Alat Bukti Demonstratif dan Bukti Fisik Lainnya

macam alat bukti salah satu di antaranya adalah bentuk rekaman elektronik. Dalam hal ini, alat bukti rekaman elektronik, akan penulis bahas berdasarkan alat bukti rekemana elektronik yang terdapat di dalam tindak pidana pencucian uang money laundering.

2. Alat Bukti Demonstratif dan Bukti Fisik Lainnya

Sebagaimana diketahui, bahwa alat bukti konvensional dalam hukum acara pidana terdapat dalam Pasal 184 Ayat 1 KUHAP yakni keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Sedangkan alat bukti konvensional di dalam hukum acara perdata adalah sebagaimana ditentukan di dalam Pasal 164 Herzien Indonesisch Reglement HIR yaitu, bukti tulisan, bukti saksi, bukti persangkaan, bukri pengakuan, dan bukti sumpah. Karena ketentuan yang mengatur alat bukti tersebut merupakan hukum acara yang merupakan hukum publik, maka baik ketentuan tentang alat bukti dalam hukum acara pidana maupun dalam hukum acara perdata keduanya bersifat memaksa dwingend recht. Artinya, segala jenis alat bukti yang sudah diatur dalam pasal tersebut tidak dapat ditambah atau dikurangi. Menurut Munir Fuady bahwa, ketentuan di dalam alat bukti, baik dalam hukum acara perdata maupun dalam hukum acara pidana terdapat model alat bukti yang terbuka ujung open end, yang memungkinkan masuknya berbagai alat bukti baru, sesuai dengan perkembangan teknologi dan informasi, termasuk alat bukti yang sangat bersifat sainstifik danatau eksperimental. Alat bukti yang terbuka ujung tersebut adalah alat bukti persangkaan dalam hukum acara perdata dan alat bukti Universitas Sumatera Utara petunjuk dalam hukum acara pidana. Selanjutnya, perlu diketahui karena banyaknya alat bukti nonkonvensional tersebut yang canggih dan sangat berorientasi pada perkembangan teknologi, maka banyak di antaranya yang dapat memberikan nilai pembuktian yang akurat, bahkan melebihi dari keakuratan alat bukti konvensional. 194 Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan alat bukti demonstaratif adalah alat bukti yang tidak secara langsung membuktikan adanya fakta tertentu, tetapi alat bukti ini dipergunakan untuk membuat fakta tersebut menjadi lebih terang dan jelas serta lebih dapat dimengerti. Jadi, alat bukti tersebut tidak langsung berada atau dipergunakan dalam fakta tersebut, seerti pistol yang dipergunakan untuk membunuh. Alat bukti demonstratif, bendanya dipergunakan untuk sekedar menjelaskan atau mensimplikasi masalah atau fakta yang akan dibuktikan. Jadi, hanya semacam alat bantu visual visual aids. Alat bukti demonstratif ini diperagakan di pengadilan di hadapan hakim. Jika dilakukan di luar pengadilan, akan menjadi alat bukti eksperimental atau alat bukti sainstifik. Alat bukti demonstartif ini sangat berguna bagi hakim untuk mendapatkan kesan yang sebenarnya atau kesan dari tangan pertma sehingga hakim dapat menangkap nuansa yang sebenarnya dari suatu fakta hukum. Ini tentu lebih baik dari sekdar mendengar 194 Ibid, hal. 182, model pembuktian kejahatan melalui alat canggih yang disebut dengan tes DNA deoxyribonucleic acid yang jauh lebih akurat dibandingkan dengan pembuktian konvensional yang menggunakan saksi mata. Contohnya adalah kasus yang menimpa tersangka perkosaan dan perampokan yang bernama Ronald Cotton pada tahun 1984 di Burlington, North Carolina, USA. Dimana Ronald Cotton dituduh melakukan pemerkosaan terhadap dua orang gadis yang tinggal di apartemen. Persidangan di USA mengatakan bahwa Ronald Cotton terbukti melakukan pemerkosaan. Akan tetapi setelah 10 tahun lamanya, kemudian dilakukan tes DNA pemerkosa, ternyata sampel tersebut tidak sesuai atau tidak matching dengan sperma milik Ronald Cotton. Hal ini diketahui setelah dilakukan tes DNA. Universitas Sumatera Utara cerita dari saksi-saksi. Hal ini sesuai dengan yang sering dikatakan orang bahwa “lihat dulu baru percaya” seeing is believing dalam hal ini melihat peragaan dari alat bukti demonstratif tersebut. Namun demikian, perbedaan alat bukti riil dan