UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
coklat,  mahkota  bentuk  tabung  dengan  ujung  membesar  dan berwarna coklat muda.
Buah : Lonjong, keras, coklat muda.
Biji : Kecil, hitam.
Akar : Tunggang, coklat keputih-putihan.
2.2.4  Khasiat
Kulit batang Kina berkhasiat sebagai antimalaria, antipiretik, antiperiodik, obat sakit perut, tonik, astringent, penambah nafsu makan Grenish, 1920.
2.2.5   Kandungan Kimia
Kulit  batang  Kina  mengandung  alkaloid,  saponin,  flavonoid,  polifenol Sultoni, 1995, dan tanin Grenish, 1920.
2.3    Kromatografi
Kromatografi  pertama  kali  dikembangkan  oleh  seorang  ahli  botani  Rusia Michael  Tswett  pada  tahun  1903  untuk  memisahkan  pigmen  berwarna  dalam
tanaman  dengan  cara  perkolasi  ekstrak  petroleum  eter  dalam  kolom  gelas  yang berisi  kalsium  karbonat  CaCO
3
.  Saat  ini  kromatografi  merupakan  teknik pemisahan  yang  paling  umum  dan  paling  sering  digunakan  dalam  bidang  kimia
analisis, baik analisis kualitatif, kuantitatif, atau preparatif dalam bidang farmasi, lingkungan,  industri,  dan  sebagainya.  Kromatografi  merupakan  suatu  teknik
pemisahan  yang  menggunakan  fase  diam  stationary  phase  dan  fase  gerak mobile phase Ganjar  Rohman, 2007.
2.3.1  Kromatografi Kolom
Kromatografi  kolom  merupakan  teknik  analisis  yang  digunakan  dalam penentuan  jumlah  komponen  yang  terdapat  pada  suatu  campuran  senyawa,
pemisahan,  dan  pemurnian  komponen  senyawa  tertentu  dari  campurannya.  Pada pemisahan  kromatografi  kolom,  suatu  pelarut  pengelusi  dialirkan  secara  kontinu
melewati  kolom,  kemudian  komponen-komponen  dari  campuran  senyawa  yang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dipisahkan  akan  keluar  dari  kolom,  dikumpulkan,  dan  difraksinasi.  Proses elusinya dapat berupa elusi isokratik ataupun elusi gradien Harvey, 2000.
Kromatografi  kolom  termasuk  kromatografi  serapan  yang  sering  disebut kromatografi  elusi,  karena  senyawa  yang  akan  terpisah  terelusi  dari  kolom.
Pemisahan  komponen  campuran  melalui  kromatografi  adsorpsi  tergantung  pada kesetimbangan adsorpsi-desorpsi antara senyawa yang teradsorb pada permukaan
dari  fase  diam  padatan  dan  pelarut  dalam  fase  cair.  Tingkat  adsorpsi  komponen tergantung  pada  polaritas  molekul,  aktivitas  adsorben,  dan  polaritas  fase  gerak
cair.  Umumnya,  senyawa  dengan  gugus  fungsional  lebih  polar  akan  teradsorb lebih kuat pada permukaan fase padatan. Aktivitas adsorben tergantung komposisi
kimianya, ukuran partikel, dan pori-pori partikel  Braithwaite  Smith, 1999.
Pelarut  murni  atau  sistem  pelarut  tunggal  dapat  digunakan  untuk mengelusi  semua  komponen.  Selain  itu,    sistem  pelarut  gradien  juga  digunakan.
Pada  elusi  gradien,  polaritas  sistem  pelarut  ditingkatkan  secara  perlahan  dengan meningkatkan  konsentrasi  pelarut  ke  yang  lebih  polar.    Pemilihan  pelarut  eluen
tergantung  pada  jenis  adsorben  yang  digunakan  dan  kemurnian  senyawa  yang dipisahkan.  Pelarut  harus  mempunyai  kemurnian  yang  tinggi.  Keberadaan
pengganggu  seperti  air,  alkohol,  atau  asam  pada  pelarut  yang  kurang  polar  akan mengganggu aktivitas adsorben Braithwaite  Smith, 1999.
2.3.2  KLT Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi  lapis  tipis  KLT  dikembangkan  oleh  Izmailoff  dan Schraiber  pada  tahun  1938.  KLT  merupakan  bentuk  kromatografi  planar,  selain
kromatografi kertas dan elektroforesis. Berbeda dengan kromatografi kolom yang mana  fase  diamnya  diisikan  atau  dikemas  di  dalamnya,  pada  kromatografi  lapis
tipis,  fase  diamnya  berupa  lapisan  yang  seragam  uniform  pada  permukaan bidang  datar  yang  didukung  oleh  lempeng  kaca,  pelat  aluminium  atau  pelat
plastik.  Meskipun  demikian,  kromatografi  planar  ini  dapat  dikatakan  sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom.