Struktur Akad Konsep Akad

khamr. Jika hal itu terjadi, dalam pandangan hukum Islam akibat hukumnya tidak tercapai. Tegasnya, menurut hukum Islam, jual beli atas barang yang diharamkan tersebut tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan barang kepada pembeli dan kepemilikan harga barang kepada penjual.

3. Struktur Akad

Dalam praktik penyusunan akad terdapat berbagai macam model struktur akad. Akan tetapi, struktur akad atau perjanjian yang lazim digunakan di Indonesia terdiri dari tiga bagian, yaitu pembukaan, isimateri, dan penutup. Pada masing-masing bagian terdiri sub bagian yang selengkapnya dalah sebagai berikut : a. Pada bagian pembukaan terdiri dari 7 : 1 Tulisan Bismillahirrahmanirrahim dan terjemahannya Tulisan basmalah dapat ditulis dengan menggunakan huruf arab maupun latin. Tulisan ini memang tidak bersifat mutlak atau harus ada tergantung kebijakan. Akan tetapi, keberadaannya dalam konteks akad syariah penting untuk mengingatkan para pihak akan pentingnya memulai sesuatu dengan meluruskan niat hanya semata-mata karena Allah SWT. 2 Ayat Al- Qur’an dan atau Hadits dan terjemahannya 7 Azharudin Lathif dan Saefudin Arif, Kontrak Bisnis Syariah, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum, 2011, h. 54. Ayat Al- Qur’an dan atau Hadits serta terjemahannya yang ditulis dalam akad adalah yang langsung berkaitan atau menjadi dalil hukum akad tersebut. 3 Judul Adalah menunjukkan dan sekaligus memberikan cakupan pengertian [okok tentang hakekat isi suatu kontrak. Judul ditulis dengan isi kesepakatan dan ditulis ditengah dengan menggunakan huruf kapital. 4 Kepala akad Terdiri atas judul, nomor, jam, hari, tanggal, bulan dan tahun dibuatnya akad tersebut. 5 Komparisasi Adalah penyebutan dan penjelasan mengenai identitas para pihak yang membuat akadyang berkepentingan. Pada pihak dalam perjanjian adalah : pihak-pihak yang langsung terlibat, terdiri atas perorangan atau yang bersifat publik 6 Dasar diadakan akad premisse Salah satu sahnya kontrak adalah bahwa kontrak tersebut dibuat atas dasarkausa yang halal. Kausadasar dalam suatu kontrak biasanya dinyatakan sebagai keterangan pendahuluan mengenai dasar atau sebab dibuatnya kontrak yang bersangkutan. 7 Dasar hukum Dasar hukum diambil dari Al- Qur’an, As-Sunnah dan Ijtihad dalam konteks keindonesiaan adalah fatwa MUI. Di samping itu juga diambilkan dari perundang-undangan positif di Indonesia baik yang khusus mengatur hukum Islam maupun yang bersifat umum. Dasar hukum ini ditulis dalam bagian akhir promise. b. Menurut Azharudin Lathif dan Saefudin Arif pada bagian isimateri terdiri dari 8 : 1 Klausul definisi Yaitu setiap katakalimat yang akan diaturdituangkan dalam kontrak diberikan batasanarti atau maknanya agar nantinya tidak menimbulkan salah pengertian dan tidak dapat ditafsirkan lain serta agar para pihak jelas dan paham benar apa maksudnya. 2 Klausul obyek akad Yaitu menetukan apa yang dijadikn obyek akad dengan menyebutkannya secara jelas dan lengkap tentang nama barang, wujudjenisnya, letaknya, luasbanyaknya dan bukti yang mendasari hak atas barang tersebut. 3 Klausul hak dan kewajiban Yang menetukan hak dan kewajiban para pihak yang harus ditulis secara tegas dan jelas serta terperinci apa saja yang menjadi hak 8 Azharudin Lathif dan Saefudin Arif, Kontrak Bisnis Syariah, h. 54. masing-masing dan tentang hal-hal apa yang wajib harus dilakukan masing-masing pihak, secara seimbang dan timbal balik. 4 Klausul sanksi Yaitu ketentuan yang mengatur pemberian sanksi akibat pelanggaran dan atau kelalaian salah satu pihak dalam melaksanakan isi kontrak yang berupa pelanggaran terhadap kewajibannya. 5 Klausul spesifik Yaitu pengaturan tentang hal-hal yang spesifikkhusus yang dikehendaki pihak untuk dituangkan dalam akad. 6 Klausul pemilihan hukum dan domisili Yaitu menentukkan hukum yang dipilih dalam melaksanakan dan menyelesaikan perselisihan jikalau timbul serta domisli dimana penyelesaian tersebut akan diselesaikan apabila terjadi sengketa dimasa yang akan datang. 