Pengertian Remaja Akhlak Remaja

17

2. Keberagamaan Remaja

Pertumbuhan tentang arti ajaran agama sejalan dengan pertumbuhan kecerdasan manusia. Manusia diciptakan Allah dalam struktur yang paling baik diantara makhluk Allah yang lain. Struktur manusia terdiri dari unsur jasmaniah dan rohaniah. Dalam struktur jasmaniah dan rohaniah itu, Allah memberikan seperangkat kemampuan dasar yang memiliki kecenderungan berkembang, dalam psikologi disebut potensialitas. Dalam pandangan Islam kemampuan dasar atau pembawaan itu disebut fitrah. Ajaran-ajaran agama pada dasarnya telah diterima oleh seseorang pada masa kecilnya. Dan apa yang tumbuh dan berkembang dari masa kecil itulah yang menjadi pedoman terhadap pengalaman-pengalaman yang dirasakannya. Pertumbuhan tentang ide-ide agama sejalan dengan perkembangan kecerdasannya. Pengertian-pengertian tentang hal abstrak, seperti tentang akhirat, syurga neraka dan lain-lainnya baru dapat diterima apabila perkembangan kecerdasannya telah memungkinkannya untuk itu. Menurut Sururin di dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama, “ekspresi dan pengalaman beragama pada remaja dapat dilihat dari sikap-sikap beragama”. Adapun sikap-sikap remaja dalam beragama, yaitu: 17 a. Percaya dengan ikut-ikutan. b. Percaya dengan kesadaran. c. Percaya tetapi agak ragu-ragu. d. Tidak percaya atau cenderung pada ateis. Dari pendapat di atas bahwa ada satu sikap yang bisa membawa anak remaja kepada kebaikan dalam beragama yaitu percaya dengan kesadaran, sedangkan yang tiga lainnya cenderung kepada kurang baik dalam sikap beragama pada remaja. Dengan kesadaran remaja maka akan timbul semangat dalam beragama. Semangat ini harus yang positif sehingga remaja merasakan akan nikmatnya beribadah kepada 17 Sururin, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2004, cet. 1, h. 72-77. Lihat Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama…, h. 106-122 18 Tuhan serta dapat membersihkan agama dari segala macam hal yang mengurangi kemurnian agama. Remaja yang mendapatkan didikan agama dengan cara yang tidak memberi kesempatan untuk berfikir logis dan mengkritik pendapat-pendapat yang tidak masuk akal, disertai pula oleh kehidupan lingkungan dan orang tua, yang juga menganut agama yang sama, maka kebimbangan pada masa remaja itu agak kurang. 18 Di antara sebab-sebab atau sumber-sumber kegoncangan emosi pada remaja adalah konflik atau pertentangan-pertentangan yang terjadi pada remaja dalam kehidupan, baik yang terjadi pada dirinya sendiri, maupun yang terjadi dalam masyarakat umum atau di sekolah. 19 Perkembangan agama pada remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan jasmani dan rohaninya. Menurut W. Starbuck yang dikutip dari Jalaluddin dan Ramayulis di dalam bukunya Pengantar Ilmu Jiwa Agama, perkembangan rohani dan jasmani anak adalah sebagai berikut: 20 a. Pertumbuhan pikiran dan mental b. Perkembangan perasaan c. Pertimbangan sosial d. Perkembangan moral e. Sikap dan minat f. Ibadah Sedangkan menurut Robert H. Thoules, ada empat faktor keberagamaan remaja, yang dikutip oleh Sururin di dalam bukunya Ilmu Jiwa Agama, yaitu: a. Pengaruh-penagruh sosial b. Berbagai pengalaman c. Kebutuhan, dan 18 Heny Narendrany Hidayati dan Andri Yudiantoro, Psikologi Agama, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2007, cet. ke-1, hal. 119-120. 19 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 2005, cet. ke-17, h. 91. 20 Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 1998, cet. ke-4, h. 39-41. 19 d. Proses pemikiran 21 Pembinaan kehidupan beragama remaja biasanya berada pada pada masa remaja akhir, yang mana mempunyai ciri-ciri tersendiri. Adapun ciri-ciri tersebut adalah: 22 a. Pertumbuhan jasmani berjalan dengan cepat. b. Pertumbuhan kecerdasan hampir selesai. c. Pertumbuhan pribadi belum selesai. d. Pertumbuhan jiwa sosial yang masih berjalan Prof. Dr. Hj. Zakiah Darajat mengemukakan tentang konflik yang dialami oleh remaja adalah sebagai berikut: a. Konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dan kebutuhan untuk bebas dan merdeka. b. Koflik antara kebutuhan akan bebas dan ketergantungan kepada orang tua. c. Konflik antara kebutuhan seks dan ketentuan agama serta nilai sosial. d. Konflik nilai-nilai. 23 Dari pendapat Zakiah Darajat, bahwa dengan konflik-konflik tersebut dapat menimbulkan tentang keberagamaan seseorang itu. Semakin bagus pemikirannya tentang keberagamaan maka akan mewujudkan keberagamaan yang baik. Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa keberagamaan pada remaja harus dibentengi dengan kesadaran dan pemikiran remaja untuk hal yang baik. Sehingga keberagamaan tersebut dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari- hari.

3. Pengertian Akhlak

Pengertian akhlak menurut bahasa, kata akhlak dalam bahasa Indonesia berasal dari kosakata bahasa Arab akhlaq yang merupakan bentuk jamak dari kata Khuluq 21 Sururin, Ilmu …, h. 79 22 Zakiah Daradjat, Ilmu …, h. 142-144 23 Zakiah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, Bandung: Ruhama, 1994, cet. 1, h. 60- 62. 20 yang berarti al-Sajiyyah perangai, al-Tabi’ah watak, al-‘Adah kebiasaan, dan al- Din keteraturan. 24 Menurut Louis Ma’luf, kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari kata khuluk di dalam kamus al-Munjid Fil Lughati wa ‘Alam yang artinya adalah “Akhlak adalah tabiat, budi pekerti, perangai, tingkah laku adat atau kebiasaan”. 25 Akhlak merupakan tujuan dari pendidikan Islam, karena akhlak merupakan perbuatan manusia yang baik yang harus dikerjakan dan perbuatan yang harus dihindari dalam pergaulan dengan Tuhan, manusia dan makhluk alam sekelilingnya oleh kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai dan moral. 26 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukakan bahwa pengertian akhlak adalah “budi pekerti, watak, tabiat”. 27 Adapun akhlak dari segi terminologi istilah, sebagaimana tertulis dalam Ensiklopedia Pendidikan bahwa “akhlak adalah budi pekerti, watak, kesusilaan kesadaran, etika dan moral yaitu kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang benar terhadap Khaliknya dan terhadap sesama manusia”. 28 Pengertian akhlak menurut Ibnu Atsir dalam bukunya al-Nihayah menerangkan “Hakikat makna khuluk itu adalah gambaran batin manusia yang tepat yaitu jiwa dan sifatnya, sedangkan khalqun merupakan gambaran bentuk luarnya raut muka, tinggi rendahnya tubuh, dan lain sebagainya”. 29 Sedangkan menurut Khalil Al-Musawi “bahwa kata akhlak berasal dari akar kata khalaqa yang berarti lembut, halus, dan lurus juga dapat di artikan bergaul dengan akhlak yang baik”. 24 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, Etika Berkeluarga, Bermasyrakat dan Berpolitik Tafsir Al-Qur’an Tematik, Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an, 2009, cet. 1, h. 1. 25 Louis Ma’luf, Kamus Munjid Asy-Syarkiyah, Beirut: al-Maktabah Asy-Syarkiyah, cet.ke-28, hal. 194. 26 Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, cet.ke-3, hal. 5. 27 WJS Poerwardaminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002, cet.ke-3 hal. 15. 28 Soegarda Poerbakawatja, Ensiklopedia Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1976, h. 9. 29 A. Musthofa, Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 1997, cet.ke-1, h. 11.