biaya untuk memandikan, mengkafani, dan biaya penguburan jenajah. 2. Kewajiban membayar zakat 14 M. Ali Ash sabuny, Hukum Waris Islam, Surabaya-Indonesia: Al-Ikhlas. h. 48 Kewajiban zakat haruslah ditunaikan, kalau harta tersebut sudah memenuhi syarat-syarat untuk dikeluarkan zakatnya berdasarkan zakat. 3. Melaksanakan wasiatnya dan melunasi hutang-hutangnya. Wasiat yaitu pemberian hak kepada seseorang atau badan untuk memiliki atau memanfaatkan sesuatu yang pemberian hak tersebut ditangguhkan setelah pemilik hak telah meninggal dunia. 15 Dan itu diberikan kepada selain ahli waris, tanpa menunggu izin seseorang. Hal ini dilakukan setelah mengurus si mayyit dan hutang- hutangnya.

C. Dasar Hukum Kewarisan