menyajikan teori penerjemahan yang terdiri dari variasi makna, preposisi ﻰ berupa analisis makna ﻰ dalam buku terjemahan Qurroh al-’Uyun secara SEKILAS TENTANG BUKU TERJEMAHAN QURRAH AL-’UYÛN

Penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku pedoman penulisan karya ilmiah Skripsi, Tesis, dan Disertasi yang disusun oleh Tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang diterbitkan oleh Center of Quality Development and Assurance CEQDA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2007.

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab. Bab I merupakan bab yang memayungi topik penelitian ini, dalam bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat masalah, tinjauan pustaka, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II menyajikan teori penerjemahan yang terdiri dari variasi makna, preposisi ﻰ

dalam bahasa Arab, dan teori penerjemahan. Bab III sekilas tentang buku terjemahan Qurrah al-’Uyûn.

Bab IV berupa analisis makna ﻰ dalam buku terjemahan Qurroh al-’Uyun secara

tepat dan benar. Bab V merupakan bab terakhir berupa kesimpulan. 6

BAB II KERANGKA TEORI

A. Pengertian makna dalam semantik

Bidang yang mengkaji dan menganalisis tentang makna kata atau kalimat suatu bahasa dikenal dalam ilmu semantik. Dalam bahasa Arab Umar mendefinisikan semantik sebagai berikut إ ﺔ ارد ،ﻰ ْ ْا ْ ْاوأ ْيﺬ ا سرْﺪ ،ﻰ ْ ْا ْوأ ذ ﻚ عْﺮ ْا ْ ْ ﺔ ا ْيﺬ ا لوﺎ ﺔ ﺮْ ﻰ ْ ْا . 7 Semantik adalah studi tentang makna atau ilmu yang mempelajari tentang makna atau merupakan cabang linguistik yang mengkaji tentang teori makna. 2 Dari sejumlah definisi semantik yang ditemukan, Verhaar mendefinisikan semantik sebagai teori makna atau teori arti. 3 Demikian juga Lyon mendefinisikan semantik dengan penyelidikan makna. 4 Sementara J.D. Parera juga mengemukakan bahwa semantik adalah ilmu tentang makna. 5 Menurut Frans Sayogie batasan-batasan makna terdiri dari tiga unsur, diantaranya: 1 Makna ialah hasil hubungan antara bahasa dan dunia luar, 2 Penentuan hubungan terjadi karena kesepakatan para pengguna bahasa, 3 Perwujudan makna itu dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling mengerti. 6 Huford Heasley mengemukakan bahwa pemahaman makna dan pengacuan adalah pada inti kajian makna itu sendiri. Ide pengacuan mudah dimengerti, akan tetapi beda dengan ide makna yang sulit untuk dimengerti. 7 Dalam Kamus linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi empat bagian. 8 1. Maksud pembicara; 2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia; 2 Umar Mukhtar, Ilmu al Dilâlâh, Kuwait: Maktabah Dar al ‘Arabiyah li al-Nasri wa al-Tauzi’, 1987, h. 11. 3 J.W.M. Verhaar, Pengantar Linguistik, Yogyakarta: UGM Press, 1989, h.123. 4 John Lyon, Pengantar Teori Linguistik, terj. 1 Soetikno, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995, h. 393. 5 J.D. Parera, Teori Semantik, Jakarta: Erlangga, 1991, h.14. 6 Frans Sayogie, Penerjemahan Teks Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatuallah Jakarta, 2008, h. 130. 7 Hufrod Heasley, Semantic a Coursebook, Cambridge: University press, 2007, h. 304. 8 Harimurti Kridalaksana, Kamus linguistik, Jakarta: Gramedia, 1993, h. 132. 8 3. Hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya, dan 4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa. Mansur pateda mengemukakan bahwa pendekatan teori makna terdiri dari dua teori yaitu: 1 Referensial Analitik, dan 2 operasional. Dari kedua teori tersebut dapat dipahami bahwa dalam pendekatan referensial analitik ini ingin mencari makna dengan cara menguraikannya atas segmen-segmen utama. Sedangkan pendekatan operasional lebih menekankan, bagaimana kata dioprasikan di dalam tindak fonasi sehari-hari. 9 Menurut Ogden dan Richard makna adalah suatu sifat intrinstik yang mempunyai suatu hubungan khas yang tidak teranalisis dengan hal-hal atau benda-benda lain, dimana makna itu sendiri mempunyai konotasi pada masing-masing kata. 10