alat bukti demontsratif tidak selamanya jelas. Kadang-kadang suatu alat bukti dapat dipandang sebagai alat bukti riil, tetapi dari sudut pandang yang lain dia merupakan buti demonstratif. Sebagai contoh, foto mengenai tempat kejadian dapat merupakan alat bukti riil jika digunakan sebagai bukti untuk putusan-putusan terhadap fakta tertentu. Akan tetapi dapat juga merupakan alat bukti demonstratif manakala dipergunakan sebagai alat bantu untuk mengerti pembuktian tersebut. Jadi, bukti demonstratif tidak lain juga merupakan bukti ilustratif. Digunakan alat bukti demonstratif di pengadilan, sebenarnya berdasarkan keyakinan bahwa orang lebih berkesan dengan melihat daripada hanya mendengar. Agar suatu bukti demonstratif dapat diterima sebagai suatu alat bukti, hukum harus memberikan syarat-syarat alat bukti demonstratif sebagai berikut: 195 1. Harus ada alat bukti lain. Tentu saja karena alat bukti demonstratif lebih merupakan peragaan di ruang pengadilan terhadap bukti tertentu sehingga alat bukti lain, yaitu alat bukti yang diperagakanditiru tersebut harus tersedia. Jika seseorang menunjukkan sebuah foto mobil di pengadilan sebagai bukti demonstratif, mobil tersebut harus ada atau pernah ada; 2. Keakuratan yang representatif. Bukti demonstratif yang dipertunjukkan di pengadilan harus akurat dengan bukti yang diwakilinya. Akurat artinya harus sama besarnya atau akurat skalanya, sama dimensinya, dan sama bentuknya. Pembesaran yang berlebih-lebihan atau bentuknya yang diubah sehingga berbeda dengan objek yang dipresentasikan tanpa suatu maksud khusus, dapat 195 Ibid, hal. 190-191. Universitas Sumatera Utara menimbulkan misleading dan menimbulkan kesan yang berlebih-lebihan sehingga harus ditolak sebagai bukti demonstratif. 3. Otentifikasi. Bukti demonstratif harus otentik dengan alat bukti yang dipresentasikan. Otentik di sini adalah bahwa alat bukti yang diperagakan di pengadilan harus menunjukkanmenggambarkan alat bukti yang sebenarnya direpresentasikan. Jika foto mengenai suatu benda telah diubah secara digital sehingga fotonya tampak lebih baik, lebih jelek, atau lebih besar dari bendanya sehingga kelihatan lebih kecil dari lokasi kejadian perkara, foto seperti ini tidak lagi otentik sehingga harus ditolak sebagai alat bukti demonstratif. 4. Identifikasi. Yang diperagakan di pengadilan sehingga alat bukti demonstratif harus sama persis matching dengan alat bukti sebenarnya yang dirpresentasikan. Jika digambarkan sebuah segitiga siku-siku, diantara keduanya sudah tidak lagi identik tidak lagi matching. 5. Admisabilty. Suatu bukti demonstratif harus memenuhi syarat admission sebagai alat bukti di pengadilan. Dalam ilmu hukum pembuktian diajarkan bahwa agar suatu alat bukti dapat lulus dalam admission test, harus dipenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Relevancy; b. Materiality significant, dan c. Competency. Dengan demikian, yang akan didemonstrasikan di pengadilan harus dapat membuktikan sesuatu yang relevan, signifikan, dan kompeten sesuai dengan fungsi pengadilan, seperti sopan, tidak melanggar etika dan lain-lain; 6. Keseimbangan balancing. Alat bukti demonstratif mempunyai efek pisitif di samping efek negatif. Efek positif yang paling penting tentu saja memperjelas yang akan dibuktikan tersebut. Jadi, menagndung unsur probatif. Adapun efek negatifnya akan menimbulkan misleading, lebih memancing emosional daripada rasional, membuang-buang waktu. Oleh karena itu, diperlukan suatu keseimbangan, dalam arti postifnya minimal harus seimbang atau bahkan melebihi efek negatifnya. Jika tidak demikian, alat bukti demonstratif pantas ditolak. Dalam ilmu hukum pembuktian, alat bukti demonstratif dapat diperkenankan menjadi alat bukti bantu sepanjang menurut pengadilan alat bukti tersebut cukup dapat menjelaskan fakta tertentu atau sangat bersifat ilustratif terhadap pembuktian sehingga potensial menolong menjelaskan fakta yang akan dibuktikan itu. Selanjutnya di samping relevan dengan fakta yang akan