Aplikasi Murabahah Dalam Lembaga Keuangan Syariah

diketahui oleh pembeli saat akad; dan ini merupakan salah satu syarat sah murabahah. c. Ada informasi yang jelas tentang keuntungan baik nominal maupun persentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah satu syarat sah murabahah. d. Dalam sistem murabahah, penjual boleh menetapkan syarat kepada pembeli untuk menjamin kerusakan yang tidak tampak pada barang, tetapi lebih baik syarat seperti itu tidak ditetapkan, karena pengawasan barang merupakan kewajiban penjual disamping untuk menjaga kepercayaan. e. Transaksi pertama antara penjual dan pembeli pertama haruslah sah, jika tidak sah maka tidak boleh jual beli secara murabahah antara pembeli pertama yang menjadi penjual kedua dengan pembeli murabahah, karena murabahah adalah jual beli dengan harga pertama disertai tambahan keuntungan.

4. Aplikasi Murabahah Dalam Lembaga Keuangan Syariah

Aplikasi akad murabahah pada lembaga keuangan syariah terdapat pada kegiatan usaha Bank Syariah dalam bentuk penyaluran dana atau pembiayaan. Pembiayaan murabahah merupakan jenis pembiayaan yang sering diaplikasikan dalam bank syariah, yang pada umumnya digunakan dalam transaksi jual beli barang investasi dan barang-barang yang diperlukan oleh individu 20 . Dalam pembiayaan berdasarkan akad murabahah, Bank Syariah bertindak sebagai penyedia dana dalam kegiatan transaksi murabahah dengan nasabah 21 . Bank Syariah dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah ada kesepakatan antara Bank Syariah dan nasabahnya, dan akad pembiayaan murabahah telah ditandatangani oleh Bank Syariah dan nasabah, maka Bank Syariah wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan barang yang dipesan nasabah 22 . C. Standar Syariah Dalam menjalankan kegiatan usaha produk dan jasa syariah, Bank Syariah wajib tunduk pada prinsip syariah 23 . Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah 24 . Sehingga dalam menjalankan seluruh kegiatan usahanya, Bank Syariah harus berpedoman kepada fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan oleh lembaga berwenang, dalam hal ini merupakan kewenangan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI. Ketentuan tersebut bersifat memaksa dan tidak dapat menyimpang karena merupakan perintah Undang- 20 Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, h. 140. 21 A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012, h.200. 22 A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, h. 201. 23 Pasal 26 Ayat 1 Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah 24 Pasal 1 Ayat 12 Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah Undang 25 . Apabila ketentuan tersebut dilanggar, maka akan dikenakan pidana penjara dan pidana denda sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang 26 . Maka dari itu penting bagi Bank Syariah untuk menjalankan kegiatan usahanya berpedoman kepada fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN- MUI, agar tetap sesuai dengan ketetapan syariah, karena Fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia menjadi indikator sesuai tidaknya produk Bank Syariah dengan prinsip syariah. Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI mengeluarkan Fatwa-Fatwa yang berkenaan dengan produk dan jasa pada lembaga keuangan syariah. Diantara Fatwa-Fatwa tersebut menetapkan ketetapan yang berkenaan dengan akad murabahah di lembaga keuangan syariah khususnya pada Bank Syariah. Fatwa-fatwa yang mengatur tentang akad murabahah tersebut adalah : a. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 04DSN-MUIIV2000 tentang Murabahah. b. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 10DSN-MUIIV2000 tentang Wakalah c. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 13DSN-MUIIX2000 tentang Uang Muka Dalam Murabahah 25 Pasal 2 Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah 26 Pasal 63 Ayat2 Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah d. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 16DSN-MUIIX2000 tentang Diskon Dalam Murabahah e. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 23DSN-MUIIII2002 tentang Potongan Pelunasan Dalam Murabahah f. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 46DSN-MUIII2005 tentang Potongan Tagihan Murabahah khashm fi al-murabahah g. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 47DSN-MUIII2005 tentang Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar. h. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 48DSN-MUIII2005 tentang Penjadwalan Kembali Tagihan Murabahah. i. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 49DSN-MUIII2005 tentang Konversi Akad Murabahah. j. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 84DSN-MUIXII2012 tentang Metode Pengakuan Keuntungan al Tamwil bi al-Murabahah Pembiayaan Murabahah Di Lembaga Keuangan Syariah.

D. Ketetapan Fatwa DSN-MUI Mengenai Akad Murabahah Margin