B. Jenis-jenis makna

1. Makna leksikal, makna gramatikal dan makna kontekstual Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan makna referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indra, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. 11 9 Mansur Pateda, Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka cipta, 2001, h. 86. 10 Ogden dan Richard, The Meaning of Meaning, London: Broadway House, 1923, h. 193. 11 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1995 cet. Kedua edisi revisi, h. 60. 9 Makna gramatikal adalah makna yang hadir sebagai akibat adanya makna gramatika seperti proses afiksasi, reduplikasi, dan komposisi. Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks. 12 2. Makna referensial dan nonreferensial Makna referensial adalah makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia di luar bahasa, apakah objek atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis komponen.Sedangkan nonreferensial adalah kata-kata itu tidak mempunyai referen. 3. Makna denotatif dan makna konotatif Makna denotatif sering disebut dengan makna denotasional, makna konseptual, atau makna kognitif karena dilihat dari sudut lain. Pada dasarnya makna denotatif sama dengan makna referensial, sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran , perasaan atau pengalaman lain. Denotasi ini menyangkut informasi-informasi faktual objek. Makna denotatif sering disebut juga makna sebenarnya atau makna kamus. Makna konotatif disebut juga dengan makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif. Makna konotatif adalah suatu jenis makna dimana stimulus dan respon mengandung nilai-nilai emosional. 13 Makna konotatif yaitu makna yang mempunyai nilai rasa, baik positif ataupun negatif. 4. Makna konseptual dan makna asosiatif Makna konseptual adalah makna yang sesuai dengan kosepnya, makna yang sesuai dengan referennya, dan makna yang bebas dari asosiasi atau hubungan apapun. 12 Abdul Chaer, Linguistik Umum, Jakarta: Rineka Cipta, 2003, h. 290. 13 Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2005, cet. Ke-15, h. 29. 10 Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan keadaan di luar bahasa. 5. Makna idiom dan makna pribahasa Makna idiom adalah makna sebuah satuan bahasa kata, frase, atau kalimat yang menyimpang dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya. Makna pribahasa adalah semua bentuk bahasa yang kata, frase, kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya arti leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif. 14 6. Makna afektif Dalam makna ini menjelaskan bahwa makna afektif yaitu makna yang muncul akibat reaksi pendengar atau pembanca terhadap penggunaan kata atau kalimat. 7. Makna ekstensi Jenis makna ini adalah makna yang mencakup semua ciri objek atau konsep. Dalam makna ini meliputi semua konsep yang ada dan kemungkinan muncul dalam kata. 8. Makna itensi Pada jenis makna ini mengartikan bahwa makna yang menekankan maksud pembicara. 9. Makna kiasan Makna kiasan yaitu pemakaian kata yang yang maknanya tidak sebenarnya. Akan tetapi kalau dipikir secara mendalam makna tersebut masih ada kaitan dengan makna sebenarnya. 15

