Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan carajalan untuk mengembangkan dan mengarahkan diri menjadi sosok manusia yang memiliki kepribadian yang utama dan sempurna. Dengan pendidikan, manusia dapat mengembangkan kepribadian baik jasmani maupun rohani ke arah yang lebih baik dalam kehidupannya, sehingga semakin maju suatu masyarakat maka akan semakin penting pula adanya pendidikan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Bersamaan dengan itu Islam memandang pendidikan sebagai dasar utama seseorang diutamakan dan dimuliakan. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Quran Surat al- Mujadilah ayat 11          ...... “Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi pengetahuan beberapa derajat….” QS.Al Mujadilah:11 1 Pada dasarnya, pendidikan dalam persfektif Islam berupaya untuk mengembangkan seluruh potensi peserta didik seoptimal mungkin, baik 1 Departemen Agama RI, Al- Quran dan Terjemahannya, Bandung: CV J-Art, 2007, h. 543. menyangkut aspek jasmaniah maupun rohaniah: akal dan akhlak. Dengan optimalisasi seluruh potensi yang dimilikinya, Pendidikan Islam berupaya untuk mengantarkan peserta didik ke arah kedewasaan pribadi secara paripurna, yaitu yang beriman dan berilmu pengetahuan. Kesemua itu diharapkan saling mempengaruhi antara satu sama yang lain dalam mencapai perkembangan pendidikan yang diinginkan. 2 Dari pernyataan di atas menjadi jelas bahwa pendidikan dalam persfektif Islam adalah sebuah upaya mencerdaskan akal membentuk jiwa Islami, sehingga akan terwujud sosok pribadi muslim sejati yang berbekal pengetahuan dalam segala aspek kehidupan. Namun pada pelaksanaannya Pendidikan Islam yang berlangsung masih banyak yang penekanannya pada aspek kognitif semata. Tanpa mengembangkan pada dua aspek yang lain yakni aspek afektif dan psikomotor. Diakui bahwa persoalan-persoalan yang selalu menyelimuti dunia pendidikan Islam sampai pada saat ini selalu berada dalam lingkaran : tujuan yang tidak sejalan dengan kebutuhan masyarakat, metode pengajaran yang statis dan kaku, sikap dan mental pendidik, kurikulum yang tidak progresif dan lain sebagainya. Padahal pendidikan seyogyanya memiliki landasan-landasan yang didasarkan pada perbedaan-perbedaan dan orientasi yang ada pada masyarakatnya. Ilmu pengetahuan menurut agama Islam bukan saja sangat penting untuk perbaikan kehidupan dan kemajuan manusia, tetapi juga untuk mengingat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena pada dasarnya Al-Quran pun telah memberikan suatu dorongan kepada pemeluknya untuk menguasai ilmu pengetahuan, ini terlihat dari ayat-ayat Al-Quran yang mengajak untuk berfikir, melakukan penalaran, dan bahkan menyanjung orang-orang yang suka menggunakan akalnya. Manusia diciptakan Allah selain menjadi hamba-Nya, juga menjadi penguasa khalifah di atas bumi. Selaku hamba dan khalifah, manusia telah 2 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-dasar Pendidikan Islam, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2001, h. 7 diberi kemampuan jasmaniah fisiologis dan rohaniah mental psikologis yang dapat ditumbuh-kembangkan seoptimal mungkin, sehingga menjadi alat yang berdaya guna dalam ikhtiar kemanusiaannya untuk melaksanakan tugas pokok kehidupan di dunia. Untuk mengembangkan atau menumbuhkan kemampuan dasar jasmaniah dan rohaniah tersebut, pendidikan merupakan sarana alat yang menentukan sampai di mana titik optimal kemampuan-kemampuan tersebut dapat dicapai. Lebih jauh lagi, Zakiah Daradjat mengungkapkan dalam bukunya Ilmu pendidikan Islam, bahwa manusia adalah makhluk pedagogik yakninya makhluk Allah yang dilahirkan membawa potensi dapat dididik dan dapat mendidik. 3 Dialah yang memiliki potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, pendukung dan pengembang kebudayaan. Ia dilengkapi dengan fitrah Allah, berupa bentuk atau wadah yang dapat diisi dengan berbagai kecakapan dan keterampilan yang dapat berkembang, sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk yang mulia. Pikiran, perasaan dan kemampuannya berbuat merupakan komponen dari fitrah itu. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya kepribadian yang utuh, serta hamba Tuhan yang mengabdikan diri kepada-Nya. Firman Allah dalam surat Az-Zariyat ayat 56, yang berbunyi: ﺎَﻣَو ُﺖْﻘَﻠَﺧ ﱠﻦِﺠْﻟا َﺲْﻧِﺈْﻟاَو ﺎﱠﻟِإ ِنوُﺪُﺒْﻌَﯿِﻟ تﺎﯾراﺬﻟا : ٥٦ Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. Q.S. Az-Zariyat: 56 4 Al-Quran mengajarkan kepada manusia agar dapat memantau dan mengatur tata kehidupan serta memanfaatkan perkembangan yang terjadi, sesuai dengan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi. Itulah sebabnya Al-Quran mencela sikap fanatik orang jahiliyah terhadap pandangan kuno yang mereka pusakai dari peninggalan nenek moyang mereka. 