lainnya yang berkaitan, sampai dengan terpenuhinya danatau
diselesaikannya kewajiban tersebut.
C. Hambatan-Hambatan dan Upaya Para Pihak saat Melakukan
Perjanjian Kerjasama EDC Studi pada PT. Bank BNI, Tbk Medan
Dalam suatu kontrak, para pihak yang terlibat di dalamnya diharapkan dapat memenuhi segala hak dan kewajibannya sehingga kerjasama dapat berjalan
dengan baik, seimbang, adil dan proporsional sesuai dengan apa yang telah disepakati para pihak saat bernegosiasi.
Kontrak sebagai instrumen pertukaran hak dan kewajiban diharapkan dapat berlangsung dengan baik, fair dan proporsional sesuai dengan yang telah
disepakati para pihak. Seperti halnya pada kontrak komersial, baik pada tahap pra kontraktual, pembentukan kontrak maupun pelaksanaannya, asas proporsionalitas
mempunyai daya kerja menciptakan aturan main pertukaran hak dan kewajiban para pihak.
91
Dalam melakukan perjanjian kerjasama dalam hal sewa-menyewa,sesuai dengan hal-hal yang diperjanjikan dalam kontrak, terdapat berbagai hambatan
yang dilalui para pihak, yaitu antara Bank selaku pihak yang menyewakan dan merchant selaku pihak penyewa mesin EDC.
Hambatan-hambatan yang dialami para pihak dapat terjadi dikarenakan faktor internal maupun faktor eksternal yang dapat mempengaruhi eksistensi
kontrak yang diadakan oleh para pihak. Adapun faktor-faktor itu antara lain :
91
Agus Yudha Hernoko, Op.cit., hlm. 232
a. Wanprestasi
b. Overmacht force majeur; daya paksa c.
Keadaan sulit hardship Pada pelaksanaan perjanjian kerjasama yang dilakukan oleh Bank, sebagai
perusahaan perbankan sering mengalami hambatan dimana terdapat kelalaian yang dilakukan oleh merchant sebagai pelaku usaha yang melibatkan nasabah
atau customer lain sebagai pihak ketiga yang menggunakan fasilitas pembayaran nontunai EDC di suatu merchant. Hal ini dapat dilihat kembali pada dasar-dasar
pertimbangan Bank mengakhiri perjanjian seperti yang telah diuraikan sebelumnya. Tentu ini mengakibatkan kerugian pada Bank dan juga nasabah atau
customer sebagai pengguna fasilitas merchant. Adanya transaksi pembayaran yang dilakukan nasabah customer pada
suatu merchant dapat menjadi penyebab kerugian bagi nasabah dikarenakan akibat proses otorisasi yang berjalan kurang baik karena faktor operasional yang
melibatkan jaringan atau perangkat terminal EDC yang terhubung secara online dengan sistem jaringan Bank. Pada saat merchant mencoba melakukan transaksi
sampai berhasil, dapat saja kartu yang dimiliki nasabah customer menjadi terdebet lebih dari sekali ke dalam rekening “penampung” merchant atau slip
transaksi tidak berhasil tercetak. Bank sebagai pihak yang menyewakan fasilitas mesin EDC dalam hal
transaksi nontunai dan merchant sebagai penyewa fasilitas pembayaran nontunai, akan menjadi pihak yang bertanggung jawab apabila terjadi hal-hal yang
menyebabkan nasabah customer lain dirugikan. Umumnya dikarenakan
kelalaian kasir di sebuah merchant saat akan melakukan transaksi dengan mesin EDC.
Saat terjadi kelalaian yang dilakukan oleh kasir merchant, maka dalam hal ini Bank harus memenuhi kewajibannya yaitu melaksanakan sosialisasi kepada
kasir yang dilakukan sesuai dengan rentang waktu yang telah ditentukan oleh Bank. Sebab apa yang telah menjadi kewajiban maka sudah sepatutnya kewajiban
tersebut untuk dilaksanakan. Selain itu, apabila kelalaian telah terjadi dan rekening pemegang kartu
cardholer telah terdebet maka untuk mengatasi kelalaian merchant, Bank acquirer akan melakukan rekonsiliasi dalam waktu 14 empat belas hari sejak
tanggal transaksi.