dibuktikan, harus juga dijaga Universitas Sumatera Utara agar penggunaan alat bukti demonstratif tidak sampai terlalu prejudice menjadi praduga yang justru dapat mengabulkan persoalan yang sebenarnya. Selain itu, diterima atau tidaknya oleh pengadilan, baik alat bukti riil maupun alat bukti demonstratif. Pertimbangan otentifikasi alat bukti tersebut juga perlu dibuktikan dengan sungguh-sungguh. Menurut Munir Fuady, ada beberapa contoh alat bukti demonstratif yakni sebagai berikut: 1. Foto atau rekaman video. Foto digital. Nondigital, atau rekaman video dapat menjadi alat bukti demonstratif sepanjang foto-foto tersebut tersebut dapat menjelaskan duduk fakta yang ada. Dalam hal ini, foto atau rekaman video dapat dipergunakan jika pihak yang mengambil foto atau video tersebut dapat dipanggil sebagai saksi ke pengadilan, atau jika dia tidak dapat ke pengadilan, ada saksi lain yang snaggup menjelaskan keakuratan pengambilan foto atau video tersebut. 2. Rekaman suara melalui tape recorder , telepon, atau pesan SMS melalui telepon seluler. Sama dengan pengambilan foto atau video, rekaman suara melaluiu tape recorder, telepon atau bahkan pesan SMS melalui telepon seluler juga dapat dipergunakan sebagai alat bukti demonstratif. Sama dengan alat bukti demonstratif dalam bentuk foto atau video, alat buti demonstratif berupa tape recorder, telepon atau bahkan pesan SMS dapat dipergunakan jika pihak yang merekam tersebut dapat dipanggil sebagai saksi ke pengadilan, atau jika dia tidak dapat ke pengadilan, ada saksi lain yang sanggup menjelaskan kekauratan rekaman tersebut. 3. Peta, model atau grafik, plaster cast, molds, maps, diagram, sketsa, dan charts. Peta, model, grafik, sketsa atau alat peragaan lainnya termasuk penulisan di papan tulis, di kertas besar, atau pemakaian mesin slight projector atau infocus, juga dapat dpergunakan sebagai alat bukti demonstratif manakala peta, model, sketsa, dan lain-lain alat peragaan tersebut menunjukkan hal yang relevan dengan pembuktian dan merupakan penunjukan yang akurat terhadap apa yang ditunjukkannya. 4. Hasil rekaman X Ray, CT Scan, dan berbagai alat foto kedokteran lainnya. Sebagaimana diketahui bahwa rekaman X Ray, CT Scan, dan berbagai alat foto kedokteran lainnya umumnya diambil tanpa banyak orang melihatnya. Oleh karena itu, orang yang mengambil foto tersebut atau dokter yang terlibat dalam menganalisis harus dipanggil menjadi saksi di pengadilan, atau jika dia Universitas Sumatera Utara tidak dapat ke pengadilan, ada saksi lain yang sanggup menjelaskan keakuratan rekaman tersebut. 5. Alat bukti duplikasi. Tidak selamanya alat bukti asli dapat dihadirkan ke pengadilan. Oleh karena itu, duplikasi dari alat bukti tersebut dapat dipergunakan sebagai alat bukti demonstratif sepanjang dapat membuktikan bahwa duplikasi tersebut benar-benar duplikasi dari aslinya. Sebagai contoh penggunaan pistol dari jenis dan kaliber yang sama dengan pistol yang dipergunakan oleh pembunuh dalam suatu pembuktian kasus pembunuhan. 6. Beberapa alat bukti demonstratif lain yang sering didemonstrasikan di depan hakim dalam sidang antara lain sebagai berikut: 1 Tes sainstifik dalam sidang pengadilan; dan 2 Bukti rekonstruksi komputer. Salah satu model pembuktian demonstratif yang sangat ampuh, probatif, dan persuasif adalah model pembuktian dengan menggunakan tubuh manusia. 196 Kekuatan unsur pembuktian dari bukti demonstratif stratif seperti itu sangat kuat sehingga patut diterima oleh hakim di pengadilan. Apakah seseorang korban dapat menunjukkan bukti demonstratif berupa tubuhnya di depan hakim? Mengenai hal ini, berkembang dua teori sebagai berikut: 197 1. Teori diskresi hakim; dan 2. Teori hak korban. Penggunaan beberapa alat bukti demonstratif yang dijelaskan di atas, termasuk rekaman elektronik seperti kamera tersembunyi alat penyadap, rekaman 196 Contohnya adalah jika seseorang dituduh telah melukai korban, korban menunjukkan kepada hakim di pengadilan mengenai tubuh yang masih luka atau bekas luka tersebut. 