21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
perlahan.  Setelah  padat,  ekstrak  pekat  yang  telah  dilarutkan  dengan  eluen dimasukkan ke dalam kolom menggunakan pipet  tetes, lalu dielusi dengan eluen
yang  telah  ditentukan  sebelumnya  dengan  KLT.  Fraksi  yang  keluar  ditampung dalam  tabung  reaksi  dan  dimonitor  dengan  KLT  menggunakan  eluen
diklorometan:metanol  15:1.  Selanjutnya,  fraksi-fraksi  yang  memiliki  pola kromatogram  yang  sama  digabung  menjadi  satu  fraksi  sehingga  didapatkan
8 fraksi dan dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator. Fraksi  3  10,4  mg  yang  masih  menunjukkan  beberapa  noda,  difraksinasi
kembali  dengan  kromatografi  kolom  menggunakan  fase  diam  silika  gel  70-230 mesh  dan  fase  gerak  n-heksana:etil  asetat  3:1.  Fraksi  yang  keluar  ditampung
dalam  tabung  reaksi  dan  dimonitor  dengan  KLT  menggunakan  eluen n-heksana:etil  asetat  2:1.  Selanjutnya,  fraksi-fraksi  yang  memiliki  pola
kromatogram  yang  sama  digabung  menjadi  satu  fraksi  sehingga  didapatkan 6 fraksi dan dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator.
3.4.4 Penentuan Nilai KHM Kadar Hambat Minimum
3.4.4.1 Persiapan Medium
Medium  yang  digunakan  yaitu  medium  MHB  Mueller  Hinton  Broth untuk  pertumbuhan  bakteri  uji  dan  medium  MHA  Mueller  Hinton  Agar  untuk
perhitungan jumlah koloni bakteri uji. a  Medium  MHB  dibuat  dengan  komposisi:  medium  MHB  1  dibuat  dengan
melarutkan  21  g  MHB  dalam  1  Liter  aquadest  dan  medium  MHB  2  dibuat dengan  komposisi  2x  medium  MHB  1  42  g  MHB  dalam  1  Liter  aquadest.
Setelah larut, medium disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15
menit. b Medium  MHA  dibuat  dengan  melarutkan  38  gram  MHA  dalam  1  Liter
aquadest. Setelah larut, medium disterilisasi dalam autoklaf pada suhu   121 C
selama  15  menit.  Setelah  itu,  medium  dituang  dalam  beberapa  cawan  petri steril dan dibiarkan memadat.
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.4.4.2 Persiapan Larutan Uji
Larutan uji yang digunakan yaitu fraksi 3e. Larutan uji dibuat konsentrasi 512  µgmL  dengan  menggunakan  pelarut  DMSO  30.  Fraksi  3e  1,4  mg
dilarutkan  dalam  1,4  mL  metanol,  kemudian  dipipet  sebanyak  512  µL  ke  dalam vial  dan  dikeringkan  dengan  nitrogen.  Setelah  itu,  dilarutkan  dengan  pelarut
DMSO 30 DMSO 300 µL dan aquabidest 700 µL.
3.4.4.3 Persiapan Bakteri Uji
Bakteri uji yang digunakan yaitu S. aureus dan E. coli. Persiapan bakteri uji terdiri dari:
a  Pembuatan suspensi bakteri Sebanyak  1  ose  isolat  bakteri  diinokulasikan  ke  dalam  20  mL  medium
MHB.  Kemudian  diinkubasi  dalam  shaker  incubator  dengan  kecepatan  100 rpm pada suhu 37
C selama 18 jam. b Pengenceran suspensi bakteri
Suspensi  bakteri  uji  diencerkan  untuk  mempermudah  perhitungan  koloni, yaitu dengan cara dipipet 50 µL suspensi bakteri ke dalam 4.950 µL aquadest
steril  sehingga  didapat  pengenceran  10
-2
,  dari  suspensi  bakteri  pengenceran 10
-2
dipipet  50  µL  ke  dalam  4.950  µL  aquadest  steril  sehingga  didapat pengenceran  10
-4
.  Suspensi  tersebut  diencerkan  lagi  dengan  cara  yang  sama hingga didapat suspensi dengan pengenceran 10
-6
, 10
-8
, dan 10
-10
. c  Perhitungan jumlah koloni bakteri
Suspensi  dengan  faktor  pengenceran  10
-6
,  10
-8
,  dan  10
-10
,  diinokulasikan sebanyak 100 µL kedalam medium MHA, disebarkan menggunakan spreader.
Kemudian diinkubasi  dalam incubator pada suhu 37 C selama 18 jam. Koloni
bakteri yang muncul dihitung Lampiran 5.
Jumlah koloni bakteri = Koloni yang muncul x faktor pengenceran
Volume yang dipipet