Sistem Membagi Harta Waris

temurun dan tetap membudaya hingga saat ini, dan itu adalah kewarisan. Dari tradisi tersebut mempunyai kebiasaan dalam membagi harta kekayaan ketika orang tua masih hidup dan membagi harta kekayaan setelah orang tua meninggal dunia, mengumpulkan ahli waris dengan cara bermusyawarah dan memprioritaskan anak sebagai ahli waris yang paling utama, dan yang akan mendapatkan seluruh harta warisan dari orang tuanya.

1. Sistem Membagi Harta Waris

Adapun kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Desa Tunggul dalam membagikan harta waris adalah: a. Pembagian Harta Waris Ketika Pewaris Masih Hidup Pelaksanaan pembagian harta kekayaan ketika orang tua masih hidup itu berdasarkan keputusan orang tua yang menganggap anaknya sudah cukup umur atau dewasa. Biasanya hal itu dilakukan apabila si anak sudah menikah atau berkeluarga guna untuk membantu kelangsungan hidup rumah tangga mereka. Sedangkan bagi anak yang belum cukup umur atau belum menikah, jatah warisan tidak langsung diberikan. Sebelum si anak belum pantas menerima warisan, jatahnya dikelola terlebih dahulu oleh orang tua atau pewaris. Jika bagian warisan itu berupa tanah, maka lahan tanah itu dirawat terlebih dahulu oleh pewaris . 3 3 Wawancara Pribadi dengan Bapak Kasmi’in. Tunggul, 07 Juli 2010. Pembagian harta waris ketika orang tua masih hidup itu bersifat mengikat. Artinya jatah yang telah dibagikan orang tua ke anak-anaknya sekaligus menjadi harta waris, ketika orang tua meninggal dunia. Namun, jika orang tua atau pewaris meninggal dan masih ada sisa harta kekeyaan, maka akan ada pembagian lagi secara merata. Pembagian harta kekayaan orang tua kepada anak-anaknya dilakukan secara merata dan adil dengan jumlah yang sama. Seperti yang terjadi pada keluarga bapak H. Kasrup suami dan ibu Hj. Akimah Istri. Dari perkawinannya dikaruniai empat orang anak yang terdiri dari Kastiyah, Muhaimin, Abdul Ali, dan Abdur Rahman. Kekayaan yang dimiliki oleh bapak H. Kasrup berupa tanah kebun seluas 1500 m x 1200 m dibagi lima bagian. Empat jatah untuk keempatnya dan I jatah untuk dirinya sendiri sebegai bekal hidup pada masa tua. Dengan demikian, masing-masing mendapat tanah kebun dengan luas 300 m x 240 m. Dalam hal ini orang tua masih memegang 1 jatah harta untuk kehidupan masa tuanya. Sisa jatah itu akan dibagi secara merata lagi, jika orang tua telah meninggal. H Kasrup memutuskan membagi hartanya kepada keempat anaknya karena sudah dewasa dan sudah berkeluarga. 4 Dari contoh fakta tersebut di atas, pemberian harta kekayaan yang dimiliki oleh bapak H. Kasrup membagikan kepada anak-anaknya 4 Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Kasrup. Tunggul, 01 Juli 2010. sangatlah adil, baik dari jumlah maupun kualitasnya, mereka menerima apa yang telah diberikan oleh orang tua kepadanya, karena pemberian tersebut sudah merupakan ketentuan dari orang tua sebelum meninggal dunia. Dengan demikian, maka yang menjadi alasan masyarakat desa Tunggul membagi warisan ketika orang tua masih hidup adalah menjaga agar tidak ada sengketa diantara para ahli warisnya. Umumnya orang tua khawatir ahli waris tidak dapat berlaku adil, sehingga hartanya harus dibagi sebelum meninggal. Orang tua juga langsung bertindak sebagai juri dalam pelaksanaan pembagian harta waris itu. Dengan demikian, anak-anak diharapkan patuh menerima apa yang diberikan oleh orang tua kepadanya. Maklum, manusia mempunyai akal dan nafsu yang kadang di dalam hati ahli waris. 5 Desa Tunggul Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan membagikan harta waris ketika orang tua masih hidup dilaksanakan dengan cara pengalihan dan penunjukan. Dengan cara pengalihan, harta yang dikasih dari orang tua kepada anak-anaknya dapat dikuasai harta tersebut tanpa harus menunggu pewaris meninggal dunia atau wafat, sedangkan dengan cara penunjukan, harta dari orang tua tersebut dapat dikuasai secara penuh oleh ahli waris setelah pewaris meninggal dunia. 5 Wawancara Pribadi dengan Bapak H. Kasrup. Tunggul, 01 Juli 2010. b. Pembagian Harta Waris Setelah Orang Tua Meninggal Dunia. Meskipun masyarakat desa Tunggul memiliki adat membagi hartanya sebelum meninggal, kadang terjadi kejadian yang di luar dugaan. Belum sempat hartanya dibagikan ke semua ahli waris, ternyata orang tua meninggal terlebih dahulu, sehingga pembagian harta waris terpaksa dilakukan setelah orang tua meninggal. Pembagian harta waris setelah orang tua meninggal dunia, biasanya dilaksanakan setelah upacara selamatan 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan seribu hari pewaris meninggal. Namun mayoritas masyarakat melaksanakan pembagian harta penunggalan orang tua setelah selamatan seribu hari semenjak pewaris meninggal dunia. 6

2. Ahli Waris Yang Berhak Menerima Harta Waris