BAB II KEDUDUKAN HAKIM DALAM HUKUM ISLAM
A. Definisi Hakim
1. Menurut Bahasa
Kata Hakim menurut bahasa, memiliki beberapa arti, di antaranya: 1.
Al-Qadha’: Al-Faraagh, artinya: putus, selesai
Seperti firman Allah swt:
+ ,
- . 0 12345.
66
Artinya: “Maka tatkala Zaid putuskan kehendak daripada Zainab itu, kami kawinkan dia kepadamu.”
QS: Al-Ahzab:3733 2.
Al-Qadha’:Al-Adaa’, artinya: menunaikan, membayar Seperti: qadha’
muhamadun dainahu, artinya:Muhamad telah membayar hutangnya.
3. Al-Qadha’: Al-Hukmu
artinya: mencegah. Menghalang-halangi. Dan dari arti inilah maka Hakim-Hakim disebut hukum, karena mencegah terjadinya
kezaliman orang yang mau berbuat zalim. Kemudian yang dimaksudkan kata- kata hakamul haakimu bi kadzaa: hakim meletakkan hak kepada yang punya,
sedang al-qadha’ dengan arti al-hukmu inilah yang dimaksudkan disini. Asal kata qadha’ adalah qadhlaayun dari fiil madhi qadha yaitu, hanya
karena ya’ apabila terletak sesudah alif di akhir kata, maka diganti dengan hamzah
sehingga menjadi qadhaa’un, jama’ nya qadhiyyah.
Dan Hakim menurut bahasa artinya: orang yang memutuskan perkara dan menetapkannya.
4
Perkataan Hakim adalah berasal dari Bahasa Arab, di dalam Bahasa Melayu dan hakim memberi pengertian yang sama. Perkataan Qadhi berasal dari qadha’
yang memberi arti hukuman yang diputuskan dan Hakim ialah orang yang memutuskan hukuman, atau seseorang yang membuat putusan didalam sesuatu
perkara.
5
Telah dijelaskan bahwa definisi hukum syar’i adalah: ‘Titah Allah yang berhubungan dengan tingkah laku orang mukallaf dalam bentuk tuntutan, pilihan
untuk berbuat dan ketentuan-ketentuan”. Dapat difahami bahwa “pembuat hukum” dalam pengertian Islam adalah
Allah SWT. Dia menciptakan manusia di atas bumi ini dan Dia pula yang menetapkan aturan-aturan bagi kehidupan manusia, baik dalam hubungannya
dengan kepentingan hidup dunia maupun untuk kepentingan hidup dunia maupun kepentingan hidup di akhirat, baik aturan yang menyangkut hubungan manusia
dengan Allah, maupun hubungan manusia sesamanya dan alam sekitarnya
6
. Firman Allah:
78 9
:;0=- ?
9 A
Artinya: “Sesungguhnya tidak ada hukum kecuali bagi Allah”. QS: Al- An’am6:57
4
Muhammad Salam Madkur, Peradilan Dalam Islam,Surabaya: PT Bina Ilmu h.2
5
Mahmud Saedon, Peranan Prinsip “Adabul Qadhi” Dalam Kehidupan Qadhi Dan Semasa Bertugas Di Mahkamah
, h.173
6
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, jilid I, h. 379
Tentang kedudukan Allah sebagai satu-satunya pembuat hukum dalam pandangan Islam tidak ada perbedaan pendapat dikalangan umat Islam.
Masalahnya adalah bahwa Allah sebagai pembuat hukum berada dalam alam berbeda dengan manusia yang akan menjalankan hukum itu. Apakah manusia
sendiri sendiri secara pribadi dapat mengenal hukum Allah itu atau hanya dapat mengenalnya melalui perantara yang ditetapkan Allah untuk itu, dalam hal ini
adalah Rasul.
7
Nabi Muhammad Sebagai Rasul pilihan Allah menjadi contoh yang ulung dan unggul, tidak menyalahgunakan haknya menjadi ketua Negara
apabila berlaku pertelingkahan antara manusia dan dalam banyak peristiwa. Baginda juga Berjaya memisahkan kedudukannya sebagai ketua Negara dan tidak
mempengaruhi kehakiman dengan melantik orang lain sebagai hakim.
8
Dalam perkara 23 Perlembagaan Madinah telah termaktub bahwa Rasulullah merupakan
Ketua Hakim Negara dan tempat untuk menyelesaikan hukuman. Justeru itu, kelayakan Rasulullah SAW sebagai hakim adalah mutlak dan tidak boleh
dijadikan ukuran terhadap mana-mana manusia di dunia ini.
9
Hakim ialah seorang yang dilantik oleh pemerintah sultan untuk menyelesaikan tuntutan dan persengketaan. Rasulullah SAW sendiri telah
melantik hakim baginda untuk menyelesaikan tuntutan dan persengketaan di
7
Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, jilid I h.380
8
Abdul Hadi Awang, Islam Untuk Semua, Selangor: PTS Islamika SDN BHD, 2009 h.59
9
Mahamad Arifin, Pentadbiran Undang-undang Islam Di Malaysia, jilid 12,Kuala Lumpur: Dawama SDN BHD,2007 H.123
wilayah-wilayah jauh. Ternyata hakim merupakan tunggak kepada sistem kehakiman.
10
2. Menurut Syar’i