C. Perubahan makna

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan makna, yaitu: 1 Perkembangan dalam ilmu dan teknologi 14 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1995, h. 60-77. 15 Mansur Pateda, Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, h. 97,100,105,108. 11 Perkembangan dalam bidang ilmu dan kemajuan dalam bidang teknologi dapat menyebabkan terjadinya perubahan makna sebuah kata. Sebuah kata yang tadinya mengandung konsep makna mengenai sesuatu yang sederhana, tetap digunakan walaupun konsep makna yang dikandung telah berubah sebagai akibat dari pandangan baru, atau teori baru dalam satu bidang ilmu atau sebagai akibat dalam perkembangan teknologi. Perubahan makna kata sastra dari makna ’tulisan’ sampai pada makna ’karya imaginatif’ adalah salah satu contoh perkembangan bidang keilmuan. Akibat perkembangan teknologi kita lihat kata berlayar yang pada awalnya bermakna ’perjalanan di laut di air dengan menggunakan perahu atau kapal yang bergerak dengan tenaga layar’. Kapal-kapal besar tidak lagi menggunakan layar, tetapi sudah menggunakan tenaga mesin, malah juga tenaga nuklir, namun kata berlayar masih digunakan. Malah ada lagi bagi umat Islam di Indonesia kata berlayar diberi makna ’pergi menunaikan ibadah haji ke Mekkah’. Meskipun perjalanan ke Mekkah sudah tidak menggunakan kapal laut, sudah diganti dengan kapal terbang, masih terdengar ucapan’insaAllah tahun depan kami akan berlayar’ belum terdengar ’insaAllah tahun depan kami akan terbang. 16 2 Perkembangan sosial dan budaya Perkembangan sosial dan budaya sama dengan yang terjadi sebagai akibat perkembangan dalam bidang ilmu dan teknologi, sebuah kata mulanya bermakna ’A’, lalu berubah menjadi bermakna ’B’, atau ’C’. Bentuk katanya tetap sama tetapi konsep makna yang dikandungnya sudah berubah. Seperti kata saudara dalam bahasa sanskerta bermakna ’seperut’ atau ’satu kandungan’. Kini kata saudara , walaupun masih digunakan dalam arti ’orang yang lahir dari kandungan yang sama’ seperti dalam kalimat saya mempunyai saudara di sana, tetapi dapat 16 Mansur Pateda, Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, h. 97,100,105,108. 12 digunakan juga untuk menyebut atau menyapa siapa saja yang dianggap sederajat atau berstatus sosial yang sama. 3 Perbedaan bidang pemakaian Pada bagian di atas sudah dibicarakan bahwa setiap bidang kehidupan atau kegiatan memiliki kosakata tersendiri yang hanya dikenal dan digunakan dengan makna tertentu dalam bidang tersebut. Contohnya dalam bidang pertanian ada kata-kata benih, menuai, panen, menggarap, membajak, menabur, menanam, pupuk, hama. Dalam bidang pendidikan formal di sekolah ada kata-kata murid, guru, ujian menyalin, menyontek, membaca dan menghafal. Dari contoh di atas kata-kata itu jadi mempunyai arti lain yang tidak sama dengan arti dalam bidang atau lingkungan asli. Hanya perlu dilihat bahwa makna baru kata tersebut masih ada kaitannya dengan makna asli yang digunakan dalam bidang asalnya. Kata-kata tersebut digunakan dalam bidang lain secara metaforis, atau secara perbandingan. Seeperti kata menggarap dalam frase menggarap skripsi adalah digunakan secara metaforis sedangkan menggarap dalam frase menggarap sawah bukan secara metaforis. Jadi, makna kata yang digunkan bukan dalam bidnagnya itu makna yang digunakan di dalam bidang asalnya masih berada dalam poliseminya karenaa makna-makna tersebut masih saling berkaitan atau masih ada persaman antara makna yang satu dengan makna yang lain. 17 4. Adanya asosiasi Kata-kata yang digunakan di luar bidangnya, seperti dibicarakan di atas masih ada hubungannya atau pertautan maknanya dengan makna yang digunakan pada bidang asalnya. Misalnya kata mencatut berasal dari bidang atau lingkungan perbengkelan dan pertukangan mempunyai makna’bekerja dengan menggunakan catut’. Seperti mencabut paku dengan mudah. Berbeda dengan perubahan makna yang terjadi sebagai akibat penggguna dalam bidang yang 17 Mansur Pateda, Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, h.135. 