Kompetensi Guru Mutu Mengajar Guru

11 Guru sebagai pemimpin 12 Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak. 24 Tugas dan peran guru tidaklah terbatas di dalam masyarakat, bahkan guru pada hakekatnya merupakan komponen strategis yang memilih peran yang penting dalam menentukan gerak maju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor condisio sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen mana pun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih-lebih pada era kontemporer ini.

3. Kompetensi Guru

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran menuntut adanya perubahan dalam sistem maupun mutunya. Dengan demikian masyarakat menuntut kompetensi guru yang dapat menjamin berhasilnya pendidikan yang diharapkan. Sebelum penulis menjelaskan mengenai pengertian kompetensi guru secara mendalam, maka penulis terlebih dahulu akan mengemukakan tentang landasan-landasan kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. Sekarang ini, sudah saatnya kompetensi guru harus ditingkatkan. Oleh karena itu pemerintah pada saat ini dengan melalui Departemen Pendidikan Nasional telah berupaya untuk melaksanakan kualitas profesional guru diantaranya PGSD, D2, D3, Strata 1 serta dengan adanya program Akta IV yang hanya dikhususkan bagi seorang pengajar yang berada di lembaga sekolah. Secara yuridis pemerintah menetapkan Undang-undang tentang pendidikan, dalam Undang-undang Dasar 45 pasal 31 ayat 24 Roestiyah, N.K, Didaktik Metodik, Jakarta: Bumi Aksara 1994 , h. 32 1 dan pasal 3, yang berbunyi: “Ayat 1 Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, 3 Pemerintahan mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-undang”. 25 Selanjutnya pasal tersebut diatur dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab XI tentang Pendidik dan Tenaga Kependidikan dalam pasal-pasal berikut: Pasal 39 ayat 1 bahwa tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan . Ayat 2 Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. 26 Pasal 40 ayat 1 Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh: a Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai b Penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja c Pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas d Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual; dan 25 Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia, Bandung: Pustaka Setia, 2002 , h. 45 26 Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional SISDIKNAS UU RI No. 20 Tahun 2003, Jakarta: Asa Mandiri, 2006 , Cet. Ke-3, h. 62 e Kesempatan untuk menggunakan sarana , prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas. Ayat 2 Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban: a Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis b Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan ; dan c Memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. 27 Pasal 42 ayat 1 Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Ayat 2 Pendidik untuk pendidikan formal pada jenjang pendidikan usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi dihasilkan oleh perguruan tinggi yang terakreditasi. Ayat 3 Ketentuan mengenai kualifikasi pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan 2 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. 28 Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bab VI pasal 28 ayat 1 dan 3 tentang Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Ayat 1 bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Ayat 3 menyatakan bahwa kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi kompetensi pedagogik, 27 Ibid, h. 63 28 Ibid, h. 63 kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial. 29 Hal senada juga dinyatakan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dalam bab IV pasal 8 bagian kesatu mengenai kualifikasi, kompetensi, dan sertifikasi yang berbunyi: “guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidikan, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 30 Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 tersebut diperjelas lagi pada pasal 10 ayat 1 yaitu meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, kompetensi sosial yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 31 Namun kenyataan menunjukkan bahwa kemampuan mengelola pembelajaran belum memberikan harapan yang memuaskan. Keadaan yang demikian ini menimbulkan pertanyaan dalam diri kita di mana letak kesalahannya. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran yang tidak sesuai atau kurang adanya pemahaman terhadap peserta didik. kecenderungan jawabannya ada pada diri seorang guru itu sendiri. 29 Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Asa Mandiri, 2006 , Cet. Ke-3, h. 114 30 Undang-undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Jakarta: Asa Mandiri, 2006 , h. 7 31 Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Op. Cit., h. 160 Kompetensi kepribadian, merupakan kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. 