7 Klausul jaminan pemilikan Yaitu untuk menjamin tertibnya pembayaran kembali atau pelunasan Pokok Pembiayaan da margin serta biaya-biaya lainnya tepat pada waktu yang telah disepakati kedua belah pihak. Menurut A. Wangsawidjaja pada bagian isimateri terdiri dari 9 : 1 Klausul tentang jumlah pembiayaan Adanya klausul tentang jumlah pembiayaan penting dicantumkan dalam akad untuk menentukkan objek akad berupa besarnya maksimum pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah kepada nasabah penerima fasilitas. 2 Klausul jangka waktu pembiayaan Dalam suatu akad pembiayaan mutlak harus dicantumkan adanya jangka waktu pembiayaan atau jatuh tempo pembiayaan untuk kepastian hukum timbulnya hak Bank untuk menuntut pelunasan pembiayaan yang telah diberikan kepada nasabah. 3 Klausul tentang imbalan Klausul tentang imbalan dalam akad pembiayaan merupakan hal yang penting dan harus dicantumkan secara tegas, kecuali untuk pinjaman tertentu yang tidak mensyaratkan adanya imbalan, seperti qardh. 4 Klausul tentang representation and warranties Keputusan pemberian pembiayaan oleh bank syariah didasarkan pada analisis terhadap data yang disampaikan oleh nasabah kepada bank, baik data keuangan maupun non-keuangan. Untuk menjamin 9 A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012, h.172. dan meyakinkan bank bahwa data yang disampaikan oleh nasabah tersebut betul-betul valid dan benar, maka bank pada umumnya mensyaratkan adanya klausul tentang jaminan representation and warranties. 5 Klausul tentang pre-disbursment atau conditions precedent Klausul ini mengatur tentang syarat yang harus dipenuhi nasabah sebelum pembiayaan direalisasikan, misalnya wajib menyampaikan rician penggunaan dana, telah menandatangani pengikatan agunan, agunan telah ditutup asuransinya, dan sebagainya. 6 Klausul tentang affirmative covernant Klausul ini mengatur tentang kewajiban-kewajiban nasabah penerima fasilitas untuk melakukan hal-hal tertentu, agar bank dapat melakukan pengawasan pasif terhadap kegiatan usaha nasabah dan mengantisipasi risiko selama fasilitas pembiayaan sebelum lunas. 7 Klausul tentang negative covenant Klausul ini memuat hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh nasabah penerima fasilitas yang dapat merugikan danatau menimbulkan kesulitan bagi bank selama perjanjian pembiayaan berlaku. 8 Klausul tentang event of default atau trigger clause Klausul ini menetukan suatu peristiwa yang apabila terjadi memberikan hak kepada bank untuk mengakhiri fasilitas pembiayaan secara sepihak dan untuk seketika dan sekaligus managih seluruh outstanding pembiayaan. 9 Klausul tentang agunan pembiayaan dan asuransi barang agunan dengan syarat banker’s clause Klausul ini memuat informasi tentang agunan yang diserahkan oleh nasabah penerima fasilitas kepada bank berikut jenis pengikatannya, agunan pembiayaan dapat berupa barang tetap atau barang bergerak. Barang agunan yang insurable wajib ditutup asuransi dengan syarat banker’s clause oleh nasabah pada asuransi syariah yang disetujui oleh bank dan biaya premi asuransi atas beban nasabah. 10 Klausul tentang pemberian kuasa kepada Bank Klausul kuasa wakalah ini memberikan hak kepada bank untuk mendebit rekening giro danatau rekening nasabah penerima fasilitas lainnya yang ada pada bank untuk pembayaran kewajiban nasabah, misalnya imbalan, denda, biaya asuransi dan ongkos- ongkos lainnya berkenaan dengan pembiayaan. 11 Klausul tentang hak-hak Bank melakukan pengawasan Klausul ini memberikan kewenangan kepada bank untuk melakukan pengawasan, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap pembiayaan yang diberikan, misalnya meminta laporan, melakukan pemeriksaan di tempat on the spot, memasuki gudang, memeriksa pembukuan debitur, dan sebagainya. 12 Klausul tentang penyelesaian perselisihan Klausul ini lazimnya menyatakan bahwa apabila terdapat perselisihan dalam pelaksanaan akad pembiayaan maka akan diselesaikan secara musyawarah dan mufakat terlebih dahulu. Apabila tidak tercapai kesepakatan dalam musyawarah tersebut, maka sengketa akan diselesaikan melalui peradilan umum, peradilan agama, Badan Arbitrase, atau alternatif penyelesaian sengketa. 13 Klausul lain-lain miscellaneous Klausul ini memuat ketentuan-ketentuan lain yang disepakati dalam perjanjian yang dibuat oleh para pihak, misalnya mengenai alamat surat-menyurat antara nasabah dan bank. c. Pada bagian penutup terdiri atas : 1 Pernyataan para pihak tentang tiadanya hal-hal yang membatalkan akad 2 Penandatangan

4. Berakhirnya Akad