13 lain, makna baru muncul adalah berkaitan dengan hal atau peristiwa lain yang berkaitan dengan kata tersebut. Contoh kata amplop yang berasal dari bidang administrasi atau surat menyurat, maka asalnya adalah ’sampul surat’. Amplop itu selain biasa dimasukkan tetapi bisa pula dimasukkan benda lain, misalnya uang. Seperti dalam kalimat beri aja amplop maka urusan pasti beres. Kata amplop disitu bermakna ’uang’ sebab kata amplop yang dimaksud bukan berisi surat atau tidak berisi apa-apa, melainkan uang sebagai sogokan. Asosiasi antara amplop dengan uang ini adalah berkenaan dengan wadah. Jadi menyebut wadahnya yaitu amplop tetapi yang dimaksud adalah isinya, yaitu uang. 5 Pertukaran tanggapan indera Dalam penggunaan bahasa banyak kasus pertukaran tanggapan antara indra yang satu dengan indra yang lainya. Misalnya rasa pedas yang seharusnya ditanggap oleh alat perasa lidah, tertukar menjadi ditanggap oleh alat indra pendengaran seperti tampak pada ujaran kata-katanya cukup pedas. Pertukaran alat indra penanggap, biasa disebut dengan istilah sinestesia. Istilah ini berasal dari bahasa yunani sun artinya’sama’ dan aisthetikas artinya ’tampak’. 18 6 Perbedaan tanggapan Unsur leksikal atau kata sebenarnya secara sinkronis telah mempunyai makna leksikal yang tetap. Namun karena pandangan hidup dan ukuran dalam norma kehidupan di dalam masyarakat, maka banyak kata yang memiliki nilai rasa rendah atau kurang mengenakan dan ada juga yang memiliki nilai rasa tinggi atau mengenakan. Kata-kata yang nilainya merrosot menjadi rendah biasanya disebut dengan penoratif, sedangkan kata-kata yang nilainya naik menjadi tinggi disebut dengan amelioratif. Contoh kata bini dianggap peyoratif, sedangkan kata istri disebut dengan amelioratif. Perkembangan pandangan hidup yang biasanya sejalan dengan 18 Mansur Pateda, Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, h. 137-138. 14 perkembangan budaya dan kemasyarakatan dapat memungkinkan terjadinya perubahan nilai rasa peyoratif atau amelioratif sebuah kata. 7 Adanya penyingkatan Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata atau ungkapan yang karena sering digunakan, maka kemudian tanpa diucapkan atau dituliskan secara keseluruhan orang sudah mengerti maksudnya. Contonhya kalau dikatakan ayahnya meninggal tentu maksudnya adalah meninggal dunia. Bentuk meninggal merupakan singkatan dari ungkapan meninggal dunia. Penyingkatan ini bukanlah peristiwa perubahan makna yang terjadi, sebab makna atau konsep itu tetap, yang terjadi adalah perubahan bentuk kata. 8 Proses gramatikal Terjadinya proses gramatikal yaitu dengan adanya afiksasi, reduplikasi dan komposisi gabungan kata akan meyebabkan pula terjadinya perubahan makna. Akan tetapi dalam hal ini yang terjadi sebenarnya bukan perubahan makna, sebab bentuk kata itu sudah berubah sebagai hasil proses gramatikal. 19 9 Pengembangan istilah Salah satu upaya dalam pengembangan atau pembentukan istilah baru adalah dengan memanfaatkan kosakta bahasa Indonesia yang ada dengan memberi makna baru, entah dengan menyempitkan makna kata tersebut, meluaskan atau memberi makna baru. Contoh kata papan 19 Mansur Pateda, Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, h. 139-140. 15 yang semula bermakna ’lempengan kayu besi,dan sebagainya tipis, kini diangkat menjadi istilah untuk makna perumahan. 20 Dari beberapa faktor di atas, secara sinkronis disebutkan bahwa makna kata tidak akan berubah, sedangkan secara diakronis makna kata akan ada kemungkinan bisa berubah. Di bawah ini akan disebutkan beberapa jenis perubahan makna, yaitu: a. Meluas Perubahan makna meluas adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata atau leksem yang pada mulanya hanya memiliki sebuah makna, tetapi kemudian karena faktor menjadi memiliki makna-makna lain. 21 b. Menyempit Perubahan menyempit adalah gejala yang terjadi pada sebuah kata yang pada mulanya mempunyai makna yang luas, kemudian berubah menjadi terbatas hanya pada sebuah makna saja. c. Perubahan total Perubahan total adalah perubahan sebuah makna kata dari makna asalnya. d. Penghalusan eufemia Penghalusan terjadi ketika sebuah makna kata mengalami perubahan makna yang meluas, menyempit, atau berubah secara total. e. Pengasaran Pengasaran yaitu usaha untuk mengganti kata yang maknanya halus atau bermakna biasa dengan kata yang maknanya kasar. 22

