Pengertian Pengamalan Ibadah Ruang Lingkup ibadah

dengan muamalat pada umumnya, maupun yang tidak dipahami maknanya ghairu ma’qulat al-ma’na, seperti thaharah dan shalat, baik yang berhubungan dengan anggota badan seperti rukuk dan sujud maupun yang berhubungan dengan lidah seperti zikir dan yang berhubungan dengan hati seperti niat.

2. Pengertian Pengamalan Ibadah

Pengamalan adalah dari kata amal, yang berarti perbuatan, pekerjaan, segala sesuatu yang dikerjakan dengan maksud berbuat kebaikan. 29 Dari pengertian di atas,pengamalan berarti sesuatu yang dikerjakan dengan maksud berbuat kebaikan, dari hal di atas pengamalan masih butuh objek kegiatan. Menurut kamus istilah fiqih, ibadah yaitu memperhambakan diri kepada Allah dengan taat melaksanakan segala perintahnya dan anjurannya, serta menjauhi segala larangan-Nya, baik dalam bentuk kepercayaan, perkataan, amupun perbuatan. Orang beribadah berusaha melengkapi dirinya dengan perasaan cinta, tunduk dan patuh kepada Allah swt. 30 Dari uraian di atas, menggabungkan pengertian pengamalan dan pengertian ibadah, maka pengertian pengamalan ibadah yakni perbuatan yang dilakukan seorang hamba sebagai usaha menghubungkan dan mendekatkan diri kepada Allah swt dengan taat melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi segala larangan-Nya.

3. Ruang Lingkup ibadah

Ibadah itu mensyukuri nikamt Allah, atas dasar inilah tidak diharuskan baik oleh syara’, maupun oleh akal beribadah kepada selain Allah, karena Allah sendiri yang berhak menerimanya, lantaran Allah sendiri yang memberikan nikmat yang paling besar kepada kita yaitu hidup, wujud, dan segala yang 29 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985, cet. ke-8, hal. 33. 30 M. Abdul Majieb et. El, Kamus Istilah Fiqih, Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1995, cet. ke-2, hal. 109. berhubungan dengan-Nya. Untuk meyakini ruang lingkup ibadah ini tidak terlepas dari pemahaman terhadap pengertian itu sendiri. Oleh sebab itu menurut ibnu Taimiyah 661-728 H1262-1327 M seperti yang telah dikuti oleh Ahmad Ritonga, ibadah mencakup semua bentuk cinta dan kerelaan kepada Allah swt, baik dalam perkataan maupun perbuatan, lahir dan batin, maka yang termasuk ke dalam hal ini adalah shalat, zakat, puasa, haji, benar dalam pembicaraan, menjalankan amanah, berbuat baik kepada orang tua, menhubung tali silaturahmi, memneuhi janji, amar ma’ruf nahi munkar, dan lain sebagainya. Ruang lingkup ibadah yang dikemukakan ibnu Taimiyah di atas cakupannya sangat luas, bahkan menurut beliau seluruh ajaran agama itu termasuk ibadah. Bila mana diklasifikasikan kesemuanya dapat menjadi beberapa kelompok, yaitu : a. Kewajiban-kewajiban atau rukun-rukun syariat seperti shalat, puasa, zakat, dan haji b. Yang berhubungan dengan tambahan dari kewajiban-kewajiban di atas dalam bentuk ibadah-ibadah sunnah, seperti zikir, membaca al-qur’an, doa dan istigfar. c. Semua bentuk hubungan social yang baik serta pemenuhan hak-hak manusia, baik seperti berbuat baik kepada orang tua, menjalin silaturahmi, berbuat baik kepada sesame. d. Akhlak insaniyah, bersifat kemanusiaan, seperti benar dalam berbicara, menjalankan amanah, dan menepati janji. e. Akhlak Rabbaniyah bersifat ketuhanan, seperti mencintai Allahswt, dan rasul-rasul-Nya, takut kepada-Nya, ikhlas dan sabar terhadap hukuman- Nya. 31 Lebih khusus lagi ibadah dapat diklasifikasikan menjadi ibadah umum dan ibadah khusus. Ibadah umum mempunyai ruang lingkup yang amat luas, yaitu mencakup segala amal kebajikan yang dilakukan dengan niatb ikhlas dan 31 A. Rahman Ritonga, Fiqh Ibadah, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2002, cet, ke-2, hal. 6. sulit untuk mengemukakan sistematikanya. Tetapi ibadah khusus ditentukan oleh syara’ nash, bentuk dan caranya. Oleh Karen aitu dapat dikemukakan sistematikannya secara garis besar sebagai berikut : 1 Thaharah 2 Shalat 3 Penyelenggaraan jenazah 4 Zakat 5 Puasa 6 Haji dan umrah 7 Iktikaf 8 Sumpah dan kafarat 9 Nazar, qurban dan aqiqah 4. Tujuan Ibadah Ibadah mempunyai tujuan pokok dan tujuan tambahan. Tujuan pokoknya adalah menghadapkan diri kepada Allah yang Maha Esa dan mengkonsentrasikan niat kepada-Nya dalam setiap keadaan. Dengan adanya tujuan itu seseorang akan mencapai derajat yang tinggi di akhirat. Sedangkan tujuan tambahan adalah agar terciptanya kemaslahatan diri manusia dan terwujudnya usaha yang baik. Shalat umpamanya, disyari’atkan pada dasarnya bertujuan untuk menundukkan diri kepada Allah swt dengan ikhlas, mengingatkan diri dengan berzikir. Sedangkan tujuan tambahannya antara lain adalah untuk menghindarkan diri dari perbuatan keji dan munkar, sebagaiman dipahami dalam firman Allah swt :                         “ Bacalah apa yang Telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab Al Quran dan Dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan- perbuatan keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah shalat adalah lebih besar keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain. dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” al-Ankabut : 45.

5. Dasar Hukum Ibadah