tujuan penyelesaian hak-hak dan kewajiban-kewajiban sampai akhir hayatnya.
43
b. Rechts persoon atau badan hukum
Hukum juga memberikan kepribadian hukum kepada sekelompok orang bersama-sama dan menciptakan suatu manusia buatan. Ini
dikenal sebagai “badan hukum”. Suatu badan hukum yang dihasilkan memiliki kepribadian yang seluruhnya terpisah dari anggota-
anggotanya dan kewenangannya sama dengan manusia pribadi. Misalnya ia dapat memperoleh hak milik dan mengadakan perjanjian-
bahkan dengan anggota-anggotanya atas nama sendiri.
5. Jenis-jenis Perjanjian dan Jenis Perjanjian Kerjasama EDC
Perjanjian Bernama
Pasal 1319 KUH Perdata menyebutkan dua jenis perjanjian, yaitu perjanjian yang oleh undang-undang diberikan suatu nama khusus, yang disebut
dengan perjanjian bernama benoemde atau nominaatcontracten. Nama yang dimaksud adalah nama-nama yang diberikan oleh undang-undang, seperti : jual-
beli, sewa-menyewa, pinjam-meminjam, perjanjian wesel, perjanjian asuransi, dan lain-lainnya. Perjanjian bernama ini diatur dan diberi nama oleh pembentuk
undang-undang, berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi sehari-hari.
44
Di samping undang-undang memberikan nama tersendiri, undang-undang juga
memberikan pengaturan secara khusus atas perjanjian-perjanjian bernama. Dari
43
Ibid.
44
Mariam Darus Badrulzaman, dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001.,hlm.67
contoh-contoh tersebut terlihat bahwa perjanjian bernama tidak hanya terdapat di dalam KUH Perdata saja, tetapi juga di dalam KUHD, bahkan di dalam undang-
undang yang tersendiri. Jenis perjanjian kerjasama dalam penyediaan EDC yang melibatkan pihak
bank sebagai pemilik mesin EDC dengan pedagang merchant sebagai pelaku usaha adalah perjanjian kerjasama sewa-menyewa.Sewa-menyewa adalah suatu
perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari sesuatu barang, selama suatu waktu
tertentu dan dengan pembayaran suatu harga yang oleh pihak yang tersebut terakhir itu disanggupi pembayarannya.
45
M. Yahya Harahap mengemukakan bahwa, “sewa-menyewa adalah persetujuan antara pihak yang menyewakan dengan pihak penyewa. Pihak yang
menyewakan atau pemilik menyerahkan barang yang hendak disewa kepada penyewa untuk dinikmati sepenuhnya volledige genot.
46
Sewa-menyewa ini merupakan suatu bentuk perjanjian yang bersifat perseorangan dan bukan perjanjian yang bersifat hak kebendaan yaitu dengan
perjanjian sewa-menyewa ini kepemilikan terhadap objek sewa tersebut tidaklah beralih kepada penyewa tetapi tetap menjadi hak milik dari yang menyewakan.
47
Sewa-menyewa merupakan salah satu contoh dari perjanjian timbal-balik atau juga disebut perjanjian bilateral. Perjanjian timbal balik adalah perjanjian
yang menimbulkan kewajiban-kewajiban dan karenanya hak juga kepada kedua belah pihak, dan hak serta kewajiban itu mempunyai hubungan satu dengan
45
Lihat Pasal 1548 KUH Perdata
46
M. Yahya Harahap, Op.cit., hlm.19
47
Ibid.,hlm.19
lainnya. Yang dimaksud dengan “mempunyai hubungan antara yang satu dengan yang lai
n” adalah, bahwa bilamana dalam perikatan yang muncul dari perjanjian tersebut, yang satu mempunyai hak, maka pihak yang lain berkedudukan sebagai
pihak yang memikul kewajiban.
48
Dalam aktivitas sehari-hari umumnya dibedakan pula pengertian antara kontrak dan sewa. Kata kontrak lebih menunjukkan adanya kepastian jangka
waktu dan biasanya lebih lama. Lain halnya sewa. Di dalam sewa belum ada kepastian waktu, atau cenderung dalam pengertian sewa harian atau bulanan.
Dengan demikian, ada pengertian yang masih rancu antara kontrak dan sewa. Seperti yang diketahui bahwa definisi kontrak adalah suatu perjanjian yang
dituangkan dalam tulisan atau perjanjian tertulis atau surat.
49
Sewa-menyewa, seperti halnya dengan jual-beli dan perjanjian-perjanjian lain pada umumnya adalah suatu perjanjian konsensual yang artinya ia sudah sah
dan mengikat pada detik tercapainya sepakat mengenai unsur-unsur pokoknya, yaitu barang dan harga.
Sesuai dengan ketentuan Pasal 1233 KUH Perdata, perjanjian dapat timbul dari persetujuan dan undang-undang. Di dalam perjanjian sewa-menyewa yang
dilakukan antara para pihak yang membuat kontrak yaitu bank acquirer dengan pedagang merchant, jenis perjanjian atau kontrak yang digunakan adalah
kontrak baku atau standard contract. Kontrak baku adalah kontrak yang klausul-
klausulnya telah ditetapkan atau dirancang oleh salah satu pihak.
48
J. Satrio, Op.cit., hlm.7
49
I G Rai Widjaya, Merancang Suatu Kontrak-Contract Drafting Teori dan Praktek, Kesaint Blanc, Jakarta, 2003, hlm.
Perjanjian Tidak Bernama
Di luar perjanjian bernama, tumbuh pula perjanjian tidak bernama, yaitu perjanjian-perjanjian yang tidak diatur di dalam KUH Perdata, tetapi terdapat di
dalam masyarakat. Misalnya perjanjian sewa-beli, fidusia, joint venture, franchise.
Jumlah perjanjian ini tidak terbatas dengan nama yang disesuaikan dengan kebutuhan pihak-pihak yang mengadakannya, seperti perjanjian kerjasama,
perjanjian pemasaran, perjanjian pengelolaan. Lahirnya perjanjian ini di dalam praktek adalah berdasarkan asas kebebasan berkontrak, mengadakan perjanjian
atau partij autonomy. Perjanjian campuran
Perjanjian campuran atau contractus sui generis ialah perjanjian yang mengandung berbagai unsur perjanjian, misalnya pemilik hotel yang menyewakan
kamar sewa-menyewa tetapi juga menyajikan makanan jual-beli dan juga memberikan pelayanan. Dalam perjanjian campuran ada berbagai paham:
50
1. Paham pertama mengatakan bahwa ketentuan-ketentuan mengenai
perjanjian khusus diterapkan secara analogis sehingga setiap unsur dari perjanjian khusus tetap ada contractus kombinasi
2. Paham kedua mengatakan ketentuan-ketentuan yang dipakai adalah
ketentuan-ketentuan dari perjanjian yang paling menentukan teori absorbsi.
50
Mariam Darus Badrulzaman, dkk, Op.cit., hlm.68
B. Pihak-pihak