Bagian isi akad. Analisis Struktur Akad Pada Akad Murabahah Marjin Bertingkat

2. Bagian isi akad.

a. Klausul definisi Klausul definisi dalam akad murabahah marjin bertingkat terdapat pada Pasal 1 akad ini. Pada Pasal 1 disebutkan 13 tiga belas definisi yang tertuang dalam akad murabahah marjin bertingkat. Definisi- definisi tersebut adalah definisi tentang murabahah , syari’ah, barang, pemasok, pembiayaan, harga beli,marjin keuntungan, surat pengakuan utang, dokumen jaminan, jangka waktu akad, hari kerja Bank, pembukuan pembiayaan, dan cidera janji. Klausul definisi penting dalam akad murabahah marjin bertingkat ini untuk mengefisienkan klausula-klausula selanjutnya karena tidak perlu diadakan pengulangan. b. Klausul objek akad Klausul objek akad dalam akad murabahah marjin bertingkat ini terdapat pada Pasal 2. Dalam Pasal 2, disebutkan harga pokok plafond, marjin, harga jual, angsuran pendahuluan, pembayaran yang diangsur, dan terbilang. Pada Undang-Undang Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008 Pasal 1 angka 25 disebutkan bahwa pembiayaan adalah penyediaan dana 17 . Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam akad pembiayaan, jumlah atau maksimum pembiayaan yang terdiri atas dana yang disediakan Bank beserta marjin yang diperoleh oleh Bank merupakan objek akad pembiayaan. Maka dari itu, berdasarkan hukum positif yang mengatur tentang Perbankan Syariah, objek akad murabahah marjin bertingkat adalah jumlah dana pembiayaan yang disediakan, beserta marjin yang diperoleh Bank, sehingga spesifikasi barang pesanan nasabah bukan menjadi objek akad murabahah marjin bertingkat. Objek akad merupakan salah satu rukun murabahah, yaitu mengenai obyek dalam murabahah. Disebutkannya marjin keuntungan yang diperoleh oleh Bank dan diketahui oleh seluruh pihak merupakan syarat sah murabahah. Pencantuman harga awal yang diketahui nasabah juga merupakan syarat sah murabahah 18 . Klausul ini juga termasuk ke dalam rukun akad, yang harus ada saat akad berlangsung. Klausul ini tidak menjelaskan secara spesifik objek akad yang akan dibiayai oleh Bank. Dalam klausul objek akad pada akad murabahah marjin bertingkat, harus menentukan dan 17 A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012, h.177. 18 Isnawati Rais dan Hasanuddin, Fiqh Muamalat Dan Aplikasinya Pada LKS, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011, h. 102. mencantumkan serta menyebutkan barang yang menjadi objek akad tentang nama barang, wujudjenis, letak, dan banyaknya. Salah satu syarat objek akad adalah objek akad harus jelas 19 . Ketidakjelasan objek akad murabahah marjin bertingkat, telah dilarang oleh Rasulullah. Ketidakjelasan gharar adalah salah satu bentuk distorsi pasar yang sangat dihindari dalam ekonomi Islam, karena akan ada pihak yang terdzalimi. Bentuk dzalim yang akan muncul nanti adalah ketika timbul persengketaan mengenai barang yang menjadi objek akad yang dibeli nasabah, maka Bank akan sulit membawa pada proses litigasi karena objek akad dalam klausul ini hanya berupa jumlah pembiayaan atau besaran uang bukan bentuk barang. Selain itu, syarat lain yang disepakati para fuqaha adalah objek akad harus dimiliki dan dikuasai, sehingga apabila objek akad bukan barang yang dimili dan dikuasai, maka akad menjadi batal batal 20 . c. Klausul jangka waktu pembiayaan Klausul jangka waktu pembiayaan terdapat pada Pasal 4 akad murabahah marjin bertingkat. Klausul jangka waktu ini diatur pada Pasal 1 Undang-Undang Perbankan Syariah dengan sebagian 19 Azharudin Lathif dan Saefudin Arif, Kontrak Bisnis Syariah, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum, 2011, h. 29 20 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqh Islam Wa AdillatuhuI, Depok: Gema Insani, 2011, h. 495. ketentuannya tertulis “setelah jangka waktu tertentu” 21 . Berarti Bank memiliki hak untuk dapat menagih pengembalian dana pembiayaan kepada nasabah baru akan timbul setelah jangka waktu tertentu akad murabahah marjin