Penentuan Nilai KHM Kadar Hambat Minimum

37 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gambar dari hasil uji KHM ini dapat dilihat pada Lampiran 7 dengan hasil yang diberikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Data nilai KHM terhadap bakteri uji S. aureus dan E. coli Larutan uji Nilai KHM µgmL S. aureus E. coli Fraksi 3e 32 128 Eritromisin ≤1 64 Kloramfenikol 4 8 Berdasarkan hasil uji KHM terhadap bakteri uji S. aureus didapatkan hasil bahwa fraksi 3e mempunyai nilai KHM : 32 µgmL, untuk kontrol positif antibiotik eritromisin yaitu 1 µgmL dan kloramfenikol 4 µgmL. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan antibakteri terhadap bakteri uji S. aureus dari fraksi 3e masih dibawah kekuatan antibiotik eritromisin dan kloramfenikol. Sedangkan hasil uji KHM terhadap bakteri uji E. coli didapatkan hasil bahwa fraksi 3e mempunyai nilai KHM : 128 µgmL, dimana pada konsentrasi 128 µgmL fraksi 3e hanya bersifat parsial menghambat pertumbuhan bakteri. Nilai KHM untuk kontrol positif antibiotik eritromisin yaitu 64 µgmL dan kloramfenikol yaitu 8 µgmL. Hal ini menunjukkan bahwa kekuatan antibakteri terhadap bakteri uji E. coli dari fraksi 3e masih dibawah kekuatan antibiotik eritromisin dan kloramfenikol. Pada uji KHM ini digunakan beberapa kontrol yaitu sterility control untuk menunjukkan bahwa medium yang digunakan steril dan sebagai kontrol positif dengan tidak adanya pertumbuhan bakteri uji, growth control sebagai kontrol negatif dengan adanya pertumbuhan bakteri uji pada medium, dan solvent control yang digunakan untuk menunjukkan bahwa pelarut yang digunakan tidak memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri uji. 38 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.5 Identifikasi Jamur Endofit 1-3-1-1 secara Makroskopis dan Mikroskopis

Berdasarkan hasil pengamatan secara makroskopis jamur 1-3-1-1 pada medium PDA hari ke-7 menunjukkan bahwa koloni berwarna coklat-hijau dengan permukaan menggunung, memiliki tekstur wooly, memiliki garis radial dan lingkaran konsentris, warna balik koloni coklat-hijau, dan tidak ada tetes eksudat. Secara mikroskopis menunjukkan bahwa hifa jamur berseptat dan berpigmentasi hialin. Diduga jamur 1-3-1-1 merupakan jamur yang berasal dari kelas Coelomycetes. Coelomycetes merupakan jamur aseksual yang menghasilkan hifa yang subur, berseptat, dan bercabang Cano et al., 2004; Duan et al., 2007; Sutton, 1999. Hasil identifikasi jamur endofit 1-3-1-1 secara makroskopis dan mikroskopis dapat dilihat pada Gambar 4.9. a b c Gambar 4.9 Gambar jamur endofit 1-3-1-1 a koloni tampak atas b koloni tampak bawah reverse side c hifa secara mikroskopik skala perbesaran 1000x. 39 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

1. Berdasarkan hasil skrining aktivitas antibakteri terhadap 10 isolat jamur endofit yang diisolasi dari bagian daun 1 isolat, tangkai daun 6 isolat, dan bunga 3 isolat tanaman Kina Cinchona pubescens Vahl. yang dikultivasi pada medium PDB dan GYP, diketahui bahwa ekstrak kloroform kultur jamur 1-3-1-1 yang dikultivasi pada medium PDB memiliki aktivitas antibakteri yang paling besar. 2. Dari hasil fraksinasi dan purifikasi ekstrak kloroform biomassa jamur 1-3-1-1 yang dikultivasi pada medium PDB, diperoleh senyawa murni pada fraksi 3e sebanyak 1,4 mg. 3. Uji aktivitas antibakteri menunjukkan bahwa fraksi 3e memiliki nilai KHM 32 µgmL terhadap bakteri uji S. aureus, dan 128 µgmL terhadap bakteri uji E. coli. 4. Berdasarkan hasil identifikasi secara makroskopik dan mikroskopik, diketahui bahwa jamur endofit 1-3-1-1 merupakan jamur kelas Coelomycetes.

5.2 SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penentuan struktur senyawa dari metabolit bioaktif antibakteri yang telah diisolasi. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai identifikasi jamur endofit 1-3-1-1 hingga tingkat spesies. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai skrining aktivitas antibakteri terhadap jamur endofit no. 1-6 kode isolat: 5-1-8-5, 1-2-5-3, 2-2-6-4, 3-2-10-2, 2-3-4-2, dan 3-3-4-2 yang dikultivasi pada medium PDB dan GYP dan diekstraksi dengan pelarut kloroform.