secara retrospektif, dimana bila terjadi peningkatan titer antibodi sebesar 4 kali lipat atau lebih dapat merupakan pertanda adanya
infeksi akut influenza. Biasanya diperlukan waktu 10-14 hari setelah onset gejala dimulai agar dapat dideteksi adanya peningkatan titer
antibodi.
1,23
Metode lain yang juga memanfaatkan prinsip imunologi adalah pemeriksaan antigen virus dari apusan nasal ataupun tenggorokan
dengan metode rapid antigen detection atau lebih dikenal dengan rapid test. Metode ini dapat mendeteksi adanya antigen virus
influenza, sehingga dapat mendeteksi adanya infeksi influenza A atau B dalam waktu yang relatif singkat.
1,3
Saat ini, metode ini yang paling umum disepakati sebagai baku emas diagnosis infeksi virus influenza adalah dengan metode
pemeriksaan PCR, yang akan mendeteksi materi asam nukleat virus dari bahan sampel. Metode Reverse Transcryptase PCR RT PCR
supaya sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dan saat ini sudah menggantikan metode kultur sebagai baku emas diagnosis influenza.
1
2.12 Diagnosis banding
Pada keadaan wabah influenza berupa keadaan epidemi lokal, diagnosis influenza secara klinis mempunyai akurasi yang cukup baik.
Dalam kondisi normal atau hanya dijumpai keadaan infeksi inrluenza yang sporadik , seringkali sulit membedakan influenza dengan berbagai
Universitas Sumatera Utara
kasus infeksi saluran nafas lainnya. Berbagai virus selain influenza seperti virus Parainfluenza, RSV, Adenovirus, Enterovirus, Coronavirus,
Rhinovirus atau Metapneumovirus dapat memberikan gambaran klinis yang mirip dengan influenza. Bahkan faringitis Streptococcal dan
pneumonia bakterial fase awal dapat memberikan gambaran klinis yang mirip dengan influenza. Namun adanya sputum yang purulen dapat
menjadi petunjuk diagnostik yang penting untuk membedakan antara influenza dengan pneumonia bakterial
.
1,10,11
2.13 Pengobatan
Pada kasus influenza yang tidak berkomplikasi ataupun tanpa penyakit komorbid lainnya, dianjurkan utuk dilakukan terapi
simptomatis saja. Pemberian asetaminofen dapat berguna untuk menurunkan demam, mengurangi sakit kepala dan mialgia. Akan
tetapi pemberian salisilat harus dihindari pada anak berusia kurang dari 18 tahun karena kekuatiran akan terjadinya efek samping Reye’s
syndrome. Bila batuk yang dialami pasien cukup mengganggu dapat diredakan dengan pemberian kodein. Pasien sebaiknya dianjurkan
untuk beristirahat dengan cukup dan menjaga hidrasi yang cukup. Saat ini tersedia dua golongan obat anti infuenza yaitu golongan
neuraminidase inhibitor dan golongan adamantane. Yang termasuk
Universitas Sumatera Utara
golongan adamantane adalah amantadin dan rimantadin. Laporan surveilans dan penelitian influenza di banyak negara sepanjang tahun
2005 sampai dengan 2006 menyebutkan bahwa 90 virus H3N2 yang diisolasi ternyata telah resisten terhadap amantadin dan
rimantadin. Hal ini menyebabkan tidak lagi direkomendasikan saat ini, meskipun dapat dipastikan bahwa obat ini masih akan dapat dipakai
lagi manakala sensitivitas virus influenza terhadap obat ini sudah membaik atau bila uji resistensi virus menunjukkan hasil yang
sensitif.
1,3,26
Obat golongan neuraminidase inhibitor yaitu zanamivir dan oseltamivir baik terhadap influenza A maupun influenza B. Oseltamivir
diberikan per oral dengan dosis 75 mg dua kali sehari selama 5 hari, sedangkan zanamivir diberikan per inhalasi, 10 mg dua kali sehari
selama 5 hari. Bila diberikan dalam kurun waktu kurang dari 2 hari setelah onset gejal mulai maka obat ini akan dapat mengurangi gejala
influenza menjadi lebih singkat 1-5 sampai dengan 2 hari dibandingkan bila tanpa mengkonsumsinya. Zanamivir dapat
menimbulkan efek samping bronkospasme pada pasien asma, sementar oseltamivir dilaporkan bisa menimbulkan efek samping
mual dan muntah.
1,4
Pengobatan dengan amantadin dan rimantadine dapat diberikan pada influenza A yang sensitif dan bila diberikan dalam
waktu kurang dari 48 jam setelah onset gejala mulai terjadi maka
Universitas Sumatera Utara
akan dpat mengurangi durasi gejala dan tanda influenza sampai dengan 50. Dosis amantadin dan rimantadin adalah 200 mghari
selama 7 hari. Efek samping yang mungkin terjadi akibat pemakaian amantadin adalah gangguan SSP ringan seperti ansietas, insomnia
ataupun gangguan konsentrasi. Rimantadin juga dapat menimbulkan efek samping yang mirip dengan amantadin dengan frekuensi yang
lebih jarang
. 1,3
Obat lain yang masih diteliti untuk penanganan influenza adalah ribavirin. Beberapa laporan peneliitan menyebutkan efektifitas
yang bervariasi dalam penanganan influenza, sehingga pemakaiannya sampai saat ini masih belum direkomendasikan.
1
Pemberian obat antibiotik sebaiknya diberikan pada kasus influenza yang mengalami komplikasi pneumonia bakterial. Pilihan
terapi sebaiknya disesuaikan dengan hasil pemeriksaan mikrobiologis dan test uji sensitivitas. Jika etiologinya masih belum dapat ditentukan,
dapat diberikan terapi antibiotik empirik yang disesuaikan dengan mikroorganisme tersering sebagai penyebab pneumonia bakterial
yaitu S. Pneumoniae, S. Aureus dan H. Influenzae
1
.
2.14 Pencegahan