BAB IV KEDUDUKAN REKAMAN ELEKTRONIK SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
A. Alat-Alat Bukti Dalam Tindak Pidana Pencucian Uang
1. Alat Bukti Riil
Dalam ilmu hukum sering dibedakan antara alat bukti riil dan alat bukti demonstratif. Yang dimaksud dnegan alat bukti riil adalah alat bukti yang mempunyai
peranan langsung dalam membuktikan fakta yang dipersengketakan, seperti senjata, peluru, pakaian, kontrak, yang berhubungan dnegan fakta yang akan dibuktikan. Jadi,
alat bukti tersebut, merupakan alat bukti riil real atau tangible. Sedangkan yang dimaksud dengan alat bukti demonstratif adalah alat bukti yang tidak dengan secara
langsung membuktikan adanya fakta tertetu, tetapi alat bukti ini dipergunakan untuk membuat fakta tersebut menjadi lebih jelas dan terang serta lebih dapat cepat
dimengerti. Namun, dalam literatur sering antara alat bukti riil dan alat bukti demonstratif disatukan dalam “istilah alat bukti demonstratif”.
186
Suatu alat bukti riil dapat pula dibedakan dari alat bukti langsung direct evidence dan alat bukti sirkumstansial. Yang dimaksud dengan alat bukti langsung
adalah alat bukti yang dapat membuktikan secara langsung adanya fakta yang sedang dipersengketakan. Sedangkan yang dimaksud dengan alat bukti riil dalam bentuk
sirkumstansial adalah alat bukti yang tidak secara langsung dapat membuktikan adanya fakta yang bersangkutan, tetapi pembuktian tersebut hanya dapat ditarik dari
186
Munir Fuady, Op. cit, hal. 185, dimana bahwa rekaman elektronik merupakan bagian kecil dari alat bukti demonstratif yang keududukannya dapat membuat lebih terang dan jelas tentang kasus
aau perkara yang sedang diperiksa oleh Hakim dalam persidangan di pengadilan.
Universitas Sumatera Utara
suatu kesimpulan bahwa fakta tentang objek tertentu adalah benar adanya sehingga dapat pula ditarik kesimpulan bahwa fakta yang lain juga benar adanya.
187
Banyak syarat yang diperlukan agar penggunaan alat bukti riil pantas diterima oleh hakim di pengadilan. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
188
a. Seperti juga alat bukti lainnya, alat bukti riil haruslah relevan dengan fakta
yang akan dibuktikan; b.
Alat bukti riil tidak boleh melanggar prinsip kerahasiaan privileged; c.
Alat bukti riil tidak boleh melanggar prinsip larangan saksi de auditu saksi yang tidak melihat, mendengar, atau mengalami secara langsung;
d. Alat bukti riil tidak boleh merupakan hasil temuan secara ilegal;
e. Alat bukti riil harus otentik benar-benar asli. Jika merupakan duplikasi, hal
tersebut sudah termasuk alat bukti demonstratif; f.
Berlaku hukum best evidence yakni harus benda asli, bukan fotokopi; g.
Berlaku hukum keutuhan completenes. Dalam hal ini, alat bukti harus dibawa dengan utuh, tidak boleh hanya sebahagian saja;
h. Alat bukti riil tidak boleh terlalu prejudice yakni menyebabkan praduga.
Jadi, unsur pembuktiannya harus melebihi unsur praduganya sehingga tidak terjadi praduga yang tidak layak unfair prejudice. Dalam hal ini, perlu
dibedakan antara unsur praduga dalam sistem hukum yang memakai juri dan sistem hukum yang tidak memakai juri. Karena juri terdiri dari orang-orang
awam, maka unsur praduganya lebih kuat dari orang-orang hukum, seperti hakim, jaksa, atau pengacara yang memang sehari-harinya bergumul di sidang
pengadilan seperti itu. Oleh karena itu, dapat saja terjadin bahkan yang merupakan praduga prejudice di negara-negara yang memakai sistem juri,
bukan merupakan praduga prejudice di negara-negara yang tidak menganut sistem juri.
Sebagaimana yang telah disebutkan, persyaratan otentifikasi keaslian merupakan salah satu syarat agar alat bukti riil dapat diterima sebagai sarana
187
Ibid, hal. 185-186, contoh riil seperti dalam kasus penganiayaan. Fakta tentang luka akibat penganiayaan tersebut dapat menjadi bukti langsung terhadap tuduhan penganiayaan tersebut.