D. Preposisi ﻰ dalam Bahasa Arab

20 Mansur Pateda, Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, h. 140. 21 Mansur Pateda, Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, 141-145. 22 Mansur Pateda, Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, 145. 16

1. Pengertian Preposisi

Preposisi adalah kategori yang terletak di depan kategori lain , terutama nomina sehingga membentuk frase eksosentris direktif. 23 Preposisi disebut juga dengan partikel yang dalam bahasa tipe VO biasanya terletak di depan nomina dan menghubungkannya dengan kata lain dalam ikatan eksosentris. 24 Dari aspek semantisnya, preposisi disebut kata depan yaitu menandai berbagai hubungan makna antara konstituen di depan preposisi tersebut dengan konstituen di belakangnya. Preposisi dilihat dari sintaksisnya yaitu preposisi berada di depan nomina, adjektifa, atau adverbia sehingga terbentuk frase yang dinamakan frase preposisional. 25 Preposisi juga disebut dengan partikel atau kata tugas yang hanya mempunyai makna gramatikal tidak mempunyai makna leksikal. Oleh sebab itu preposisi tidak mempunyai fungsi dan makna dalam struktur sintaksis. 26 Preposisi kata depan dalam bahasa Arab disebut dengan harf jar. Harf jar istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan kata itu sebagai partikel atau kata tugas yang menyebebkan munculnya bunyi kasroh -- karena dalam kasus genetif. Preposisi kata depan terbagi menjadi dua, diantaranya: a. Kata depan yang tak dapat dipisahkan Kata depan yang tak dapat dipisahkan yaitu kata yang terdiri satu huruf yang selalu terikat dengan kata berikutnya. Kata depan yang tak dapat dipisahkan yaitu: 1. ب yang diatikan di, oleh, dengan. Contoh: ﻚ تاﺬ ﺪ ا 2. ت diartikan demi hanya digunakan dalam sumpah dengan nama Allah yang maha kuasa. 23 Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik, Bandung: Refika Aditama, 2006, h. 49. 24 Harimurti kridalaksana, Kamus Linguistik, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993, cet.3 h. 177. 25 Hasan Alwi. dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003, h. 288. 26 Sri Nardiati, dkk. Konjungsi Subordinatif dalam Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: 1996, h.11. 17 3. و diartikan demi untuk suatu sumpah dengan menyebutkan nama-nama biasa. 4. ل diartikan untuk, karena kata depan yang digunakan untuk menyatakan milik. Contoh: ا ﺪ ﺎﻬ ﺎ ﺎﻬ وﺰ و ﺮ Barang siapa yang menikahi wanita karena hartanya, maka Allah tidak akan menambah sesuatu padanya melainkan kefakiran. 5. ك diartikan seperti, bagaikan, contoh: رﺪ ا ﺮ ﺎآ ﺔ Bagaikan rembulan di malam purnama b. Kata depan yang terpisah Kata depan yang terpisah yaitu kata yang berdiri sendiri, baik yang berupa partikel atau kata benda dalam akusatif. Kata depan yang terpisah yaitu:

1. ﻰ إ yang bermakna ’ sampai’, ’kepada’, ’ke’ contoh:

ﻰ ا ﻰ ا ر ءﺎ و ﷲا Seorang lelaki datang kepada Rasulallah saw. 2. ﻰ ’ hingga’ atau ’sampai’ contoh: ﺔﻜ ﻬ ا ﻰ ودرﻮ دراﻮ Hingga mereka terjerumus ke tempat kehancuran 3. ﻰ yang bermakna’ di atas’, ’atas’, ’kepada’ contoh: ﻰ دﺎ نودﺮﻬ ا ﺮ Atas kerusakan maskawin, tak ada yang mencekalnya

4. yang bermakna ’ dari’, ’tentang’, ’dengan’ contoh:

ﺎ ﺔ ﺋ ر ﷲا ﺎﻬ ﺎ Dari A’isyah ra berkata

5. yang bermakna ’ di dalam’, ’pada’ contoh:

و ﺎﻬ ﻮ آ لﺎ Lemah jua mendatangkan hak istri dalam setiap permasalahan

6. yang bermakna ’dari’ contoh:

ة جوﺰ ا ا را ة ﺮ 18 Shalatnya seseorang yang telah menikah lebih utama dari empat puluh shalat yang belum menikah

