Alat Bukti Nonkonvensional Rekaman Elektronik Sebagai Alat Bukti Dalam Perspektif Rezim Anti Pencucian Uang

3. Alat Bukti Nonkonvensional

Alat bukti yang telah ditentukan di dalam ketentuan Pasal 184 Ayat 1 KUHAP telah ditentukan lima jenis alat bukti yang sah. Alat bukti ini merupakan alat bukti konvensional, yaitu alat-alat bukti yang sudah ditentukan di dalam KUHAP. Di luar ini, tidak dapat dipergunakan sebagai alat bukti yang sah menurut KUHAP. Pasal 184 Ayat 1 KUHAP tersebut telah menentukan secara limitatif alat bukti yang sah menurut undang-undang. Di luar daripada alat bukti yang disebutkan dalam Pasal 184 tersebut, tidak dibenarkan dipergunakan untuk membuktikan kesalahan terdakwa. Ketua sidang, penuntut umum, terdakwa atau penasehat hukumnya, terikat dan terbatas hanya diperbolehkan menggunakan alat-alat bukti dalam Pasal 184. mereka tidak boleh leluasa dalam menggunakan alat bukti di luar alat bukti yang telah ditentukan dalam Pasal 184 Ayat 1 tersebut. Yang dinilai sebagai alat bukti dan mempunyai kekuatan pembuktian, hanya bukti yang digariskan di dalam Pasal 184 Ayat 1 KUHAP tersebut, sedangkan alat-alat bukti di luarnya tidak mempunyai kekuatan pembuktian yang mengikat. 200 Jika dibandingkan dengan alat bukti di dalam Pasal 295 HIR, maka ada penambahan alat bukti baru yaitu keterangan ahli. Selain daripada itu ada perubahan nama alat bukti yang dengan sendirinya, memiliki makna lain yaitu pengakuan terdakwa menjadi keterangan terdakwa. Alat-alat bukti yang tercantum di dalam Pasal 295 HIR tersebut dipandang sudah kuno, karena sama dengan Ned. Sv, 200 M.Yahya Harahap, Op. cit, hal. 285. Universitas Sumatera Utara Nedherlands Strafvordering yang lama. Belanda sendiri sudah lama Tahun 1926 mengubahnya dalam Sv, yang baru. 201 Karena tententuan yang mengatur alat bukti tersebut merupakan hukum acara yang merupakan hukum publik, maka alat bukti dalam hukum acara pidana maupun dalam hukum perdata bersifat memaksa. Artinya, segala jenis alat bukti yang sudah diatur dalam pasal tersebut tidak dapat ditambah maupun dikurangi. Hanya saja tertolong oleh lonceng bahwa baik dalam ketentuan hukum acara pidana maupun dalam hukum acara perdata, terdapat model alat bukti yang terbuka ujung open end, yang memungkinkan masuknya berbagai alat bukti baru, sesuai dengan perkembangan Informasi dan Teknologi yang canggih termasuk alat bukti yang bersifat sainstifik dan atau eksperimental. Alat-alat bukti yang terbuka ujung tersebut menurut Munir Fuady digolongkan ke dalam alat bukti persangkaan dalam hukum acara perdata, dan digolongkan sebagai alat bukti petunjuk dalam hukum acara pidana, dan alat bukti yang terbuka ujung ini sering disebut sebagai alat bukti nonkonvensional 202 Jika dilihat dari segi kedekatan alat bukti dan fakta yang akan dibuktikannya, maka terdapat dua macam alat bukti, yaitu sebagai berikut: 203 201 Andi Hamzah I, Loc. cit, hal. 267. 202 Munir Fuady, Op. cit, hal. 182, perlu diketahui bahwa karena banyaknya alat-alat bukti nonkonvensional tersebut yang canggih dan snagat berorientasi pada perkembangan Teknologi Informasi, maka banyak di antaranya yang dapat memberikan nilai pembuktian yang akurat, bahkan melebihi dari keakuratan alat bukti konvensional yang di dalam Pasal 184 Ayat 1 KUHAP, sebagai contoh dapat dilihat model pembuktian kejahatan melalui alat canggih yang disebut dengan tes DNA Deoxyribonucleic acid yang jauh lebih akurat dibandingkan dengan pembuktian konvensional yang menggunakan saksi mata. 203 Ibid, Universitas Sumatera Utara 1. Alat bukti langsung; dan 2. Alat bukti tidak langsung sirkumstansial. Yang dimaksud dengan alat bukti langsung direct evidence adalah alat bukti dimana saksi melihat secara langsung mengenai fakta sebenarnya yang akan dibuktikan sehingga fakta tersebut terbukti langsung dalam satu tahapan saja dengan adanya alat bukti tersebut. Sedangkan alat bukti tidak langsung indirect evidence adalah atau disebut juga alat bukti sirkumstansial adalah suatu alat bukti dimana antara fakta yang terjadi dengan alat bukti tersebut hanya dapat dilihat hubungannya setelah ditarik kesimpulan-kesimpulan tertentu. 