32 Akan tetapi realitas yang ada, banyak guru yang kurang memperhatikan kemampuan kepribadiannya sebagai tuntutan profesi seorang guru, yakni kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa dan berakhlak mulia. Keadaan yang demikian sering membuat guru melakukan tindakan-tindakan yang tidak profesional, tidak terpuji, bahkan tindakan-tindakan tidak senonoh yang merusak citra dan martabat guru. Berbagai kasus yang disebabkan oleh kepribadian guru yang kurang memuaskan sering kita dengar di berita-berita atau kita baca di media-media cetak, misalnya; ada oknum guru yang menghamili peserta didik, terlibat kasus pencurian, penipuan, dan kasus-kasus yang tidak pantas dilakukan oleh guru. Dalam kaitan inilah pentingnya guru memiliki kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia guna keprofesionalan seorang guru dalam menjalankan kinerjanya sebagai tokoh idola peserta didik. 33 Kompetensi profesional, merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. 34 Namun dalam pelaksanaannya masih banyak guru yang jauh dari harapan. Dimana seorang guru hanya berperan sebagai pemindah 32 Ibid, h. 160 33 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2007 , Cet. Ke-1, h. 121 34 Peraturan Pemerintah RI No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Op. Cit., h. 160 ilmu pengetahuan saja. Dalam artian apa yang disampaikan kepada peserta didik hanya didapat dari membaca buku saja tanpa penelaahan atau pemahaman lebih lanjut dan mendalam sehingga guru benar-benar paham dengan materi yang akan disampaikan. Keadaan seperti ini belum mencerminkan adanya kinerja yang bertanggung jawab oleh seorang guru. Kompetensi sosial, merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidik, orang tua wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. 35 Kenyataan dalam prosesnya komunikasi antara sesama pendidik, pendidik dengan tenaga kependidikan, pendidik dengan wali murid, dan pendidik dengan masyarakat selama ini belum cukup memuaskan. Sehingga keadaan seperti ini memungkinkan kurang maksimalnya kinerja guru dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik dan pembimbing. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dan Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya guru difungsikan sebagai subjek yang membimbing dan memberikan pelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar perlu memenuhi kriteria tertentu diantaranya kompetensi dan profesionalitas. Oleh karena itu, guru tidak saja mendidik fungsi sebagai orang dewasa yang bertugas secara profesional memindahkan ilmu pengetahuan transfer of knowledge atau penyalur ilmu pengetahuan transmitter of knowledge yang dikuasai kepada anak didik, melainkan lebih dari itu, ia menjadi pemimpin, pendidik, dan pembimbing di kalangan anak didiknya. 35 Ibid, h. 161 Demikian kompetensi dasar yang harus di miliki oleh seorang guru dan juga yang merupakan landasan dalam mengabdikan profesinya. Kompetensi dasar guru jelas sangat berguna bagi guru, sebab dengan adanya perumusan kompetensi dasar guru bisa dijadikan pedoman bagi guru untuk menilai dirinya apakah dia sebagai seorang guru dalam menjalankan profesinya telah dapat memenuhi kompetensi-kompetensi tersebut. Bila belum, guru harus berani mengakui kekurangannya itu, dan berusaha untuk mencapai perbaikan. Dengan demikian guru tersebut selalu berusaha untuk mengembangkan dirinya dan lebih memantapkan dirinya menjadi seorang guru. Kemudian untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang guru yang dituntut oleh masyarakat dewasa ini, perlu diuraikan mengenai pengertian kompetensi guru agar tidak terjadi salah tafsir. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, kata kompetensi berarti kewenangan atau hak kekuasaan untuk menentukan dan memutuskan sesuatu hal, dan secara kebahasaan mengandung arti 1 cakap mengetahui pekerjaan atau persoalan, 2 berhak, berwenang menentukan sesuatu. 36 Istilah kompetensi mempunyai banyak makna seperti yang dirumuskan beberapa para ahli, berikut ini: Menurut Roestiyah N.K mengutip pendapat W. Robert Houston dalam memberikan pengertian kompetensi sebagai berikut: “competence ordinarily is defined as adequacy for a task or as possession of require knowledge, skill and abilities”. Yang dapat diartikan sebagai suatu tugas yang memadai atau pemilikan 36 J. S. Badudu, et. Al., Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1994 , Cet. Ke-5, h. 518 pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dituntut pada jabatan seseorang. 