7. ﺬ ﺬ yang bermakna ’sejak’ contoh : ﺔ

ﺬ ﷲ ﺪهﺎ ا ﻰ ﻚ ﺮ Kami diperintahkan agar mengangkat amal tuan bersama amal para pejuang demi tegaknya agama Allah dan sejak jum’at ini. 8. نﺪ , ىﺪ ,ىﺪ yang bermakna ’dengan’ atau ’dihadapan’ 9. yang bermakna ’bersama’ 10. ﺪ yang bermakna ’ di sisi’, ’di’, ’pada’ contoh: مﺎ ا ﺪ م ﻜ ا آﺪ ا ﺮ ﻜ Tidaklah salah seorang di antara kalian memperbanyak pembicaraan di saat bersenggama berlangsung. 2. Jenis-jenis preposisi dalam bahasa Arab Menurut Ghalayayni dalam buku jami’ al-durus al-’Arabiyyah terdapat 20 harf jarr atau preposisi, yaitu: 27 No Preposisi Arti 1 ءﺎ ا Dengan 2 Dari 3 إ ﻰ ke, kepada 4 Tentang 5 ﻰ Di atas 6 ﻰ Di, pada, dalam 27 Mustafa al-Ghalayayni, Jâmi’ al-Durûs al-‘Arabiyyah, Beirut: Dar al-Fikr, 1981, h. 166. 19 فﺎﻜ ا 7 Seperti 8 م ا Bagi, untuk 9 واو ا Demi 10 ءﺎ ا Demi 11 ﺬ Sejak 12 ﺬ Sejak 13 بر Banyak 14 ﻰ Sehingga, sampai 15 ﺧ Selain 16 اﺪ Selain 17 ﺎ ﺎ Selain 18 ﻰآ Supaya 19 ﻰ Kapan 20 Semoga

3. ﻰ dalam Preposisi bahasa Arab

Preposisi ﻰ dalam bahasa Arab disebut juga dengan harf jarr. Pada kasus genetif kata yang diawali dengan harf jarr, maka kata itu akan berharakat kasroh pada akhir kata tersebut. Seperti ﻰ ﺎ ا ةد ﻰ disebut juga dengan harf jar, harf jar yaitu huruf yang menjarkan -- kata atau frase yang terdapat di depan huruf jar. ﻰ pada umumnya diartikan dengan di atas, atas, kepada. Akan tetapi tidak semua ﻰ diartikan dengan di atas, atas, kepada. ﻰ itu sendiri mempunyai makna yang berbeda-beda seperti yang akan disebutkan pada pembahasan selanjutnya. 20

4. Variasi makna ﻰ dalam bahasa Arab

Ada beberapa pendapat tentang variasi makna ﻰ dalam bahasa Arab, yaitu: Menurut Juraz Mitro Abdul Masih dalam kamus nahu saraf begitu juga menurut Mustafa al-Ghalayayni dalam buku Jami’u al-durus al’Arabiyyah 28 menyebutkan variasi makna ﻰ dalam bahasa Arab, yaitu:

1. ﻰ yang bermakna ء

ﺈ ا, 2. ﻰ yang bermakna ﻰ , 3. ﻰ yang bermakna ةزوﺎ ا atau , 4 ﻰ yang bermakna ﺔ ﺎ ا, 5. ﻰ yang bermakna كارﺪ ﺈ ا 6. ﻰ yang bermakna . 29 Selain itu Menurut Martin J. Mc.Dermott dalam A Dictionary Arabic Gramatical Nomenclature Arabic-English menyebutkan juga bahwa variasi makna ’ala ada yang bermakna ﺪ آﻮ فﺮ dan فﺮ طﺮ . 30