bertingkat ini. Karenanya, penting menentukkan jangka waktu fasilitas pembiayaan dalam akad murabahah marjin betingkat ini. Mengenai jangka waktu pembiayaan juga diatur dalam KUH Perdata Pasal 1759 dan KUH Perdata 1763. Keduanya menyimpulkan bahwa pengembalian pinjaman harus dikembalikan pada waktu tertentu yang telah ditentukan. Berdasarkan penjelasan tersebut, jangka waktu pembiayaan mutlak harus dicantumkan dalam akad murabahah marjin bertingkat untuk kepastian hukum timbulnya hak Bank untuk menuntut pembayaran dan pelunasan yang telah diberikan kepada nasabah. Sebaliknya, jangka waktu pembiayaan ini mengingatkan nasabah sebagai batas waktu untuk membayar atau melunasi seluruh kewajibannya kepada Bank. d. Klausul tentang representation and warranties Klausul tentang representation and warranties pada akad murabahah marjin bertingkat terdapat pada Pasal 11. Dalam pasal ini 21 A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012, h.178. berisi tentng pernyataan-pernyataan nasabah penerima pembiayaan mengenai fakta-fakta yang menyangkut status hukum dan keadaaan nasabah yang sesungguhnya.Pernyataan-pernyataan tersebut menjadi asumsi Bank dalam mengambil keputusan untuk memberikan pembiayaan 22 . Hal ini bertujuan agar menjamin dan meyakinkan Bank atas data-data yang telah diberikan nasabah kepada Bank merupakan data-data yang benar dan valid. Dalam mengambil keputusan pembiayaan harus sangat hati-hati maka dari itu penting bagi Bank untuk memasikan bahwa data yang diberikan oleh nasabah adalah benar-benar valid tanpa ada rekayasa sedikit pun. e. Klausul tentang pre-disbursment atau conditions precedent Klausul tentang pre-disbursment atau conditions precedent terdapat pada Pasal 3 akad murabahah marjin bertingkat ini. Dalam klausul ini terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi nasabah sebelum akad murabahah marjin bertingkat sebelum realisasi pembiayaan atau pencairan pembiayaan. Syarat-syarat tersebut berupa surat-surat dan dokumen-dokumen penting terkait dengan akad dan pembiayaan ini. 22 A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, h.181. Klausul ini merupakan salah satu upaya prinsip kehati-hatian Bank, sebagai tindakan preventif yang bertujuan untuk mengamankan fasilitas pembiayaan yang disalurkan kepada nasabah 23 . f. Klausul tentang affirmative covernant Klausul tentang affirmative covernant dalam akad murabahah marjin bertingkat terdapat pada Pasal 8. Klausul ini berisi tentang kewajiban-kewajiban nasabah yang harus dilakukan oleh nasabah. Klausul ini menetapkan hal-hal tertentu yang harus diperbuat nasabah. Sehingga memberikan nasabah rasa tanggung jawab untuk tetap menjalankan usahanya sesuai dengan prinsip syariah setelah pencairan pembiayaan dilakukan. Tujuan dari dibuatnya klausul tersebut bagi Bank adalah untuk mengantisipasi resiko yang akan muncul berkenaan dengan kegiatan usaha nasabah yang dapat mempengaruhi kelancaran nasabah dalam melakukan pembayaran dan pelunasan pembiayaan sehingga dapat mengganggu kesehatan dan pertumbuhan Bank. g. Klausul tentang negative covenant Klausul mengenai negative covenant terdapat pada Pasal 12 akad murabahah marjin bertingkat. Terdapat hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh nasabah pembiayaan pada klausul ini. Tujuan klausul 23 A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, h. 182. ini adalah agar nasabah turut serta menjaga kegiatan usahanya untuk terhindar dari hal-hal yang dapat merugikan atau menimbulkan kesulitan bagi Bank selama akad murabahah marjin bertingkat berlangsung 24 . h. Klausul tentang event of default atau trigger clause Klausul tentang event of default atau trigger clause tercantum pada Pasal 9 akad murabahah marjin bertingkat. Klausul ini disebut juga dengan klausul percepatan. Dalam klausul ini disebutkan hal-hal yang dapat menyebabkan Bank harus mengakhiri fasilitas pembiayaan secara sepihak. Klausul ini merupakan pengecualian dari klausul jatuh tempo pembiayaan sehingga sebelum waktu jatuh tempo, pembiayaan dapat dipercepat pelunasannya jika terjadi hal-hal yang disebutkan dalam klausul akad. Dapat disimpulkan bahwa pada klausul ini disebutkan bentuk-bentuk wanprestasi nasabah. Apabila nasabah melakukan salah satu bentuk wanprestasi ini, maka Bank dapat mengakhiri secara sepihak dan meminta percepatan pembayaran atau pelunasan pembiayaan. i. Klausul sanksi Klausul mengenai sanksi terdapat pada Pasal 10 akad murabahah marjin bertingkat. Dalam klausul ini mengatur tentang 24 A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, h. 183. sanksi yang akan diterima oleh nasabah jika nasabah melakukan wanprestasi yang telah disebutkan pada klausul percepatan. j. Klausul tentang agunan pembiayaan dan asuransi barang agunan dengan syarat banker’s clause Klausul mengenai agunan pembiayaan dan asuransi barang agunan dengan syarat banker’s clause terdapat pada Pasal 14 akad murabahah marjin bertingkat. Barang agunan yang insurable wajib ditutup asuransi dengan syarat banker’s clause. Banker’s clause adalah apabila terjadi resiko terhadap barang agunan, Bank berhak menerima hasil klaim untuk diperhitungkan dengan dengan sisa outstanding pembiayaan termasuk seluruh kewajiban nasabah kepada Bank berupa biaya-biaya yang terutang bila ada. k. Klausul tentang pemberian kuasa kepada Bank Klausul tentang pemberian kuasa kepada Bank tercantum pada Pasal 5 dan Pasal 6 akad murabahah marjin bertingkat. Dalam klausul ini dijelaskan bahwa Bank berhak mendebit rekening nasabah atau rekening nasabah pada Bank lain untuk pembayaran atau pelunasan pembiayaan yang telah diatur dalam KUH Perdata Pasal 1813, 1814, dan 1816. Kuasa tersebut juga termasuk pada biaya-biaya yang berkaitan dengan pembiayaan yang dilakukan pembayarannya oleh nasabah melalui Bank. Selain itu, adanya klausul ini adalah untuk mengefisienkan waktu karena tidak perlu adanya surat kuasa khusus yang dibuat oleh nasabah kepada Bank untuk mendebit rekening nasabah pada Bank l. Klausul tentang hak-hak Bank melakukan pengawasan Klausul yang membahas tentang hak-hak Bank melakukan pengawasan tercantum pada Pasal 15 akad murabahah marjin bertingkat. Dalam klausul ini disebutkan bahwa Bank berhak melakukan pengawasan terhadap hal-hal yang berkaitan dalam pembiayaan ini. Hal ini merupakan upaya monitoring Bank setelah pencairan pembiayaan agar Bank dapat mengamankan pembiayaan yang telah dikucurkan. m. Klausul jaminan pemilikan Klausul berkenaan dengan jaminan pemilikan terdapat pada Pasal 7 akad murabahah marjin bertingkat. Dalam klausuul ini berisi tentang jaminan-jaminan yang diberikan nasabah untuk terlaksananya pembiayaan ini. Besarnya jaminan disesuaikan dengan besarnya pembiayaan yang akan dilakukan. Tujuan adanya klausul jaminan pemilikan bagi nasabah adalah bukti bahwa nasabah bersungguh- sungguh dalam melakukan pembiayaan pada Bank, dan berniat menyelesaikan kewajibannya kepada Bank. Bagi Bank, adanya klausul jaminan pemilikan adalah upaya Bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan. n. Klausul spesifik Klausul spesifik dalam akad murabahah marjin bertingkat terdapat dalam Pasal 13 dan Pasal 17. Klausul-klausul ini mengatur tentang hal-hal yang spesifikkhusus yang dikehendaki kedua belah pihak yang dituangkan dalam akad murabahah marjin bertingkat. o. Klausul pemilihan hukum dan domisili Klausul mengenai pemilihan hukum dan domisili tercantum pada Pasal 16 akad murabahah marjin bertingkat. Dalam klausul ini menyebutkan cara-cara persengkataan yang muncul dikemudian hari. Penyelesaian sengketa dilakukan secara non-litigasi dan litigasi. Penyelesaian litigasi dilakukan secara musyawarah untuk mufakat, sedangkan cara litigasi dengan menunjuk lembaga berwenang untuk menyelesaikan perselisihan. p. Klausul lain-lain miscellaneous Klausul lain-lain terdapat pada Pasal 18 akad murabahah marjin bertingkat. Dalam klausul ini berisi tentang alamt surat-menyurat Bank dan nasabah.

3. Bagian penutup akad.