Hubungan Antara Dukungan Petugas Panti dengan Praktik Senam

karenakan instrumen yang digunakan tidak mewakili dukungan yang dimiliki lansia atau mungkin kuesioner yang dibuat peneliti kurang dipahami oleh responden sehingga hasil wawancara tidak sesuai pada saat pelaksanaan senam. Meskipun hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Tylor 1995, tidak berarti dukungan teman tidak penting dalam memberikan motivasi untuk melakukan senam.

2. Hubungan Antara Dukungan Petugas Panti dengan Praktik Senam

Lansia PSTW merupakan pihak di luar keluarga yang berupaya memberikan layanan kepada lanjut usia, sebagai wahana untuk membantu para lanjut usia yang kurang beruntung atau yang mengalami masalah dalam hubungan sosial dengan keluarganya maupun dirinya sendiri dan juga masalah yang berkaitan dengan psikososial. Pelayanan yang diberikan di dalam Pusat Layanan Sosial Lanjut Usia pada dasarnya diupayakan untuk memenuhi berbagai dimensi yang merupakan kebutuhan dasar bagi lanjut usia yang meliputi kebutuhan biologis, psikologis, sosial, spiritual dan hiburan. Petugas panti pekerja sosial harus dapat memberikan pelayanan bimbingan sosial sejak para lansia memasuki panti hingga saat terminasi. Salah satunya memberikan dukungan dan informasi mengenai praktik senam lansia sehingga para lansia termotivasi untuk melakukan kegiatan tersebut Keputusan Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial No:28aPRS- 3KEP2009 tentang Pedoman Bimbingan Sosial Psikososial di PSTW. Senam merupakan salah satu kegiatan di dalam panti yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan sosial dan hiburan sebagai upaya untuk memberikan rasa senang dan kebugaran kepada lanjut usia agar dapat mengisi waktu luang dengan menikmati senam tersebut UU RI No.13 tahun 1998 pasal 17 ayat 2 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia. Bentuk dukungan sosial yang diberikan menurut Broadhead WE, Gehlbach SH 1998 adalah dihargai dan dicintai, diberikan kesempatan untuk mengunjungi teman dan keluarga, memberikan penghargaan atas pekerjaan yang dilakukan, mendapat bantuan ketika lansia sedang sakit, dan lain-lain. Sarason, Levine 1983 menjelaskan bahwa bentuk dukungan yang diberikan pada lansia adalah menempatkan lansia menjadi bagian penting dalam keluarga. Berdasarkan hasil penelitian di dapat bahwa lansia yang kurang mendapatkan dukungan dari petugas panti lebih sedikit yang melakukan senam secara tidak rutin di bandingkan lansia yang cukup mendapatkan dukungan. Penelitian ini belum sejalan dan hasil p-value 0,170 menunjukkan tidak ada perbandingan yang signifikan, hal ini dapat terjadi mungkin dikarenakan petugas panti menempatkan WBS hanya sebagai warga binaan yang berasal dari luar dan butuh pertolongan tetapi tidak menempatkan sebagai bagian dari keluarga seperti yang dijelaskan oleh Sarason dan Levine 1983. Penempatan seperti ini berpengaruh terhadap perilaku petugas panti kepada WBS seperti perlakuan yang hanya sekedar memenuhi tugas. Artinya dalam memberikan informasi kesehatan ataupun memotivasi WBS untuk mengikuti senam hanya dilakukan pada awal WBS masuk ke panti dan tidak diberikan secara berkelanjutan. Hal ini tidak sesuai dengan Keputusan Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi tahun 1999. Selain itu mungkin juga karena kegiatan senam merupakan salah satu kegiatan rutin yang dilakukan di panti, sehingga petugas tidak perlu lagi mengajak atau mengingatkan WBS untuk mengikuti senam.

3. Hubungan Antara Pengetahuan Lansia dengan Praktik Senam Lansia