E. Teori Penerjemahan

1. Pengertian Penerjemahan

Kata dasar terjemah berasal dari bahasa Arab yaitu ﺮ _ ﺮ _ ﺔ ﺮ yang maknanya adalah ihwal pengalihan dari satu bahasa ke bahasa yang lain. Penerjemahan adalah kegiatan mengalihkan pesan secara tertulis dari teks satu bahasa misalnya dari bahasa Arab ke dalam bahasa lain misalnya bahasa Indonesia. 31 Penerjemahan selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar belakang teori dan pendekatan yang berbeda. Meskipun tidak mewakili keseluruhan definisi yang ada dalam dunia penerjemahan. Di bawah ini ada beberapa pendapat tentang penerjemahan. Beberapa ahli berpendapat bahwa penerjemahan adalah sekedar pengalih bahasaan. Lebih tepat bila dikatakan bahwa penerjemahan adalah pengalihan pesan message dari Tsu ke dalam 28 Mustafa al-Ghalayayni, Jâmi’ al-Durûs al-‘Arabiyyah, Beirut: Dar al-Fikr, 1981, h. 166. 29 Juraz Mitro Abdul Masih, Mu’jam lughah Nahwi al Arabi, Beirut: Libanon Nasirun, 1993, h. 379-380. 30 Antonie El-dahda dan Martin J. Mc. Dermott, A Dictionary Arabic Gramatical Nomenckature Arabic-English, Beirut: Maktabah Libnan, 1993, h. 34-35. 31 Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, Jakarta: Pustaka Jaya, 2006, h. 23. 21 Tsa. Dengan demikian, idealnya adalah Tsa yang disampaikan berisi pesan yang sepadan dengan TSu. 32 Menurut Nida dan Taber penerjemahan adalah suatu pengalihan yang terdapat dalam bahasa sumber bahasa sasaran dengan mencari padanan yang terdekat, yaitu dari segi makna dan gaya. 33 Catford berpendapat bahwa penerjemah adalah the reflacement of textual material in one language SL by equivalent textual material in another language TL mengganti bahan teks dalam bahasa sumber dengan bahan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran. 34 Sedamgkan menurut Newmark penerjemahan adalah translation is a craft consisting in the attempt to reflace a written message andor statement in one language by the same message andor statement in another language Penerjemahan adalah suatu kiat yang merupakan usaha untuk mengganti suatu pesan atau pernyataan tertulis dalam satu bahasa dengan pesan atau pernyataan yang sama dalam bahasa lain. 35 Dari beberapa pendapat di atas tentang penerjemahan dapat disimpulkan bahwa penerjemahan adalah pengalihan pesan dari bahasa satu kedalam bahasa lain dengan mempertimbangkan aspek-aspek makna, gramatikal, gaya bahasa dan aspek sosial budaya.

2. Jenis-jenis penerjemahan

Menurut Roman Jakobson sebagaimana yang dikutip oleh Nurmufid penerjemahan menurut bentuknya terbagi menjadi tiga, yaitu: a Penerjemahan inter bahasa, b Penerjemahan antar bahasa, c Penerjemahan antar simbol atau transferensi. 32 Benny Hoedoro Hoed, Penerjemahan dan Kebudayaan, Jakarta: Pustaka Jaya, 2006, h. 24. 33 Eugene A. Nida dan Charles R. Raber, The Theory and Practice of Translation, Leiden: UBS, 1974, h. 1. 34 J.c. Catford, A Linguistic Theory of Translation, London: Oxford University Pres, 1965, h. 20. 35 Peter Newmark, Approaches to Translation, London: Pergamon Press, 1981, h.7. 22 Penerjemahan inter bahasa disebut juga dengan syighat bi alfadz ukhra mengungkapkan kalimat dengan redaksi yang berbeda yaitu menjelaskan kata-kata dalam bahasa yang sama akantetapi berbeda dalam pengungkapan. Penerjemahan antar bahasa disebut juga dengan terjemah hakiki yaitu menjelaskan kata-kata atau simbol-simbol bahasa dengan simbol lain dari bahasa yang berbeda. Penerjemahan antar simbol atau transferensi yaitu menerjemahkan simbol bahasa yang berupa kata-kata dengan simbol lain. 36 Sebuah penelitian penerjemahan tidak akan terlepas dari metode yang telah ada, menurut Newmark ada delapan metode penerjemahan, yaitu: 1. Penerjemahan kata demi kata, 2 Penerjemahan harfiah, 3 Penerjemahan setia, 4 Penerjemahan semantis, 5 Penerjemahan adaptasi saduran, 6 Penerjemahan bebas, 7 Penerjemahan idiomatis, 8 Penerjemahan komunikatif. 37 Lebih jelas lagi di bawah ini akan di paparkan satu persatu tentang metode penerjemahan.