37 Adapun menurut Broke and Stone 1975 sebagaimana yang telah diterjemahkan oleh Moh. Uzer Usman menyatakan bahwa “ Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti. 38 Sedangkan menurut Zakiyah Darajat bahwa kompetensi adalah kewenangan atau kecakapan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal. 39 Di dalam bukunya “Menjadi Guru Profesional” Moh. Uzer Usman mengungkapkan bahwa kompetensi guru merupakan “Kemampuan dan kewenangan guru dalam melaksanakan profesi keguruannya.” 40 Artinya bahwa guru yang piawai dalam melaksanakan profesinya dapat disebut guru yang kompeten dan profesional. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Saman. A, bahwa “Seseorang dikatakan berkompeten dalam bidang tertentu apabila orang tersebut menguasai kecakapan kerja atau keahlian sesuai dengan tuntutan bidang yang bersangkutan, dengan demikian ia mempunyai kewenangan dalam pelayanan sosial.” 41 Menurut Barlow 1985 sebagaimana yang telah diterjemahkan oleh Muhibbin Syah menyatakan bahwa “Kompetensi 37 Roestiyah, N.K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: PT Bina Aksara,1989 , Cet. Ke-3, h. 4 38 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 14 39 Zakiyah Darajat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah, Jakarta: Ruhama, 1995 , Cet. Ke-2, h. 95 40 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 14 41 Saman. A, Profesionalisme Keguruan, Yogyakarta: Kanisius, 1994 , Cet. Ke-1, h.94 guru merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak.” 42 Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan dasar yang seharusnya dimiliki setiap guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan kewajibannya secara baik dan bertanggung jawab sehingga kegiatan belajar mengajar dapat terlaksana dengan efektif dan efisien. Roestiyah N.K, mengemukakan suatu rumusan yang dikembangkan oleh team Dosen Pembina Ilmu Keguruan di IKIP mengenai kompetensi dasar guru, diantaranya adalah seorang guru harus memiliki kemampuan untuk dapat: 1 Merumuskan tujuan instruksional 2 Memanfaatkan sumber-sumber materi dan belajar 3 Mengorganisasi materi pelajaran 4 Membuat, memilih dan menggunakan media pendidikan dengan tepat 5 Menguasai, memilih dan menggunakan metode penyampaian yang tepat untuk pelajaran tertentu 6 Mengetahui dan menggunakan assesmen siswa 7 Memenej interaksi belajar mengajar, sehingga efektif dan tidak membosankan bagi siswa 8 Mengevaluasi dan mengadministrasikannya 9 Mengembangkan semua kemampuan yang telah dimilikinya ketingkat yang lebih berdaya guna dan berhasil guna. 43 Pendidikan guru merupakan suatu sarana untuk menyiapkan siapa saja yang ingin melaksanakan tugas dalam profesi guru. Karena pada semua profesi persiapan itu mengikutsertakan seseorang dalam memperoleh pengetahuan dan kemampuan untuk dilaksanakan nanti, dan dilain segi mengembangkan peranan yang diperlukan untuk membahas tingkah laku dan ketrampilan. Oleh 42 Muhibbin Syah, Op. Cit., h. 229 43 Roestiyah, N.K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Op. Cit., h. 8 karena itu, seorang guru yang progresif harus mengetahui dengan pasti, kompetensi apa yang dituntut oleh masyarakat dewasa ini bagi dirinya. Setelah mengetahui, dapat dijadikan pedoman untuk meneliti dirinya apakah dia sebagai guru dalam menjalankan tugasnya telah dapat memenuhi kompetensi-kompetensi itu. Bila belum guru yang baik harus berani mengakui kekurangannya dan berusaha untuk mencapai perbaikan. Dengan demikian guru tersebut selalu berusaha mengembangkan dirinya. Moh. Uzer Usman mengemukakan bahwa kompetensi dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu: 1 Kompetensi pribadi, yang meliputi: a Mengembangkan kepribadian - Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa - Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa pancasila - Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersyaratkan sebagai guru b Berinteraksi dan berkomunikasi - Berinteraksi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional - Berinteraksi dengan masyarakat dalam penunaian misi pendidikan c Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan - Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar - Membimbing murid yang berkelainan dan berbakat khusus d Melaksanakan administrasi sekolah - Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah - Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah e Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran - Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah - Melaksanakan penelitian 2 Kompetensi profesional, yang meliputi: a Menguasai landasan kependidikan - Mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional - Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat - Mengenal prinsip-prinsip psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar b Menguasai bahan pengajaran - Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan dasar dan menengah - Menguasai bahan pengayaan c Menyusun program pengajaran - Menetapkan tujuan pembelajaran - Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran - Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar - Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai - Memilih dan memanfaatkan sumber belajar d Melaksanakan program pengajaran - Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat - Mengatur ruangan belajar - Mengelola interaksi belajar mengajar e Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan - Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran - Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. 