wilayah-wilayah jauh. Ternyata hakim merupakan tunggak kepada sistem kehakiman.
10
2. Menurut Syar’i
Kata Hakim menurut istilah syar’i Ahli-ahli fiqh memberikan definisi qadha’ sebagai berikut:
Qadha’ yaitu suatu keputusan produk pemerintah, atau menyampaikan hukum Syar’i dengan penetapan, maka kalau dikatakan qadhal qadhi, artinya hakim telah
menetapkan suatu hak kepada yang punya. Maka berdasarkan definisi ini jelas, bahwa penetapan itu sifatnya
melaksanakan perintah agama dan bukan menciptakannya karena perintah seperti itu tetap diperkirakan adanya, sedang penetapan itu sifatnya mentapkan secara
lahir, dan bukannya menetapkan sesuatu yang belum ada. Dan ada yang berpendapat, bahwa qadha’ artinya mencampuri urusan antara
makhluk dengan khaliknya, untuk menyampaikan perintah-perintahNya dan hukum-hukumNya kepada mereka, dengan perantaraan Al-Quran dan as-Sunnah,
dan dari pendapat ini, maka timbul pengertian, bahwa qadha’ adalah menyelesaikan sengketa antara dua pihak dengan hukum Allah.
11
Hakim ialah orang yang bertindak menyelesaikan perbalahan atau perselisihan yang berlaku
antara dua pihak atau lebih di dalam masyarakat dimana ianya dilantik. Hukuman
10
Mahmud Saedon, Institusi Pentadbiran undang-undang Dan Kehakiman Islam, Selangor: Percetakan Dewan Bahasa Dan Pustaka, 1996 h. 19
11
Muhammad Salam Madkur, Peradilan Dalam Islam, Surabaya: PT Bina Ilmu h.3
atau penyelesaian yang diberi oleh Hakim hendaklah berdasarkan hukuman syara’ dan ianya wajib diterima dan dilaksanakan dengan patuh.
Dengan ini jelaslah, bahwa Hakim bertugas untuk menzahirkan hukum syara’ yang wajib ditaati dan dilaksanakan didalam sesuatu kasus yang telah
diputuskannya.
12
Qadhi adalah pejabat yang diserahi wewenang untuk memeriksa, mengadili dan memberikan keputusan hukum yang berdasarkan syariat Islam yang
bersumberkan al-Quran dan as-Sunnah terhadap perkara yang diajukan kepadanya di pengadilan. Qadhi juga disebut hakim dalam melaksanakan undang-undang.
13
Juga terdapat beberapa ta’rif yang dikemukakan oleh ulama’tentang al-qada’
ini, antaranya ialah menurut ibn Irfah, dari mazhab Maliki, al- qadha
’sebagai sifat kehakiman yang menyebabkan wajib dilaksanakan hukum syara’ walaupun hukuman tersebut ta’dil dan tarjih, tetapi tidak yang berkaitan
dengan maslahah umum kaum muslimin.takrif Ibn Irfah ini menekankan tentang sifat kehakiman yaitu keputusan atau hukuman yang diberikan oleh seseorang
hakim wajib dilaksanakan dan hukuman tersebut hendaklah berdasarkan hukum syara’. Bermakna, jika sebaliknya ia tidak wajar dinamakan al-qadha. Al-
Qadha ’ini mempunyai bidang kuasa yang luas yaitu bukan sahaja menyelesaikan
pertikaian malahan menentukan tarjih dan ta’dil. Dalam hal ini mahkamah boleh memutuskan seseorang itu sama ada adil dan shahadahnya diterima, atau tidak
12
Mahmud Saedon, Peranan Prinsip “Adabul Qadhi” Dalam Kehidupan Qadhi Dan Semasa Bertugas Di Mahkamah
, h.173
13
Jabatan Mufti Terengganu, Perbedaan Mufti Dengan Qadhi, Terengganu: pengarah Bagian keurusetiaan dan Perhubungan Antarabangsa Jabatan Mufti Terengganu, 2006 h.2
adil tarjih maka shahadahnya ditolak. Bagaimanapun menurut Ibn Irfah mentadbir maslahah umum seperti membahagikan harta rampasan, mentadbir
tentera, menyusun peperangan, memerangi penderhaka, membahagikan dan mengurus harta baitul mal bukanlah dibawah bidang kuasa al-qadha’.
14
B. Kedudukan Hakim Dalam Hukum Ketatanegaraan Islam