3. Kemajuan Ekonomi
Kemajuan teknologi terbagi atas tiga kelompok, yaitu : •
Kemajuan teknologi yang netral, terjadi apabila teknologi tersebut memungkinkan kita mencapai tingkat produksi yang lebih tinggi
menggunakan jumlah dan kombinasi faktor input yang sama, inovasi yang sederhana, seperti pengelompokan tenaga kerja yang dapat
mendorong peningkatan output atau kenaikan output masyarakat. •
Kemajuan teknologi yang hemat tenaga kerja, sebagian besar kemajuan teknologi pada abad kedua puluh adalah teknologi yang hemat tenaga
kerja, jumlah pekerja yang dibutuhkan dalam berbagai produksi mulai semakin sedikit.
• Kemajuan teknologi yang hemat modal, merupakan fenomena yang
relatif langka, hal ini dikarenakan hampir semua penelitian dalam dunia ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan di negara-negara maju
dengan tujuan utama menghemat pekerja dan bukan menghemat modal.
Dalam tiga dasawarsa terakhir ada tiga pemikiran utama yang sering bertentangan yaitu :
a. Teori tahapan Linear dan tahapan pertumbuhan ekonomi;
b. Model Neo-klasik tentang pendekatan stuktural; dan
c. Model ketergantungan internasional.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Teori Pembangunan Regional
Pertumbuhan ekonomi daerah yang berbeda-beda intensitasnya akan menyebabkan terjadinya ketimpangan atau disparitas ekonomi dan ketimpangan
pendapatan antar daerah.Myrdal 1968 dan Friedman 1976 menyebutkan bahwa pertumbuhan atau perkembangan daerah akan menuju kepada divergensi.
Pertumbuhan regional adalah produk dari banyak faktor yang bersifat intern dan ekstern serta sosio politik. Faktor intern meliputi distribusi faktor
produksi seperti tanah, tenaga kerja, dan modal. Sedangkan salah satu penentu ekstern yang penting adalah tingkat permintaan dari daerah-daerah lain terhadap
komoditi yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan
cepat tumbuh didorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnya dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang
sinergis, tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrasi, tetapi lebih ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata-rantai proses industri dan
distribusi. Upaya ini dapat terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan
kerjasama antar sektor, antar pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam mendukung peluang berusaha dan investasi di daerah. Rendahnya pemanfaatan
Rencana Tata Ruang sebagai acuan koordinasi pembangunan lintas sektor dan wilayah pembangunan yang dilakukan di suatu wilayah saat ini masih sering
dilakukan tanpa mempertimbangkan keberlanjutannya.
Universitas Sumatera Utara
Keinginan untuk memperoleh keuntungan ekonomi jangka pendek seringkali menimbulkan keinginan untuk mengeksploitasi sumber daya alam
secara berkelebihan sehingga menurunkan kualitas degradasi dan kuantitas deplesi sumber daya alam dan lingkungan hidup. Selain itu, seringkali pula
terjadi konflik pemanfaatan ruang antar sektor, contohnya adalah terjadinya konflik antar kehutanan dan pertambangan. Salah satu penyebab terjadinya
permasalahan tersebut adalah karena pembangunan yang dilakukan dalam wilayah tersebut belum menggunakan Rencana Tata Ruang sebagai acuan koordinasi dan
sinkronisasi pembangunan antar sektor dan antar wilayah. Ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi regional yang lazim dikenal
yaitu : Teori Basis Ekspor Export Base Theory
Teori ini dikemukakan oleh Douglas E.North 1955 ini merupakan model yang paling spesifik dari teori pertumbuhan ekonomi. Region yang ruang lingkup
tinjauannya lebih berfokus kepada kemampuan untuk melakukan transaksi ekspor, sehingga pertumbuhan ekonomi daerah lebih banyak ditentukan oleh jenis
keuntungan dan tata lokasi kegiatan tersebut. Model teori basis ekspor ini menekankan pada beberapa hal antara lain :
a. Bahwa suatu daerah tidak harus menjadi daerah industri untuk dapat tumbuh
dengan cepat, sebab faktor penentu pertumbuhan daerah adalah keuntungan komparatif keuntungan lokasi yang dimiliki yang oleh daerah tersebut ;
Universitas Sumatera Utara
b. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan dapat dimaksimalkan bila daerah
yang bersangkutan memanfaatkan keuntungan komparatif yang dimiliki menjadi kekuatan basis ekspor ;
c. Ketimpangan antar daerah tetap sangat besar dipengaruhi oleh variasi
potensi masing-masing daerah. Ini berarti bahwa untuk meningkatkan pertumbuhan suatu region, strategi
pembangunan harus disesuaikan dengan keuntungan lokasi yang dimilikinya dan tidak harus sama dengan strategi pembangunan pada tingkat nasional.