Sedangkan sebagai contoh alat bukti sirkumstansial adalah misalnya dalam hal pembuktian anak dari seorang ayah dapat menjadi bukti sirkumstansial bahwa antara anak dan ayah ada hubungan sedarah.
188
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
pembuktian. Alasan otentifikasi alat bukti riil tersebut sangat diperlukan dalam pembuktian, yakni sebagai berikut:
189
a. Agar dapat dipastikan bahwa tidak terdapat perubahanperbedaan terhadap
alat bukti tersebut. Perbedaaan dengan alat bukti yang sesungguhnya dapat memberikan nilai dan arah pembuktian yang berbeda; dan
b. Agar terhindar dari pembuktian terhadap objek yang berbeda dengan yang
seharusnya dibuktikan. Dapat saja suatu alat bukti dianggap otentik untuk kepentingan pembuktian
meskipun alat bukti tersebut berisi hal-hal yang palsu.
190
Konsep otentifikasi barang bukti riil sangat berhubungan erat tetapi tidak persis sama dengan konsep relevansi
alat bukti tersebut. Adakalanya konsep otentifikasi berjalan seiring dengan konsep relevansi.
191
Sebaliknya, bisa saja dalam suatu proses persidangan pengadilan ada alat bukti riil yang sebenarnya otentik tetapi tidak relevan sebagai alat bukti.
192
Ada berbagai cara untuk membuktikan bahwa alat bukti riil tersebut termasuk otentik, yaitu sebagai berikut:
a. Dengan cara pembuktian laboratorium, misalnya tentang keaslian tanda
tangan dalam suatu dokumen;
189
Ibid, hal. 187.
190
Contohnya adalah jika ingin membuktikan seseorang memakai Ijazah palsu, maka Ijazah palus tersebut meskipun palsu tetap merupakan dokumen otentik untuk kepentingan pembuktian
kepalsuan dari Ijazah tersebut.
191
Contohnya kasus perkosaan ditunjukkan sebagai alat bukti riil adalah celana dalam korban yang tidak dipakai pada saat terjadinya perkosaan. Celana dalam tersebut bukan saja tidak otentik
sebagai alat bukti, melainkan juga tidak relevan dengan kasus perkosaan tersebut.
192
Contohnya jika si jaksa membawa pisau milik tersangka ke pengadilan, tetapi pembunuhan tersebut dilakukan bukan dengan menggunakan pisau, melainkan dnegan pistol. Dengan demikian
pisau tersebut meskipun otentik, tidak relevan dengan kasus yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
b. Dengan cara pembuktian saksi, misalnya saksi melihat bawa korban dibunuh
dnegan menggunakan balok kayu tersebut bentuknya sangat khas sehingga tidak mungkin tertukar dengan balok kayu yang lain;
c. Dengan jalan rantaian pengamblan dan penyimpanan yang aman chain of
custody, misalnya untuk membuktikan bahwa polisi menemukan heroin di tempat kejadian. Heroin tersebut akan dipakai sebagai alat bukti mulai dari
pengambilan heroin dari tempat kejadian, memasukkannya ke dalam kantong plastik dan disegel, kemudian menyimpannya di tempat yang tidak adatidak
banyak orang dapat menjangkaunya, dan dalam keadaan bersegel dibawa ke pengadilan oleh polisi yang bersangkutan. Jadi, dengan prosedur yang
demikian, tidak ada kemungkinan atau setidak-tidaknya kecil kemungkinan di tengah jalan heroin tersebut ditukar oleh orang lain sehingga tidak asli
otentik. Menurut Munir Fuady, di dalam praktek dikenal berbaai macam alat bukti riil
yakni sebagai berikut:
193
a. Penunjukan luka;
b. Melihat tempat kejadian;
c. Alat bukti dokumentasi;
d. Demonstrasi di pengadilan;
e. Foto, x rays, tape recorder, video, beritas SMS di telepon, dan lain-lain; serta
f. Kemiripan wajah dalam keluarga.
Dalam penelitian ini, penulis akan membahas lebih fokus terhadap alat bukti demonstratif pada BAB IV karena di dalam alat bukti demonstratif terdapat berbagai
193
Ibid, hal. 188.
Universitas Sumatera Utara
macam alat bukti salah satu di antaranya adalah bentuk rekaman elektronik. Dalam hal ini, alat bukti rekaman elektronik, akan penulis bahas berdasarkan alat bukti
rekemana elektronik yang terdapat di dalam tindak pidana pencucian uang money laundering.
2. Alat Bukti Demonstratif dan Bukti Fisik Lainnya