204 Jika dilihat dari fisik alat bukti, maka alat bukti tersebut dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu: 1. Alat bukti testimonial; 2. Alat bukti berwujud; dan 3. Alat bukti berwujud, tetapi bersifat testimonial. Yang dimaksud dengan alat bukti testimonial adalah pembuktian yang diucapkan oral testimony yang diberikan oleh saksi di pengadilan. Sedangkan yang dimaksud dengan alat bukti berwujud tangible evidence adalah adalah model-model 204 Ibid, hal. 5, contoh dari alat bukti langsung adalah manakala saksi melihat langsung bahwa si pelaku kejahatan mencabut pistolnya dan menembak ke arah korban, saksi mendengar bunyi letusan, dan kemudian melihat langsung si korban terkapar. Sedangkan contoh dari alat bukti tidak langsung bukti sirkumstansial adalah manakala di tempat kejadian, skais untuk kasus pembunuhan melihat korban tersungkur dengan darah di perutnya, dan di dekatnya terlihat tersangka memegang pisau yang berlumuran darah, dan kemudian pelaku melarikan diri. Jadi, saksi sebenarnya tidak melihat dengan matanya sendiri tentang proses terjadinya pembunuhan tersebut, tetapi dari keterangan dalam kesaksiannya, dapat ditarik kesimpulan bahwa korban dibunuh oleh tersangka dengan pisau tersebuut. Universitas Sumatera Utara alat bukti yang dapat yang dapat dilihat wujudnya atau betuknya yang pada prinsipnya terdiri dari dua macam yaitu: 205 a. Alat Bukti riil. Alat bukti riil adalah sejenis alat bukti yang meruakan benda yang nyata ada di yempat kejadian misalanya, pistol atau pisau yang telah digunakn untuk membunuh, atau mesin mobil yang tidak berfungsi sehingga menyebabkan kecelakaan. b. Alat bukti demonstratif. Alat bukti yang merupakan benda yang nyata tetapi bukan benda yang berada di tempat kejadian misalnya alat bantu visual atau audio visual, foto, gambar, grafik, model anatomi tubuh, dan sebagainya. Selanjutnya, yang dimaksud dengan alat bukti berwujud tetapi bersifat testimonial adalah bentuk campuran antara alat bukti testimonial dan alat bukti berwujud. Dalam hal ini, sebenarnya alat bukti tersebut fisiknya berwujud, tetapi memiliki sifat yang testimonial, misalnya transkrip dari keterangan saksi deposisi atau transkrip dari kesaksian dalam sidang sebelumya di kasus yang lain. 206 Alat bukti berwujud, tetapi bersifat testimonial ini merupakan jenis alat bukti yang merupakan gabungan dari dua jenis alat bukti sebelumnya. Contoh dari jenis alat bukti ini adalah transkrip dari keterangan saksi atau transkrip dari siding sebelumnya dalam kasus yang lain. Meskipun dalam kenyataannya, di samping alat bukti konvensional yang sudah lama dikenal seperti alat bukti surat, saksi, pengakuan dan sebagainya sangat banyak modal alat bukti yang non konvensional dimana alat bukti 205 Ibid, hal. 6. 