Teori Neo-Klasik Neo Classic Theory Dalam negara yang sedang berkembang, pada saat proses pembangunan
baru dimulai, tingkat perbedaan kemakmuran antar wilayah cenderung menjadi tinggi divergence, sedangkan bila proses pembangunan telah berjalan dalam
waktu yang lama maka perbedaan tingkat kemakmuran antar wilayah cenderung menurun convergence. Hal ini disebabkan pada negara sedang berkembang lalu
lintas modal masih belum lancar sehingga proses penyesuaian ke arah tingkat keseimbangan pertumbuhan belum dapat terjadi Sirojuzilam, 2005:9.
Teori ini mendasarkan analisanya pada komponen fungsi produksi. Unsur- unsur yang menentukan pertumbuhan ekonomi regional adalah modal, tenaga
kerja, dan teknologi. Adapun kekhususan teori ini adalah dibahasnya secara mendalam pengaruh perpindahan penduduk migrasi dan lalu lintas modal
terhadap pertumbuhan regional.
Universitas Sumatera Utara
Masih belum lancarnya fasilitas perhubungan dan komunikasi serta kuatnya tradisi yang menghalangi mobilitas penduduk biasanya merupakan faktor
utama yang menyebabkan belum lancarnya arus perpindahan orang dan modal antar daerah. Sedangkan pada negara-negara yang telah maju proses penyesuaian
tersebut dapat terjadi dengan lancar karena telah sempurnanya fasiitas perhubungan dan komunikasi.
Teori Kumulatif Kausatif Cummulative Causative Theory Teori ini dipelopori oleh Gunnar Myrnal 1957 yang mengatakan adanya
suatu keadaan berdasarkan kekuatan relatif dari “Spread Effect” dan “Back Wash Effect”. Spread Effect adalah kekuatan yang menuju konvergensi antar daerah-
daerah kaya dan daerah-daerah miskin. Dengan timbulnya daerah kaya, maka akan tumbuh pula permintaannya terhadap produk daerah-daerah miskin. Dengan
demikian mendorong pertumbuhannya. Akan tetapi Myrdal yakin bahwa dampak spread effect ini lebih kecil
daripada back wash effect. Pertambahan permintaan terhadap produk daerah miskin tersebut terutama barang-barang hasil pertanian oleh daerah kaya tentu
saja mempunyai nilai permintaan yang rendah, sementara konsumsi daerah miskin terhadap produk daerah kaya akan lebih mungkin terjadi. Para pelopor teori ini
menekankan pentingnya campur tangan pemerintah untuk mengatasi perbedaan yang semakin menonjol.
Teori Pusat Lingkungan Core Perpihery Theory Teori ini dikemukakan oleh Friedman sejak tahun 1966, yang melihat
hubungan antara pembangunan kota core dan desa periphery disekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
Friedman berusaha untuk merumuskan suatu keadaan yang akan menciptakan suatu suasana kota di areal pedesaan, misalnya adanya kelengkapan yang
memadai sebagaimana halnya diperkotaan, atau sebaliknya bagaiman pula menciptakan kehidupan dan nuansa desa di daerah kota.
2.3.5. Teori Pusat Pertumbuhan Growth Poles Theory Growth Poles Theory adalah salah satu teori yang dapat menggabungkan
antara prinsip-prinsip konsentrasi dengan desentralisasi secara sekaligus. Dengan demikian teori pusat pengembangan merupakan salah satu alat untuk mencapai
tujuan pembangunan regional yang saling bertolak belakang, yaitu pertumbuhan dan pemerataan pembangunan keseluruh pelosok daerah. Selain itu teori ini juga
dapat menggabungkan antara kebijaksanaan dan program pembangunan wilayah dan perkotaan terpadu.
Secara fungsional pusat pertumbuhan adalah suatu lokasi konsentrasi kelompok usaha atau cabang industri yang karena sifat hubungannya memiliki
unsur-unsur kedinamisan sehingga mampu menstimulasi kehidupan ekonomi baik ke dalam maupun ke luar daerah belakangnya. Secara geografis pusat
pertumbuhan adalah suatu lokasi yang banyak memiliki fasilitas dan kemudahan sehingga menjadi pusat daya tarik yang menyebabkan berbagai macam usaha
tertarik untuk berlokasi disitu dan masyarakat senang datang memanfaatkan fasilitas yang ada dikota tersebut, walaupun kemungkinan tidak ada interaksi
antara usaha-usaha tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Tidak semua kota generatif dapat dikategorikan sebagai pusat pertumbuhan. Pusat pertumbuhan harus memiliki empat ciri yaitu adanya
hubungan intern antara berbagai macam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi, adanya multiflier effect unsur pengganda, adanya konsentrasi goegrafis , dan
bersifat mendorong pertumbuhan daerah belangnya.Robinson, 2004:115
Ketimpangan Antardaerah
Myrdal 1957 menyatakan bahwa tingkat kemajuan ekonomi antardaerah yang berlebihan akan menyebabkan pengaruh yang merugikan backwash effect
mendominasi pengaruh yang menguntungkan spread effect terhadap pertumbuhan daerah, dalam hal ini menyebabkan proses
ketidakseimbangan.pelaku-pelaku yang memiliki kekuatan pasar secara normal akan meningkat bukannya menurun sehingga mengakibatkan ketimpagan
antardaerah Arsyad :1999. Peningkatan pendapatan per kapita memang menunjukkan tingkat
kemajuan perekonomian suatu daerah. Namun meningkatnya pendapatan per kapita tidak selamanya menunjukkan bahwa distribusi pendapatan lebih merata.