44 Demikian tentang tugas, peranan dan kompetensi guru yang merupakan landasan dalam mengabdikan profesinya. Guru yang profesional tidak hanya mengetahui, tetapi betul-betul melaksanakan apa- apa yang menjadi tugas dan peranannya. Sedangkan menurut Nana Sudjana dalam bukunya “Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar” membagi kompetensi kedalam tiga bidang, yaitu: 1 Kompetensi bidang kognitif 2 Kompetensi bidang sikap afektif 3 Kompetensi bidang perilaku psikomotorik. 45 Penjelasan mengenai tiga bidang kompetensi yang telah disebutkan di atas adalah sebagai berikut: 44 Moh. Uzer Usman, Op. Cit., h. 16-19 45 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Algesindo, 2002 , Cet. Ke-6, h. 18 1 Kompetensi bidang kognitif Kompetensi bidang kognitif yaitu kemampuan intelektual yang dimiliki oleh guru. Seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan metode mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang bimbingan dan penyuluhan, pengetahuan tentang menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang masyarakat, serta pengetahuan umum lainnya. 2 Kompetensi bidang afektif Kompetensi bidang sikap afektif adalah kesediaan dan kesiapan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas profesinya. Misalnya sikap mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesama teman profesinya. 3 Kompetensi bidang psikomotorik Kompetensi bidang perilaku psikomotorik yaitu segala kemampuan guru dalam berbagai keterampilan atau perilaku yang bersifat jasmaniah yang pelaksanaannya berhubungan dengan tugasnya selaku pengajar, seperti keterampilan mengajar, membimbing menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, keterampilan berkomunikasi dan lain-ain. Berdasarkan penjelasan di atas, sudah tentu ketiga bidang kompetensi tersebut tidak dapat berdiri sendiri, saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Guru merupakan pemeran utama pendidikan formal. Ia mempunyai tugas yang berat untuk mencapai tujuan pendidikan yaitu meningkatkan dan mengembangkan khazanah pengetahuan kognitif , sikap afektif , dan keterampilan psikomotorik para siswa. Untuk dapat melaksanakan tugas ini dengan sebaik- sebaiknya maka setiap guru dituntut mempunyai bekal yang cukup dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilan terhadap tugas- tugas keguruan. Kompetensi guru di Indonesia telah pula dikembangkan oleh Proyek Pembinaan Pendidikan Guru P3G Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Menurut P3G yang termasuk kompetensi profesional guru ada sepuluh yang meliputi: 1 Menguasai bahan 2 Mengelola program belajar mengajar 3 Mengelola kelas 4 Menggunakan media atau sumber belajar 5 Menguasai landasan-landasan kependidikan 6 Mengelola interaksi belajar mengajar 7 Menilai prestasi belajar untuk kepentingan pengajaran 8 Mengenal fungsi program bimbingan dan penyuluhan di sekolah 9 Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah 10 Memahami prinsip-prinsip dan penafsiran hasil pendidikan bagi keperluan pengajaran. 46 Hal di atas merupakan tugas dan kewajiban guru dalam mengemban tugasnya selaku guru yang mempunyai keahlian khusus memiliki kompetensi yang handal dalam bidang mengajar yang akan diaplikasikan terhadap muridnya. Oemar Hamalik pun berpendapat bahwa guru yang dinilai kompeten secara professional apabila: 1 Guru tersebut mampu mengembangkan tanggung jawab dengan sebaik-baiknya 2 Guru tersebut mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil 3 Guru tersebut mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan sekolah 4 Guru tersebut mampu melaksanakan peranannya dalam proses belajar dan mengajar dalam kelas. 47 46 Ibid., h. 19 47 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: Bumi Aksara, 2003 , h. 38 Dapat disimpulkan bahwa seorang guru yang progresif harus mengetahui dengan pasti, kompetensi apa yang dituntut oleh masyarakat dewasa ini bagi dirinya. Setelah mengetahui, dapat dijadikan pedoman untuk meneliti dirinya apakah dia sebagai guru dalam menjalankan tugasnya telah dapat memenuhi kompetensi- kompetensi itu. Bila belum guru yang baik harus berani mengakui kekurangannya dan berusaha untuk mencapai perbaikan. Dengan demikian guru tersebut selalu berusaha mengembangkan dirinya.

