lain. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” al-Ankabut : 45.
5. Dasar Hukum Ibadah
Jika kita renungi hakikat ibadah, kita pun yakin bahwa perintah beribadah itu pada hakikatnya berupa peringatan, memperingatkan kita menunaikan kewajiban
terhadap Allah yang telah melimpahkan karunianya. Firman Allah swt dalam surat Al-Baqarah : 21
 
 
 
 
 
“Hai  manusia,  sembahlah  Tuhanmu  yang  Telah  menciptakanmu  dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,”
32
Ibadah itulah ghayah tujuan dijadikannya jin, manusia dan makhluk lainnya. Firman Allah swt :
 
 
 
”Dan  Aku  tidak  menciptakan  jin  dan  manusia  melainkan  supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
6. Macam-macam Ibadah
Dalam  kaitan  dengan  maksud  dan  tujuan  persyariatannya  ulam  fiqih membaginya  kepada  tiga  macam,  yakni:  ibadah  mahdah,  ibadah  ghair  mahdah
dan ibadah zi al-wajhain.
33
a. Ibadah mahdah adalah ibadah yang mengandung hubungan dengan Allah
swt semata-mata, yakni hubungan vertical. Ibadah ini hanya sebatas pada- pada khusus. Cirri-ciri ibadah mahdah adalah semua ketentuan dan aturan
pelaksanaanya telah ditetapkan secara rinci melalui penjelasan-penjelasan Al-Qur’an  dan  hadits.  Ibadah  mahdah  dilakukan  semata-mata  bertujuan
untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
32
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta : CV Penerbit J-Art, 2005, hal.5
33
Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve,1999, cet. ke-3, jilid II. hal. 592.
b. Ibadah ghair mahdah ialah ibadah yang tidak hanya sekedar menyangkut
hubungan kepada Allah swt, tetapi juga berkaitan dengan sesame makhluk habl minallah wa habl mi an-nas, Di samping hubungan vertikal juga ada
hubungan  horizontal.  Hubungan sesama makhluk ini tidak  hanya terbatas pada  hubungan  antar  manusia,  tetapi  juga  hubungan  manusia  dengan
lingkungannya, seperti ayat yang artinya : “dan janganlah kamu membuat kerusakan  di  muka  bumi  sesudah  Allah  memperbaikinya…”  Q.A  7  :
56. c.
Ibadah  zi  al-wajhain  ibadah  yang  memiliki  dua  sifat  sekaligus,  yaitu mahdah dan ghairu mahdah. Maksudnya adalah sebagian dari maksud dan
tujuan  persyariatannya  dapat  diketahui  dan  sebagian  lainnya  tidak  dapat diketahui, seperti nuikah dan iddah.
Dari segi ruang lingkupnya ibadah dapat di bagi kepada dua macam, yaitu: 1  Ibadah  khassah,  yakni  ibadah  yang  ketentuan  dan  cara  pelaksanaannya
secara  khusus  ditetapkan  oleh  nash,  seperti  shalat,  zakat,  puasa,  haji  dan lain sebagainya.
2  Ibadah ‘ammah,  yakni  semua perbuatan baik  yang dilakukan dengan  niat yang  baik  dan  semata-mata  karena  Allah  swt  ikhlas,  seperti  makan  dan
minum,  bekerja,  maar  ma’ruf  nahi  munkar,  berlaku  adil  berbuat  baik kepada orang lain dan sebagainya.
34
C. Kerangka Berfikir