b. Pembagian Harta Waris Setelah Orang Tua Meninggal Dunia. Meskipun masyarakat desa Tunggul memiliki adat membagi
hartanya sebelum meninggal, kadang terjadi kejadian yang di luar dugaan. Belum sempat hartanya dibagikan ke semua ahli waris, ternyata
orang tua meninggal terlebih dahulu, sehingga pembagian harta waris terpaksa dilakukan setelah orang tua meninggal.
Pembagian harta waris setelah orang tua meninggal dunia, biasanya dilaksanakan setelah upacara selamatan 7 hari, 40 hari, 100 hari,
dan seribu hari pewaris meninggal. Namun mayoritas masyarakat melaksanakan pembagian harta penunggalan orang tua setelah selamatan
seribu hari semenjak pewaris meninggal dunia.
6
2. Ahli Waris Yang Berhak Menerima Harta Waris
Adapun ahli waris yang berhak menerima harta waris dari orang tua yang berlaku di desa Tunggul menurut adat setempat adalah sebagai berikut:
1. Anak dari orang tua yang meninggal. 2. Saudara-saudara dari orang yang meninggal dunia, jika tidak mempunyai
anak.
7
Dari macam-macam ahli waris di atas, anak merupakan ahli waris yang paling utama yang akan mendapatkan harta kekayaan dari orang
6
Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Kasrup. Tunggul, 01 Juli 2010.
7
Wawancara Pribadi dengan Bapak Abdul Mu’in. Tunggul, 25 Juli 2010.
tuanya. Namun, jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak, maka ahli warisnya yaitu saudara-saudaranya baik laki-laki maupun perempuan.
Seperti pembagian harta warisan yang terjadi pada keluarga bapak Kusnan. Bapak Kusnan menikah dengan ibu Kusmiati puluhan tahun,
namun tidak dikaruniai anak. Lalu karena suatu penyakit, Ibu Kusmiyati meninggal dunia, kemudian bapak Kusnan menikah lagi dengan ibu
Kaminah dan tidak dikaruniai anak. Pada tahun 2006 lalu, bapak Kusnan meninggal dunia. Karena bapak Kusnan tidak punya keturunan, maka ahli
warisnya adalah saudara dari bapak Kusnan. Ia punya lima saudara, yakni Ibu Kasri, bapak Sa’i, bapak Asykuri, ibu Hj. Akimah, dan bapak Hasan.
Peninggalan bapak Kusnan berupa rumah beserta tanah, tanah kebun 200 m x 100 m. Jadi ahli waris dari bapak Kusnan perorang mendapat jatah
warisan tanah kebun masing-masing 40 m x 20 m. Sedangkan rumah beserta tanahnya diberikan kepada istrinya.
8
Anak sebagai ahli waris utama ada dua yaitu anak kandung dan anak angkat.
a. Anak kandung Adat yang ada di desa Tunggul dalam membagikan harta waris
yang menjadi ahli waris yang utama adalah anak kandung, dalam hal ini anak tersebut mempunyai bagian penuh atas warisan harta dari orang
8
Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Kasrup. Tunggul, 01 Juli 2010.
tuanya baik itu laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan bapak H. Kasrup pada 01 Juli 2010 bahwa
masyarakat Desa Tunggul mempunyai kebiasaan membagi harta waris yang tidak membedakan antara bagian laki-laki dan perempuan, mereka
mendapatkan bagian yang sama, tidak dibeda-bedakan, sebagaimana kasus yang terjadi pada keluarga bapak H. Kasrup di atas.
b. Anak angkat Anak angkat atau dalam istilah jawa adalah anak pupon yakni
anak yang diambil dari orang lain untuk dijadikan sebagai anggota keluarga, maksudnya yakni suatu perbuatan mengambil anak orang lain
ke dalam keluarga sendiri sedemikian rupa, sehingga antara orang yang memungut anak dan anak yang dipungut itu timbul hubungan
kekeluargaan yang sama seperti yang ada antara orang tua dan anak kandungnya. Karena dalam hukum adat jawa mengenal asas “ngangsu
sumur loro” untuk kewarisan anak angkat, kata “ngangsu” berarti mencari atau memperoleh, “sumur” berarti tempat mengambil air atau
perigi, “loro” berarti dua. Asas itu bermakna bahwa seorang anak angkat memperoleh warisan dari dua sumber yaitu dari orang tua
kandung dan orang tua angkatnya. Pengangkatan anak adopsi yang terjadi di desa Tunggul
disebabkan karena dalam rumah tangga tidak dikaruniai anak, maka jalan satu-satunya yakni dengan mengangkat seorang anak, biasanya
anak yang diambil masih ada hubungan keluarga atau anak kerabat sendiri.
Hal ini sebagaimana yang terjadi pada keluarga bapak Kasram dan ibu Tonah. Dalam mengarungi rumah tangga, bapak Kasram tidak
dikaruniai seorang anak, maka bapak Kasram mengangkat seorang anak perempuan yang diambil dari cucu keponakan dari ibu Tonah yang
bernama Inayah. Pada tahun 2005, istri dari bapak Kasram meninggal dunia, kemudian pada tahun 2007 bapak Kasram meninggal dunia.
Karena bapak Kasram tidak mempunyai ahli waris utama yakni anak kandung, maka ahli warisnya yang kedua yakni saudara. Harta milik
bapak Kasram berupa rumah beserta tanah, tanah kebun dengan luas 240 m x 100 m dibagikan kepada empat saudaranya, yakni bapak
Kasdam, ibu Kaspuah, bapak H. Kasrup, dan ibu kasiyem. Harta yang dibagikan itu harta milik bapak Kasram sendiri dan
bukan harta yang dihasilkan setelah menikah. Setiap ahli waris bapak Kasram mendapatkan tanah kebun dengan luas 60 m x 25 m. Sedangkan
anak angkatnya diberi sebuah rumah beserta tanahnya. Itu sebagai imbalan atau hadiah, karena semasa hidup telah merawat orang tua
angkatnya.
9
9
Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Kasrup. Tunggul, 01 Juli 2010.
3. Alasan-alasan tetap memakai hukum adat