3. Metode Penerjemahan

a Penerjemahan kata demi kata Penerjemahan kata demi kata adalah suatu jenis penerjemahan yang pada dasarnya masih sangat terikat pada tataran kata. Dalam melakukan tugasnya, penerjemah hanya mencari padanan kata bahasa sumber dalam bahasa sasaran, tanpa mengubah susunan kata dalam terjemahannya. Metode penerjemahan ini lebih fokus kepada susunan kalimat Tsu. b Penerjemahan harfiah 36 Nur Mufid, Kaserun As Rahman, Buku Pintar Menerjemahkan Arab Indonesia Cara Paling Tepat, Mudah, Kreatif, Surabaya: Pustaka Progresif, 2007, cet.pertama, h. 9-10. 37 Nur Mufid, Kaserun As Rahman, Buku Pintar Menerjemahkan Arab Indonesia Cara Paling Tepat, Mudah, Kreatif, Surabaya: Pustaka Progresif, 2007, cet.pertama, h.76. 23 Penerjemahan harfiah terletak antara penerjemahan kata demi kata dan penerjemahan bebas. Penerjemahan harfiah hampir sama dengan penerjemahan kata demi kata, akan tetapi penerjemahan harfiah lebih menyesuiakan dengan susuan kata dalam kalimat terjemahannya yang sesuai dengan susunan kata dalam kalimat bahasa sasaran. Dalam metode ini, penerjemahan harfiah masih mempertahankan kata-kata dan gaya bahasa Tsu dalam Tsa. c Penerjemahan setia Penerjemahan setia artinya penerjemahan yang dilakukan dengan mempertahankan aspek- aspek yang ada, sehingga kita masih melihat kesetiaan pada segi bentuknya. d Penerjemahan semantis Penerjemahan semantis terfokus pada pencarian padanan pada tataran kata dengan tetap terikat pada budaya bahasa sumber. Berdasarkan teori diatas, maka penerjemahan yang sesuai untuk padanan preposisi ini adalah penerjemahan semantis, karena penerjemahan memberikan kebebasan dalam makna yang menyesuaikan dengan kalimat yang ada. Akan tetapi tidak terlepas dengan sumbernya. e Penerjemahan adaptasi saduran Metode adaptasi ini lebih mementingkan isi pesan, sedangkan bentuk disesuaikan dengan kebutuhan pembaca dalam Bsa. Metode penerjemahan ini biasanya digunakan untuk penerjemahan film, drama atau puisi. f Penerjemahan bebas Penerjemahan bebas ini biasanya berbentuk parafrase yang dapat lebih panjang atau lebih pendek dari aslinya. Metode penerjemahan ini hampir sama dengan metode adaptasi, akan tetapi metode ini lebih mementingan isi pesan agar pembaca mengerti tentang penerjemahan tersebut. g Penerjemahan idiomatis 24 Penerjemahan idiom mengupayakan penemuan padanan istilah, ungkapan, dan idiom dari pada yang tersedia dalam Bsa. Metode ini sering mengunakan kesan keakraban dan ungkapan idomatik yang tidak didapati pada versi aslinya. h Penerjemahan komunikatif Penerjemahan komunikatif ini berupaya memberikan makna kontekstual yang sedemikian rupa, agar dapat dimengerti oleh pembaca.

BAB III SEKILAS TENTANG BUKU TERJEMAHAN QURRAH AL-’UYÛN

OLEH MOH.AFANDI Dalam buku terjemahan Qurrah al-’Uyûn ini menarik untuk dibaca, dipelajari dan bahkan dipraktekan ketika sudah berumah tangga. Dalam buku terjemahan Qurrah al-’Uyûn berisis tentang suatu etika perkawinan, kitab ini sangat detail menyinggung masalah-masalah ’dalam’ dari hubungan suami-istri. Di dalam buku terjemahan ini ada beberapa etika dalam berhubungan antara suami dan istri. Qurrah al-‘Uyûn merupakan khazanah kitab kuning yang termasyhur di pesantren tradisional, sebuah panduan untuk menakhodai bahtera rumah tangga dan menuntun langkah dalam menelusuri lika-liku kehidupan seksual. Mulai dari keutamaan menikah, memilih jodoh yang sesuai, adab bersetubuh dengan pasangan, posisi-posisi sanggama yang paling nikmat, hingga pentingnya puncak kepuasan dicapai secara bersamaan oleh suami-istri. Qurrah al-‘Uyûn juga membahas hal ihwal terkait walimah, waktu yang tepat untuk melangsungkan pernikahan, saat paling pas untuk bersetubuh, nasihat agar suami-istri saling menyayangi, serta tanggung jawab orangtua dalam mendidik anak. Dengan kandungan yang 25 padat dan berharga, kitab ini telah dipraktikkan para kiai, santri, dan masyarakat Islam pada umumnya berabad lamanya. Fakta tentang Buku Ini: 1. Rujukan sebagian besar umat Islam tentang seksualitas Islam selama berabad-abad. 2. Kitab tentang seks paling terkenal di dunia pesantren. 3. Edisi kitab kuningnya telah terjual jutaan kopi. 4. Rujukan “wajib” umat Islam saat menjalani pernikahan. 5. Rujukan penting para dai saat menyampaikan khotbah nikah.

BAB IV ANALISIS MAKNA PREPOSISI