197 Menurut teori diskresi hakim, apakah dapat diterima oleh pengadilan bukti demonstratif berupa penunjukan tubuh seorang korban? Hal ini sangat bergantung pada pertimbangan hakim yang bersangkutan. Hakim dapat menerima tetapi dapat juga menolak bergantung pada beberapa hal, seperti relevansi alat bukti, efek misleading, efek membingungkan dan lain-lain. Namun, karena kebebasan diskresi dari hakim untuk menerima atau menolak dipergunakannya bukti demonstratif, timbul pula kemungkinan penyalahgunaan kebebasan hakim abuse of discretion tersebut. Sedangkan menurut teori hak korban, memperlihatkan bagian tubuh korban di depan hakim merupakan hak korban tersebut. Jadi, jika, hakim menolaknya tanpa alasan pembenar, berarti hakim telah melanggar hak korban tersebut. Universitas Sumatera Utara gambar, video atau suara yang tersembunyi melalui alat perekam gambar, video atau suara, pesan SMS melalui telepon seluler pesan suara rekaman telepon, foto, rekaman suara pilot pesawat dalam kotak hitam pesawat, dan bukti fisik lain atau sainstifik yang modern yang semakain lama semakin banyak dan canggih juga ditentukan di Pasal 38 dan juga dokumen sebagaimana pada Pasal 1 Ayat 9 UUPTPPU. Mau tidak mau pengadilan harus dapat menerima bukti-bukti seperti itu sebagai alat bukti di pengadilan baik dalam kasus perdata maupun kasus pidana, dengan batasan-batasan tertentu baik dengan bantuan saksi ahli maupun tanpa bantuan saksi ahli. Bahkan keterangan saksi atau saksi ahli melalui video conference juga tidak salah untuk dipertimbangkan penggunaannya sebagai alat bukti di pengadilan. Penggunaan alat bukti rekaman suara, baik yang direkam secara rahasia maupun tidak rahasia juga dapat digunakan sebagai bukti di pengadilan, dengan berbagai batasan, seperti suara harus dapat dibuktikan kebenaran suara orang yang dimaksud. Di samping itu, hukum tentang keutuhan alat bukti juga harus dipenuhi. Jadi, jangan menunjukkan rekaman setengah-setengah atau memotong-motong suara atau ada kebisingan seperti suara anjing menggonggog dari tetangga yang menyebabkan kebisingan lingkungan itu sehingga rekaman tersebut terganggu. Seperti biasanya bukti fisik yang lain, maka bukti demonstratif baru dapat diterima jika bukti ini dapat memberikan nilai pembuktian. Hal ini dapat lebih memperjelas fakta yang ada daripada hanya menjadi sumber persuasif bagi hakim. Pemakaian bukti demonstratif, mempercepat orang untuk terbawa emosi, seperti menjadi simpati Universitas Sumatera Utara atau antipati secara berlebihan sehingga menjadi misleading. Di samping iut, menimbulkan unsur menunda-nunda waktu atau unsur “menyebabkan kebingungan” karena terjadi keterkejutan yang tidak fair. Oleh karena itu, jika efek emosional dan aspek negatif lainnya tersebut besarnya melebihi unsur pembuktian, sebaiknya hakim menolak model pembuktian seperti itu. 198 Jadi, pemakaian bukti demonstratif sudah sepatutnya diterima oleh hakim untuk diperagakan di pengadilan, tetapi penerimaannya di pengadilan sebagai model pembuktian tetap harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Yang pasti pemakaian bukti demonstratif hanya efektif di tingkat pengadilan tingkat pertama karena untuk tingkat banding, peragaan snagat jarang untuk dilakukan, sedangkan pada tingkat kasasi peragaan tersebut sama sekali tidak pernah dilakukan. Alat bukti ekspermental juga dapat dijadikan sebagai alat bukti di sidang pengadilan. Alat bukti eksperimental adalah alat bukti yang dipilih oleh salah satu pihak, yang dilaksanakan di luar pengadilan. Sedangkan alat bukti sainstifik juga bisa dipergunakan sebagai alat bukti di sidang pengadilan. Alat bukti sainstifik adalah suatu jenis alat bukti fisik yang menggunakan teknologi modern yang dilakukan di luar pengadilan. Contohnya adalah analisis suara dalam bentuk spectrographic voice indentificetion voice print, pemakaian foto, video, film dan lain-lain. 199 198 Ibid, hal. 196. 199 Ibid, hal. 197. Universitas Sumatera Utara

3. Alat Bukti Nonkonvensional