206 http:roysanjaya.blogspot.com2008_09_15_archive.html, “Pembuktian Berwujud”, oleh: Roy Sanjaya and Partners, diakases terakhir tanggal 18 Desember 2009. Universitas Sumatera Utara tersebut tidak terantisipasi pada saat HIR atau KUHAP terbentuk. Oleh sebab itu dapat atau tidak diterimanya alat bukti tersebut di pengadilan, masih mengandung banyak perdebatan maka agar hukum pembuktian itu tidak tertinggal, alat bukti non konvensional seperti alat bukti elektronik dan sainstifik harus dipertimbangkan hakim untuk diterima sebagai alat bukti di pengadilan. Perlu diketahui karena banyak alat bukti nonkonvensional tersebut yang canggih dan sangat berorientasi pada perkembangan teknologi, maka banyak di antaranya yang dapat memberikan nilai pembuktian yang akura, bahakan melebihi dari keakuratan alat bukti konvensional. Sebagai contoh, model pembuktian kejahatan melalui alat canggih yang disebut dengan tes DNA yang jauh lebih akurat dibandingkan dengan pembuktian konvensional yang menggunakan saksi mata. Bahwa dalam kenyataannya di samping alat bukti konvensional yang sudah lama dikenal, seperti alat bukti surat, saksi, pengakuan, dan sebagainya, masih sangat banyak alat bukti yang nonkonvensional, tidak terantisipasi pada saat HIR ataupun KUHAP dibentuk, misalnya tentang alat bukti elektronik, sainstifik dan lain-lain. Oleh karena itu, dapat atau tidaknya diterima alat bukti tersebut di pengadilan, masih mengandung banyak perdebatan. Akan tetapi menurut Munir Fuady bahwa, agar hukum pembuktian kita tidak ketinggalan kereta api, maka alat-alat bukti nonkonvensional tersebut haruslah dipertimbangkan hakim untuk diterima sebagai alat bukti di pengadilan. Hal ini dapat dilakukan, baik lewat alat bukti persangkaan Universitas Sumatera Utara dalam hukum acara perdata vide Pasal 164 HIR maupun melalui alat bukti petunjuk dalam hukum acara pidana vide Pasal 184 KUHAP. 207 Ketentuan mengenai alat bukti yang berkaitan dengan pembuktian di sidang pengadilan, Wisnubroto dan Widiartana menyatakan, 208 ”Dalam Pasal 184 Ayat 1 KUHAP ada lima jenis alat bukti, yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, dan keterangan terdakwa. Kelima jenis alat bukti tersebut, dapat dianggap cukup untuk mengungkapkan kebenaran dari suatu tindak pidana konvensional. Di sampin itu, dalam perkembangannya, sesuai denagn perkembangan masyarakat, muncul dan terjadi tindak pidana inkonvensional yang karakteristiknya berbeda dengan tindak pidana konvensional. Untuk mengungkap dan membuktikan terjadinya tindak pidana inkonvensional tersebut diperlukan alat bukti lain selain dari yang selama ini dikenal dalam KUHAP, misalnya data atau informasi yang tersimpan dalam media penympanan elektronik.” Macam-macam alat bukti nonkonvensional semakin banyak diajukan dalam persidangan di pengadilan. Oleh karena itu, maka pada beberapa undang-undang telah memasukkan seperti dokumen atau bukti elektronik sebagai alat bukti. Seperti Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik terdapat dalam Pasal 25 menyebutkan, “Informasi Elektronik danatau Dokumen Elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs internet, dan karya intelektual yang ada di dalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan Intelektual berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan.” Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 jo Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 tentang Pemberantasan 207 Ibid. 208 Aloysius Wisnubroto dan Gregorius Widiartana, Loc. cit, hal. 100-101, sebagai perbandingan dalam Undang-Undang Pembuktian di Malaysia yang telah memasukkan alat bukti “dokumen” yang pengertiannya lebih luas daripada alat bukti surat sebagai dimaksud dalam Pasal 187 KUHAP. Universitas Sumatera Utara Tindak Pidana Pencucian Uang Pasal 38 menyebutkan bahwa, ”Alat bukti pemeriksaan tindak pidana pencucian uang berupa: a. Alat bukti sebagaimana dimaksud dalam hukum acara pidana; b. Alat bukti lain berupa informasi yang diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu; dan c. Dokumen sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 