20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
perbandingan  1:1  terhadap  jumlah  fraksi  airnya.  Proses  ekstraksi  ini  dilakukan secara berulang sebanyak 3 kali. Lapisan bawah yang merupakan fraksi kloroform
dari  medium  dan  biomassa  jamur  dipisahkan  dan  dipekatkan  dengan  vacuum rotary  evaporator.  Ekstrak  pekat  yang  didapat  dilarutkan  dengan  metanol  dan
dilakukan uji KLT dengan menggunakan fase gerak diklorometan:metanol 15:1 dan hasilnya diamati dibawah sinar UV 254 nm dan UV 366 nm serta disemprot
dengan pereaksi penampak noda serium sulfat.
3.4.2.4  Uji  KLT-Bioautografi Ekstrak Jamur Endofit Hasil Scaling Up
Berdasarkan  proses  ekstraksi  pada  kultur  jamur  endofit  no.  10  isolat 1-3-1-1  hasil  scaling  up,  didapat  2  ekstrak  sampel  yaitu:  ekstrak  kloroform
medium  jamur  dan  ekstrak  kloroform  biomassa  jamur.  Ekstrak  tersebut  dibuat konsentrasi  menjadi  10  mgmL,  kemudian  sebanyak  10  µL  dari  masing-masing
ekstrak  ditotolkan  menggunakan  pipa  kapiler  pada  plat  KLT  dan  dielusi menggunakan  pelarut  diklorometan:metanol  15:1.  Setelah  itu,  plat  KLT
dicelupkan  kedalam  suspensi  bakteri  uji  dan  diinkubasi  pada  suhu  37 C  selama
18 jam. Plat KLT yang telah diinkubasi disemprot dengan reagensia pewarna INT 4  mgmL  dan  diinkubasi  selama  1-2  jam.  Selanjutnya  dilakukan  penghitungan
nilai  Rf  Retardation  factor  terhadap  senyawa  yang  memiliki  aktivitas antibakteri. Keberadaan aktivitas antibakteri ditentukan dengan terbentuknya zona
hambat  yang  tampak  karena  penyemprotan  INT  yang  dikonversikan  terhadap warna formazan pada mikroorganisme hidup.
3.4.3 Fraksinasi dan Purifikasi Metabolit Bioaktif Antibakteri
Berdasarkan  hasil  pengamatan  uji  KLT-bioautografi,  selanjutnya dilakukan  fraksinasi  dan  purifikasi  metabolit  bioaktif  dari  ekstrak  kloroform
biomassa jamur  161,7 mg dengan kromatografi kolom menggunakan fase diam silika  gel  70-230  mesh  dan  fase  gerak  kloroform:metanol  30:1.  Fase  diam
disuspensikan kedalam fase gerak eluen kemudian dimasukkan  secara perlahan melalui  corong  ke  dalam  kolom  yang  telah  diisi  kapas  dan  seasand  di  bagian
bawah  kolom.  Untuk  penyempurnaan  proses  pemisahan,  fase  diam  dipadatkan dengan  cara  menurunkan  fase  gerak  serta  dinding  kolom  diketok-ketok  secara
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
perlahan.  Setelah  padat,  ekstrak  pekat  yang  telah  dilarutkan  dengan  eluen dimasukkan ke dalam kolom menggunakan pipet  tetes, lalu dielusi dengan eluen
yang  telah  ditentukan  sebelumnya  dengan  KLT.  Fraksi  yang  keluar  ditampung dalam  tabung  reaksi  dan  dimonitor  dengan  KLT  menggunakan  eluen
diklorometan:metanol  15:1.  Selanjutnya,  fraksi-fraksi  yang  memiliki  pola kromatogram  yang  sama  digabung  menjadi  satu  fraksi  sehingga  didapatkan
8 fraksi dan dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator. Fraksi  3  10,4  mg  yang  masih  menunjukkan  beberapa  noda,  difraksinasi
kembali  dengan  kromatografi  kolom  menggunakan  fase  diam  silika  gel  70-230 mesh  dan  fase  gerak  n-heksana:etil  asetat  3:1.  Fraksi  yang  keluar  ditampung
dalam  tabung  reaksi  dan  dimonitor  dengan  KLT  menggunakan  eluen n-heksana:etil  asetat  2:1.  Selanjutnya,  fraksi-fraksi  yang  memiliki  pola
kromatogram  yang  sama  digabung  menjadi  satu  fraksi  sehingga  didapatkan 6 fraksi dan dipekatkan dengan vacuum rotary evaporator.
3.4.4 Penentuan Nilai KHM Kadar Hambat Minimum
3.4.4.1 Persiapan Medium
Medium  yang  digunakan  yaitu  medium  MHB  Mueller  Hinton  Broth untuk  pertumbuhan  bakteri  uji  dan  medium  MHA  Mueller  Hinton  Agar  untuk
perhitungan jumlah koloni bakteri uji. a  Medium  MHB  dibuat  dengan  komposisi:  medium  MHB  1  dibuat  dengan
melarutkan  21  g  MHB  dalam  1  Liter  aquadest  dan  medium  MHB  2  dibuat dengan  komposisi  2x  medium  MHB  1  42  g  MHB  dalam  1  Liter  aquadest.
Setelah larut, medium disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 121 C selama 15
menit. b Medium  MHA  dibuat  dengan  melarutkan  38  gram  MHA  dalam  1  Liter
aquadest. Setelah larut, medium disterilisasi dalam autoklaf pada suhu   121 C
selama  15  menit.  Setelah  itu,  medium  dituang  dalam  beberapa  cawan  petri steril dan dibiarkan memadat.