Sering kali di negara-negara berkembang dalam perekonomiannya lebih menekankan penggunaan modal dari pada penggunaan tenaga kerja sehingga
keuntungan dari perekonomian tersebut hanya dinikmati sebagian masyarakat saja. Apabila ternyata pendapatan nasional tidak dinikmati secara merata oleh
seluruh lapisan masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa telah terjadi ketimpangan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pembangunan ekonomi regional, Williamson 1965 meneliti hubungan antara disparitas regional dengan tingkat pembangunan, ditemukan
bahwa selama tahap awal pembangunan , disparitas regional menjadi lebih besar dan pembangunan dan pembangunan terkonsentrasi didaerah-daerah tertentu.
Pada tahap yang lebih matang, dilihat dari pertumbuhan ekonomi, tampak adanya keseimbangan antardaerah dan disparitas berkurang dengan signifikan.
Ketimpangan antardaerah juga disebabkan oleh mobilisasi sumber-sumber daya yang dimiliki oleh suatu daerah. Sumber-sumber daya yang dimiliki oleh
suatu daerah. Sunber-sumber daya tersebut antara lain akumulasi modal, tenaga kerja, dan sumber daya alam yang dimiliki. Adanya heterogenitas dan beragam
karakteristik suatu wilayah menyebabkan kecenderungan terjadinya ketimpangan antardaerah dan antarsektor ekonomi suatu daerah. Melihat fakta ini dapat
dikatakan bahwa disparitas regional merupakan konsekuensi dari pembangunan itu sendiri.
Pembangunan yang dilakukan di suatu wilayah saat ini masih sering dilakukan tanpa mempertimbangkan keberlanjutannya. Keinginan untuk
memperoleh keuntungan ekonomi jangka pendek seringkali menimbulkan keinginan untuk mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan sehingga
menurunkan kualitas degradasi dan kuantitas deplesi sumber daya alam dan lingkungan hidup. Selain itu, sering pula terjadi konflik pemanfaatan ruang antar
sektor.
Universitas Sumatera Utara
Salah satu penyebab terjadinya permasalahan tersebut karena pembangunan yang dilakukan dalam wilayah tersebut belum menggunakan
Rencana Tata Ruang sebagai acuan koordinasi dan sinkronisasi pembangunan antar sektor dan antar wilayah. Oleh karena itu, sangat penting untuk
memanfaatkan rencana tata ruang sebagai landasan atau acuan kebijakan spasial bagi pembangunan lintas sektor maupun wilayah agar pemanfaatan ruang dapat
sinergis, serasi, dan berkelanjutan. Rencana Tata Ruang Wilayah disusun secara hirarkis dari tingkat Kabupaten, Kecamatan, Kota dan Desa.
Pendapatan per kapita suatu daerah banyak digunakan tolak ukur untuk mengukur ketimpangan dalam suatu daerah. Pendapatan ini tidak dilihat dari
tingginya melainkan apakah pendapatan itu terdistribusi secara merata atau tidak ke seluruh masyarakat.
Tinjauan Tentang Konsep Pembangunan Wilayah
Secara harafiah kita dapat mengartikan kata pembangunan itu sebagai suatu proses aktifitas yang dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan yang
hasilnya harus lebih baik untuk masa yang akan datang dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Wilayah disini berarti Kabupaten, jadi pembangunan wilayah
adalah suatu proses daerah untuk meningkatkan kondisi yang harus lebih baik pada saat ini dan dimasa yang masa datang dibandingkan dengan masa yang lalu
Tarigan, 2004:28 Pengertian region adalah wilayah atau daerah, walaupun demikian bukan
berarti konsep “space” menjadi satu-satunya unsur yang paling dominan dalam studi ekonomi regional, karena dalam studi itu tidaklah mungkin mengabaikan
Universitas Sumatera Utara
konsep-konsep tradisional ekonomi, seperti permintaan demand, penawaran supply, harga price, struktur produksi production structur, perhitungan
tingkat pendapatan nasional national income account, teori konsumsi consumption theory, teori investasi investement theory, dan lain-lain yang
tidak mungkin dapat dipisahkan. Pendefinisian suatu region bukanlah suatu hal yang mudah, bahkan dapat
dikatakan sulit. Apakah definisi suatu region akan dilakukan berdasarkan kesatuan daerah ekonomi, daerah administrasi maupun berdasarkan kesatuan yang bersifat
historis. Guna memberi kemudahan dalam analisisa, maka konsep region sering diformulasikan sesuai dengan apa yang diperlukan, yaiu sebagai cara yang
sistematis dalam menampilkan unsur tempat ke dalam analisa yang ditentukan secara khusus sesuai dengan sifat dan struktur dari teori yang menggunakanya.
