Dasar Hukum Kewarisan KONSEP KEWARISAN DALAM HUKUM ISLAM

Kewajiban zakat haruslah ditunaikan, kalau harta tersebut sudah memenuhi syarat-syarat untuk dikeluarkan zakatnya berdasarkan zakat. 3. Melaksanakan wasiatnya dan melunasi hutang-hutangnya. Wasiat yaitu pemberian hak kepada seseorang atau badan untuk memiliki atau memanfaatkan sesuatu yang pemberian hak tersebut ditangguhkan setelah pemilik hak telah meninggal dunia. 15 Dan itu diberikan kepada selain ahli waris, tanpa menunggu izin seseorang. Hal ini dilakukan setelah mengurus si mayyit dan hutang- hutangnya.

C. Dasar Hukum Kewarisan

Dasar hukum kewarisan Islam menurut jumhur ulama ada 3 tiga yaitu, al-Quran, al-Hadits, dan ijma’: 16 1. Al-Qur’an Sumber hukum pertama yaitu Al-Quran ada beberapa ayat yang memuat tentang hukum waris, diantaranya: Firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 7 dan 11: 15 Moh. Anwar, Faraid Hukum Waris Dalam Islam Dan Masalah-Masalahnya, Surabaya; Al- Ikhlas Indonesia, 1981 h. 13-17 16 Ashari Abta dan Djuanidi Abd. Syakur, Ilmu Waris Al-Faraidh Deskripsi Berdasar Hukum Islam Praktis dan Terapan Yogyakarta: Pustaka Hikmah Perdana, 2005. H. 4                     ءﺎﺴﻨﻟا 4 : 7 Artinya: “Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapak dan karib kerabat, dan bagi perempuan ada hak bagian pula dari harta peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian-bagian yang telah ditetapkan”. 17 Dalam ayat di atas merupakan salah satu sumber hukum darihukum waris yang menjelaskan seorang anak pasti akan memperoleh hak dari harta peninggalan yang dijadikan Allah sebagai hak yang telah ditetapkan artinya hak yang pasti yang harus diserahkan kepada mereka dari kedua orang tuanya baik laki- laki maupun perempuan. Dalam ayat yang lainnya pun menjelaskan tentang bagian hak waris. Allah berfirman:                                                                                  ءﺎﺴﻨﻟا 4 : 11 Artinya: “Allah mensyariatkan bagimu tentang pembagian pusaka untuk anak-anakmu, yaitu: bahagian seorang anak lelaki sama dengan bahagian dua anak perempuan, dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka bagi mereka dua 17 Mochtar Naim, Kompendium Himpunan Ayat-ayat Al-Quran Yang Berkaiatan Dengan Hukum, Jakarta: Hasanah, 2001. h. 52 pertiga dari harta yang ditinggalkan, jika anakperempuan itu seorang saja, maka ia mendapatkan separo harta, dan untuk dua orang ibu-bapak, bagi masing-masingnya seperenam dari dari harta yang ditinggalkan, jika yang ditinggal itu mempunyai anak. Jika orang yang meninggal itu tidak mempunyai anak dan ia diwarisi oleh ibu bapaknya saja, maka ibunya mendapatkan sepertiga, jika yang meninggal itu mempunyai beberapa saudara maka ibunya mendapatkan seperenam, pembagian-pembagian tersebut sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau dan sesudah dibayar hutangnya. Tentang orang tuamu dan anak-anakmu, kamu tidak mengetahui siapa diantara mereka yang lebih dekat banyak manfaatnya bagimu ini adalah ketetapan dari Allah. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana”.QS:An-Nisa’ayat 11. 18 Selain ayat-ayat tersebut, juga ada hadis-hadis Rasulullah SAW. Yang mengatur tentang kewarisan, antara lain sebagai berikut: لﺎﻗ سﺎﺒﻋ ﻦﺑا ﻦﻋ : ﷲا لﻮﺳر لﺎﻗ ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ : ﺮﻔﻟا اﻮﻘﺤﻟا ا ﻮﮭﻓ ﻰﻘﺑ ﺎﻤﻓ ﺎﮭﻠھﺎﺑ ﺾﺋ ﺮﻛذ ﻞﺟر ﻰﻟوﻻ ر ىر ﺎﺨﺒﻟا هاو Artinya: “Dari ibnu Abbas ra. Ia berkata; telah bersabda Rasulullah SAW.: berikanlah bagian-bagian kepada ahli-ahlinya. Dan apapun yang masih tersisa harus diberikan kepada kerabat laki-laki dari pewaris orang yang mewariskan”.HR. Al- Bukhari Ayat dan hadis tersebut merupakan sumber hukum yang harus dijadikan pedoman bagi umat Islam dalam menyelesaikan pembagian harta waris, sebab menyelesaikan pembagian harta waris menurut ketentuan syariat Islam adalah suatu bentuk kewajiban yang harus dilaksanakan. 18 Ibid,. h. 53-54 Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Rasulullah SAW. Bersabda: لﺎﻗ سﺎﺒﻋ ﻦﺑا ﻦﻋ : ﷲا بﺎﺘﻛ ﻰﻠﻋ ﺾﺋاﺮﻔﻟا ﻞھا ﻦﯿﺑ لﺎﻤﻟا ﻮﻤﺴﻗا ﻢﻠﺳو ﮫﯿﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﷲا لﻮﺳر . “Bagikanlah harta waris diantara ahli waris menurut kitabullah”. 19 Dari uraian tersebut, dapat dipahami bahwa hukum melaksanakan dan mengamalkan pembagian warisan yang sesuai dengan syariat Islam adalah wajib bagi setiap muslim. 20

D. Sebab-sebab menerima warisan dan penghalang menerima