4. Faktor- faktor Yang Mempengaruhi Mutu Mengajar Guru

Dokumen yang terkait

Pengaruh Film Laskar Pelangi Terhadap Motivasi Belajar (Studi Korelasional Tentang berjudul Pengaruh Film Laskar Pelangi Terhadap Motivasi Belajar Siswa-siswi SMU HARAPAN 3 Medan Johor).

17 120 115

Upaya Guru dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Fiqih di Madrasah Aliyah Manaratul Islam

0 4 103

Pengaruh mutu mengajar guru terhadap prestasi belajar siswa bidang ekonomi di SMA Negeri 14 Tangerang

15 165 84

Pengaruh persepsi siswa mengenai keterampilan mengajar guru terhadap hasil belajar IPS siswa di SMP Muhammadiyah 1 Cileungsi

0 11 0

Pengaruh metode mengajar terhadap prestasi belajar siswa pada bidang studi fiqih kelas IV di MIN Pegadungan Kalideres Jakarta Barat

0 3 79

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Keterampilan Mengajar Guru Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Kelas XI IPS Sekolah Menengah Ata

0 4 16

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DAN PERSEPSI SISWA TENTANG MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKN PADA Pengaruh Kemandirian Belajar Dan Persepsi Siswa Tentang Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar PKN Pada Siswa SMK Negeri 5 Sukoharjo Tahun 2014.

0 0 16

PENGARUH KEMANDIRIAN BELAJAR DAN PERSEPSI MENGAJAR GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKN PADA SISWA SMK NEGERI 5 Pengaruh Kemandirian Belajar Dan Persepsi Siswa Tentang Mengajar Guru Terhadap Prestasi Belajar PKN Pada Siswa SMK Negeri 5 Sukoharjo Tahun 2014

0 3 17

PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI.

6 20 55

STUDI TENTANG KONTRIBUSI MUSYAWARAH GURU MATAPELAJARAN (MGMP) PKN PADA PENINGKATAN KUALITASKEGIATAN BELAJAR MENGAJAR BIDANG STUDI PKN DI SMANEGERI 2 SAMARINDA

0 0 15