3 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 2000, h. 16 4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung : Diponegoro, 2004, h. 523 Secara tegas Allah SWT memerintahkan manusia untuk beribadah kepada- Nya dengan Firman-Nya dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 21 yaitu:            ةﺮﻘﺒﻟا : ٢١ “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang sebelummu, agar kamu bertakwa”. Q.S. Al-Baqarah: 21. 5 Perintah itu adalah esensi dari semua tugas manusia sehingga tugas pendidikan juga merupakan salah satu tugas dalam rangka beribadah kepada- Nya. Ilmu tentang ibadah dimuat dalam Ilmu Fikih. Ibadah adalah wajib, mempelajari ilmu tentang ibadah wajib pula, karena tidak mungkin seseorang melaksanakan ibadah itu hanya mengetahui esensi dari ibadah saja tanpa mengetahui cara melakukan ibadah tersebut. Madrasah Tsanawiyah sebagai salah satu lembaga pendidikan islam yang diakui oleh pemerintah. Di madrasah ini diajarkan teori dan praktek ibadah sesuai dengan yang termuat dalam kurikulum bidang studi Fikih. Isi dari bidang studi ini merupakan bahan pengajaran yang berdiri sendiri sebagai mata pelajaran atau bidang studi pokok. Tujuan mempelajari materi bidang studi ini yang tercantum didalam kurikulum Madrasah Tsanawiyah adalah setelah mempelajari materi bidang studi Fikih, siswa harus mengetahui bagaimana cara melaksanakan ibadah yang baik dan benar, mereka juga terdorong untuk melaksanakan pengamalan ibadah yang sesuai dengan materi pelajaran Fikih yang diajarkan kepada mereka di sekolah. Siswa yang duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah, secara umum berusia 13-15 Tahun dan pengamalan ibadah yang dilakukan oleh mereka dalam kehidupan sehari-hari terutama yang berkaitan dengan pengamalan ibadah wajib pada umumnya hanya pada shalat lima waktu, zakat serta puasa di bulan Ramadhan. 5 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 4 Untuk peningkatan kualitas siswa di bidang iman dan takwa, pengajaran ilmu fikih dijadikan sebagai salah usaha mencapainya. Melalui pembelajaran Fikih diharapkan dapat meningkatkan iman dan takwa siswa dan mereka dapat merealisasikannya dalam sikap dan prilaku hidupnya sesuai dengan tujuan pembelajaran mata pelajaran Fikih. Disamping itu Madrasah Tsanawiyah as-Syafi’iyah Bukit Duri juga memiliki kegiatan keagamaan yang rutin dan terprogram seperti pelaksanaan shalat zuhur secara berjamaah. Selain itu Madrasah Tsanawiyah as-Syafi’iyah Bukit Duri juga memiliki sarana dan prasana beribadah yang memadai serta kontrol yang baik terhadap pelaksanaan ibadah siswa-siswinya. Keberhasilan suatu proses pendidikan sangat dipengaruhi oleh kesiapan pendidik dan peserta didik siswa. Jika di antara keduanya atau salah satunya tidak ada kesiapan, maka keberhasilan suatu proses pendidikan sukar dicapai. Untuk mengetahui kesiapan peserta didik siswa dapat dilihat dari minat belajarnya. Dengan adanya minat pada diri peserta didik siswa dalam mempelajari suatu pelajaran khususnya mata pelajaran Fikih akan membantu siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan belajarnya. Keberhasilan belajar yang dicapai bukan hanya berupa nilai atau prestasi melainkan juga adanya perubahan tingkah laku. Dengan demikian jelas bahwa minat memiliki fungsi yang penting dalam mencapai prestasi belajar. Mustahil apabila siswa yang tekun belajar nilainya tidak akan memuaskan, demikian pula dengan minat belajar pada mata pelajaran Fikih. Apabila siswa berminat pada mata pelajaran Fikih maka ia akan terus tekun mempelajarinya yang pada akhirnya prestasi yang dicapai akan memuaskan. Prestasi yang diraih bukan hanya dalam bentuk nilai melainkan juga pengamalan dari isi atau tujuan pembelajaran mata pelajaran Fikih yang diaktualisasikan dalam bentuk pengamalan ibadah yang ditunjukkan oleh siswa. Dengan melihat pentingnya pembelajaran Fikih yang diberikan kepada siswa, maka ada beberapa hal yang mendorong penulis tertarik untuk meneliti permasalahan tersebut yang dituangkan ke dalam bentuk skripsi dengan judul. “Hubungan Minat Belajar Fikih dengan Pengamalan Ibadah Siswa Madrasah Tsanawiyah As-Syafi’iyah Bukit Duri”.

B. Identifikasi Masalah