1 Ayat 9. Jika dibaca isi Pasal 1 Ayat 9 mengenai apa yang dimaksud dengan dokumen dalam UUPTPPU ditentukan bahwa, ”Dokumen adalah data, rekaman, atau informasi yang dapat dilihat, dibaca, danatau didengar, yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas, atau yang terekam secara elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada: a. Tulisan, suara, atau gambar; b. Peta , rancangan, foto, atau sejenisnya; dan c. Huruf, tanda, angka simbol, atau perforasi yang memiliki makna atau dapat dipahami oleh orang yang mampu membaca atau memahaminya. Semua alat bukti tentang dokumendata elektornik pada Pasal 1 Ayat 9 yang disebutkan di atas, diakui dalam hukum pembuktian baik KUHAP maupun undang- undang khusus lainnya seperti UUPTPPU. Termasuk di dalamnya data elektronik melalui komputer, video, radio, tape recorder, dan lain-lain setelah mendengarkan Universitas Sumatera Utara pendapatketerangan seorang ahli. Berbagai cara memberikan pengakuan sahlegalitas terhadap dokumendata elektronis antara lain: 209 1. Dokumen elektronik diakui tanpa adanya keterangan resmi dari para ahli di bidang ini, namun sebelumnya telah ada sertifikasi terhadap data elektronik. Cara ini disebut sebagai pengakuan yang didasarkan kepada kemampuan computer untuk menyimpan data computer storage, pengakuan ini dalam praktek bisnis maupun non-bisnis memberlakukan persamaan kekuatan pembuktian dokumen elektronis dengan berkas konvensional; 2. Cara lain dalam memberi pengakuan kekuatan pembuktian dari dokumen elektronik yaitu menyandarkan pada hasil akhir sistem komputer. Misalkan dari output sebuah program komputer yang hasilnya tidak didahului dengan campur tangan secara fisik, contoh rekaman log in internet, rekaman telepon, dan transaksi ATM. Artinya data rekaman disini yang merupakan bukti secara otomatis diakui sebagai bukti elektronik dan memiliki kekuatan hukum sempurna. Kecuali bisa dibuktikan lain, data tersebut bisa di kesampingkan; dan 3. Perpaduan dari kedua metode di atas. Beberapa data elektronik dihasilkan melalui output dari suatu sistem komputer dan proses penyimpanan suatu sistim computer storage. Dalam konteks ini, baru tepat jika mempermasalahkan suatu dokumen elektronis jika di dalamnya mengandung perpaduan dari dua metode. Salah satu karakter dari hukum pembuktian adalah bahwa hukum pembuktian merupakan suatu cabang ilmu hukum yang sangat technology oriented. Artinya, perkembangan teknologi memberikan dampak langsung pada perkembangan pembuktian di pengadilan. Oleh karena itu, selain daripada alat bukti konvensional yang disebutkan di dalam KUHAP, masih banyak lagi bentuk-bentuk alat bukti dewasa ini yang sering dimajukan di sidang pengadilan, seperti halnya foto, rekaman elektronik, gambar, suara, dan lain-lain. Alat bukti tersebut dikenal dengan istilah alat bukti nonkonvensional atau inkonvesional atau alat bukti demonstratif. Alat bukti ini 209 http:welcome.tofakultas-hukum-uwi, Only for: FH-UWI-x.mmvi, “Hukum Telematika”, Robaga Gautama Simanjuntak, FakultasHukum_UWIgooglegroups.com, diakses terakhir tanggal 12 Oktober 2009. Universitas Sumatera Utara tidak ada ditentukan di dalam KUAHP tetapi ditentukan di beberapa undang-undang lain seperti Undang-Undang Tindak Pidana Korupsi, Undang-Undang Tindak Pidana Pencucian Uang, Undang-Undang Pemberantasan Terorisme, dan lain-lain. Jadi, macam-macam alat bukti yang tidak ditentukan di dalam KUHAP tetapi terbuka ujung untuk diterapkan alat bukti lain selain di dalam KUHAP, juga alat bukti tersebut tersebar di beberapa undang-undang organik lainnya.

4. Kedudukan Alat Bukti Nonkonvensional Menurut Hukum Pencucian Uang