Hal ini berarti, bahwa pengertian regional dapat berbeda-beda teregantung kepada kepada jenis teori yang diperlukan. Syafrizal :2005
Penyatuan pemahaman tentang sistem penataan ruang nasional sangat dpierlukan sehingga rencana tata ruang menjadi acuan kebijakan spacial bagi
pembangunan lintas sektor maupun wilayah. Penyelenggaraan ernas dalam rangka mewujudkan pemahaman dan penyamaan visi serta paradigma terhadap aspek-
aspek penataan ruang nasional yang menjadi dasar upaya pengambilan kebijakan di masa yang akan datang.
Perlu adanya pemantapkan kebijakan penataan ruang di pusat dan di daerah untuk mendukung dan mempercepat pelaksanaan pembangunan nasional
serta kemantapan keamanan nasional. Dalam penyusunan penataan ruang
Universitas Sumatera Utara
seharusnya tidak terjadi benturan dann tetap mengacu pada UU No. 24 tahun 1992 tentang tata ruang. Penataan ruang yang tepat akan menentukan keberhasilan
pembangunan nasional. Akan tetapi, keberhasilan bukan semata-mata dari
pembangunan ekonomi tapi juga dari aspek pertahanan keamanan dan integrasi.
Jadi sangat perlu mengoperasikan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW untuk mengurangi ketimpangan pembangunan wilayah.
Dengan adanya kesepakatan mengenai region, maka akan memberikan suatu hasil akhir yang lebih baik dan maksimal. Dalam kesulitan membentuk
definisi, akhirnya para ahli sepakat meninjau konsep ini oleh 3 bahagian besar yaitu :
Konsep Daerah Homogen Homogeneus Region Concept Konsep ini didefenisikan atas kesamaan karakteristik dari berbagai daerah.
Karakteristik ini dapat berupa pendapatan perkapita penduduk, jenis produksi utama, problem sosial, tingkat industri dan lain-lain. Dengan kata lain konsep
daerah homogen didasarkan atas pendapat, adanya keseragaman baik itu ciri-ciri ekonominya, geografisnya maupun sistem sosial masyarakat yang berlaku. Jadi
batasan suatu daerah dapat ditentukan oleh titik kesamaan, sifat-sifat atau ciri-ciri tersebut.
Konsep Daerah Nodal Polarized Region Concept Konsep ini lebih banyak menekankan pada tingkat keterkaitan antar satu
daerah dengan daerah lainnya, baik diukur dalam lalu lintas barang , pendukung maupun penjumlahan modal. Batasan dari daerah model tersebut akan lebih
banyak ditentukan oleh berkurangnya keterkaitan sesuatu terhadap pusat kegiatan
Universitas Sumatera Utara
ekonomi yang mempengaruhinya, atau apabila pengaruh itu digantikan oleh pusat kegiatan ekonomi daerah lain.
Konsep Daerah Perencanaan Administratif Planning Region Concept atau Administrasion Region Concept
Konsep ini dinilai praktis serta banyak digunakan, merupakan pengelompokan daerah yang didasarkan atas kegiatan politik atau administratif.
Konsep administatif apabila daerah tersebut memiliki suatu ekonomi ruang yang didasari administratif apabila daerah tersebut memiliki suatu ekonomi ruang yang
didasarkan administrasi pendapatan seperti propinsi, kabupaten dan kota. Permasalahan dalam pembangunan di suatu negara dalam masa-masa yang
akan datang secara nyata masih akan tampak berkisar pada persoalan “Spasial”. Disinilah pentingnya usaha disuatu negara membuat prioritas pembangunan
daerah dan wujud pengembangan wilayah disegala sektor, guna memperoleh pembangunan Robinson, 2004:30.
Bagian integral dari pembangunan nasional diarahkan untuk mengembangkan daerah yang menyelaraskan laju pertumbuhan antar daerah,
antar kota dan antar desa, antar sektor. Kebutuhan dan strategi pembangunan wilayah adalah merupakan kebutuahan dan strategi pembangunan nasional yang
dipresentasikan melalui variabel kewilayahan.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN