tempat yang diteliti adalah Timezone Thamrin Plaza Medan, dan tempat yang diteliti pada penelitian ini adalah kampus Universitas Sumatera Utara Medan.
Penelitian yang dilakukan oleh Andreani 2007 dengan judul
”Experiential Marketing Sebuah Pendekatan Pemasaran” memiliki
persamaan variabel yang diteliti, yaitu variabel bebas pada penelitian ini. Sedangkan perbedaannya adalah hasil penelitian Andreani 2007 hanya
menganalisis secara deskriptif, sementara pada penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif dan analisis regresi berganda.
B. Pengertian Pemasaran
Pemasaran adalah kegiatan yang menghubungkan antara perusahaan dengan konsumen. Seperti yang diungkapkan oleh Boyd, Walker, Larreche
2000 : 4 ”pemasaran adalah suatu proses sosial yang melibatkan kegiatan- kegiatan penting yang memungkinkan individu dan perusahaan mendapatkan apa
yang mereka butuhkan dan inginkan melalui pertukaran dengan pihak lain dan untuk mengembangkan hubungan pertukaran”.
Konsep inti pemasaran merubah peran pemasaran seiring dengan kesadaran akan pentingnya pelanggan bagi suatu perusahaan. Menurut Kotler dan
Susanto 1999 : 19, manajemen Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan dari perwujudan, pemberian harga, promosi dan distribusi dari
barang-barang, jasa dan gagasan untuk menciptakan pertukaran dengan kelompok sasaran yang mempunyai tujuan pelanggan dan organisasi.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pemasaran bertujuan untuk memuaskan konsumennya. Dengan mengenali apa yang
Universitas Sumatera Utara
dibutuhkan needs dan apa yang diinginkan wants dari pasar sasaran dan konsumen selalu diberikan kepuasan yang dilakukan dengan lebih efektif dan
efisien dibandingkan pesaing, ini merupakan kunci utama untuk mencapai sasaran organisasi.
C. Konsep Experiential Marketing
Empat karakteristik yang membedakan experiential marketing dengan pemasaran tradisional yang berfokus pada fitur dan manfaat menurut Schmitt
1999 : 25, adalah :
1. Fokus pada pengalaman konsumen customer experience
Berbeda dengan pemasaran tradisional, experiential marketing berfokus pada pengalaman konsumen. Pengalaman terjadi hasil
dari akumulasi dan berstimulasi dengan perasaan, hati dan pikiran. Pengalaman ini juga menghubungkan perusahaan dan merek
kepada gaya hidup konsumen. Pengalaman-pengalaman ini bersentuhan dengan panca indera, emosi, kognigtif, dan tingkah
laku.
2. Menguji situasi saat menggunakan produk
Sebagai contoh, McDonald’s memposisikan bisnisnya sebagai bisnis makanan cepat saji yang paling cepat dan praktis
dibandingkan dengan bisnis lain yang sejenis, seperti : Wendy’s dan Burger King. Saat mengkonsumsi makanan cepat saji
Universitas Sumatera Utara
McDonald’s konsumen dimanjakan dengan segala sesuatu yang praktis dan tanpa harus menunggu lama sehingga hal ini yang
membedakan bisnis makanan cepat sajinya dengan bisnis lain yang sejenis.
3. Konsumen memiliki rasional dan emosional
Pemasaran experiential
membuat konsumen menggunakan emosinya yang berdasarkan pada dorongan rasional. Hal ini
menyebabkan konsumen memilih pilihan berdasarkan akal rasionya dan dorongan ini timbul disebabkan karena pengalaman-
pengalaman yang sering dialami oleh konsumen, seperti apa yang dirasakannya dan apa yang dibayangkan oleh konsumen, bertujuan
untuk menyelesaikan masalah konsumen dalam mengkonsumsi produk jasa.
4. Metode dan alat yang dipilih
Metode dan alat yang dipilih dalam experiential marketing berbeda dengan metode dan alat pada pemasaran tradisional yang
menggunakan metode analisis, kuantitatif jumlah dan metode verbal. Pada experiential marketing metode yang dipilih lebih
bersifat kualitatif dan intuitif. Lebih mengedepankan visualisasi untuk memicu kreatifitas berfikir.
Universitas Sumatera Utara
Fitur dan Manfaat
Pemasaran Tradisional
Experiential Marketing
Panca Indera,Afektif, Pengalaman Kognigtif,
Aksi dan Relasi
Gambar 2.1. Esensi dari dua paradigma pemasaran
Sumber : Schmitt 1999 dioalah
D. Konsep Customer Experience