92
Para cardholder biasanya baru menyadari pengurangan jumlah uang pada rekening simpanannya setelah melakukan pengecekan saldo. Jika cardholder
mengalami hal tersebut, mereka dapat melakukan komplain kepada merchant untuk selanjutnya dilaporkan kepada Bank yang kemudian ditindaklanjuti oleh
Bank ke bagian administrasi untuk diklaim ke pusat bank yang ada di Jakarta.
93
Keberadaan mesin EDC sebagai alat transaksi nontunai juga berpotensi dihadapkan pada peristiwa yang mengandung unsur-unsur kejahatan atau
penipuan atau kecurangan fraud dan adanya indikasi keterlibatan merchant dan atau keluarganya maupun karyawan-karyawannya pada suatu transaksi kartu
92
Hasil wawancara dengan Ade Chandra, Marketing Manager Cards and Business Merchant, PT. Bank Negara Indonesia, Tbk Medan, 12 Maret 2015
93
Hasil wawancara dengan Ade Chandra, Marketing Manager Cards and Business Merchant, PT. Bank Negara Indonesia, Tbk Medan, 12 Maret 2015
debet, maka merchant dan atau keluarganya maupun karyawan-karyawannya bertanggung jawab dan Bank dalam hal ini tidak memberikan ganti rugi.
Apabila suatu transaksi menimbulkan kerugian pada Bank, maka Bank diberikan kuasa untuk mendebet rekening merchant sebesar kerugian yang
dialami Bank dan bila dana pada rekening merchant tidak tersedia atau tidak mencukupi, maka merchant wajib mengembalikan seluruh dana secara tunai
sesuai jumlah kerugian kepada Bank sejak Bank mengajukan klaim dimaksud. Hambatan-hambatan yang terjadi baik itu karena kelalaian maupun karena
tindak kejahatan di dalam prakteknya dikatakan pernah terjadi tetapi jarang,
94
karena pada umumnya, format atau substansi formulir aplikasi perjanjian kerjasama sendiri dibuat secara sepihak oleh perusahaan perbankan. Hasil
penelitian yang diperoleh penulis, Bank tidak memberitahu secara jelas contoh- contoh tindak kejahatan yang pernah dilakukan oleh pedagang merchant.
Penulis berpendapat bahwa Bank berusaha sebaik mungkin untuk melindungi identitas nasabah mereka merchant.
Pada kenyataannya, baik kelalaian karena ketidaksengajaan maupun kejahatan fraud yang dilakukan merchant dan atau keluarganya maupun
karyawan-karyawannya secara sengaja, pernah terjadi di Indonesia. Seperti yang telah dikemukakan sendiri oleh PT. Bank Negara Indonesia, Tbk Medan.
Hal tersebut tidak dapat dihindari namun dapat diantisipasi oleh Bank dengan membuat substansi dalam perjanjian kerjasama sewa-menyewa sesuai
dengan apa yang diinginkan oleh pembuatnya, yaitu Bank, yang mau tidak mau
94
Hasil wawancara dengan Ade Chandra, Marketing Manager Cards and Business Merchant, PT. Bank Negara Indonesia, Tbk Medan, 12 Maret 2015
pihak penyewa merchant yang telah menyepakati substansi perjanjian tidak dapat menghindari konsekuensi yang mengikuti suatu perjanjian yang telah
dibuat. Konsekuensi tersebut dapat timbul apabila sewaktu-waktu ada pihak yang
melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan apa yang telah disepakati bersama suatu perjanjian sewa-menyewa mesin EDC, baik itu karena faktor kelalaian
karena ketidaksengajaan maupun karena kejahatan yang disengaja. Bank Indonesia sebagai Bank Sentral juga mendukung penuh penerapan
sistem pembayaran dengan Electronic Data Capture EDC untuk mengurangi penggunaan uang tunai. Hal ini dapat dilihat dengan telah dikeluarkannya
Peraturan Bank Indonesia yang terbaru yaitu Peraturan Bank Indonesia Nomor 168PBI2014 Tentang Uang Elektronik e-money.
Bank sebagai perusahaan pelayanan di bidang jasa perbankan semakin memperbanyak program-program untuk meminimalisir penggunaan uang tunai
cash less seiring dengan semakin meningkatnya layanan transaksi EDC mengikuti perkembangan teknologi dan kebutuhan masyarakat serta dalam rangka
mendukung rencana Bank Indonesia meningkatkan transaksi pembayaran dengan EDC di masyarakat.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan