Peran Perawat Gerontik Potter Perry, 2005 Kerangka Teori

disadari dan dimengerti oleh individu sehingga individu dapat mengubah perilakunya. Individu yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu lansia maka peneliti memilih variabel demografik, sosiopsikologis, dan struktural sebagai variabel yang akan diteliti. Peneliti memilih faktor ini karena ancaman, keseriusan penyakit yang dirasakan, pertimbangan keuntungan dan kerugian tindakan pencegahan penyakit dipengaruhi oleh variabel demografik, sosiopsikologis dan struktural Smet, 1994.

D. Peran Perawat Gerontik Potter Perry, 2005

Perawat gerontik memiliki peran yang cukup besar terhadap perkembangan lansia. Hal pertama yang perawat lakukan yaitu mengkaji sikapnya pada penuaan karena sikap tersebut mempengaruhi asuhan keperawatan. Untuk memberi asuhan yang efektif, perawat harus menciptakan sikap positif terhadap lansia. Sikap negatif dapat mengakibatkan penurunan rasa nyaman, adekuat, dan kesejahteraan klien. Perawat dapat meningkatkan kemampuan kemandirian dan harga diri klien, karena klien lansia merasa bahwa hidup tidak lagi berharga. Peningkatan kemampuan kemandirian ini sangat berpengaruh terhadap perilaku lansia sehari-hari seperti dalam pelaksanaan senam lansia. Perawat sebagai educator yang dalam hal ini dapat memberikan informasi yang memungkinkan klien lansia membuat pilihan dan mempertahankan otonominya. Informasi yang diberikan mengenai pentingnya dan manfaat melaksanakan senam lansia. Pemberian informasi dapat dilakukan juga oleh petugas panti. Perawat sebagai motivator yang memberikan motivasi kepada klien lansia agar selalu berperan aktif dalam melakukan perilaku kesehatan. Motivasi dapat meningkatkan semangat bagi lansia dalam pelaksanaan senam lansia.

E. Kerangka Teori

Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada teori Rosentock 1974 mengenai Health Belief Model, dimana perilaku individu ditentukan oleh motif dan kepercayaannya. Model ini mengandung 5 unsur yaitu perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, dan cues action. Peneliti menggunakan komponen variabel demografik, sosiopsikologis, dan struktural yang terdapat dalam teori HBM. Hubungaan faktor-faktor ini dengan praktik senam lansia digambarkan dalam suatu kerangka teori sebagai berikut: Teori Model Keyakinan Kesehatan Rosentock 1974 Bagan 2.2 Sumber: Rosentock 1974 dalam Noorkasiani, 2009  Variabel demografik Usia, jenis kelamin, ras, pendidikan, dll  Variabel sosiopsikologis Dukungan teman dan dukungan petugas panti  Variabel struktural pengetahuan dan sikap terhadap suatu penyakit Petunjuk untuk bertindak  Koranmajalah  Saran dari dokter  Saran dari petugas panti Kemungkinan menggunakan tindakan preventif yang direkomendasikan melakukan praktek senam lansia Ancaman yang dirasakan Keuntungan tindakan preventif Penghalang tindakan preventif Kerentanan penyakit yang dirasakan Keseriusan penyakit yang diraasakan 31

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yg dikemukakan oleh Rosentock 1974 maka variabel yang ingin diteliti mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik senam lansia adalah variabel terikat dependen yaitu praktik senam lansia. Sedangkan variabel bebas independen yang ingin diketahui meliputi 1 variabel demografik yaitu usia, jenis kelamin, dan pendidikan, 2 variabel sosiopsikologis lansia yaitu dukungan teman sebaya dan dukungan petugas panti, 3 variabel struktural yaitu pengetahuan dan sikap lansia mengenai senam lansia. Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Ket : - - - - - Tidak di hubungkan dengan variable dependen Bagan 3.3. Kerangka konsep 2. Variabel sosiopsikologis  Dukungan teman sebaya  Dukungan petugas panti 3. Variabel struktural  Pengetahuan lansia  Sikap lansia Praktik senam lansia 1. Variabel demografik  Usia  Jenis kelamin  pendidikan