Prinsip Dasar Polymerase Chain Reaction PCR

Pada daerah yang tidak dilakukan surveilans influenza rekomendasi WHO adalah: 30 • Pada daerah yang tidak diketahui aktifitas influenza penggunaan rapid test untuk diagnosis tidak direkomendasikan. • Jika rapid test digunakan, hasil positif atau negatif harus dikonfirmasi dengan IFA, kultur virus atau RT-PCR.

2.16 Prinsip Dasar Polymerase Chain Reaction PCR

Polymerase Chain Reaction adalah suatu teknik sintesis dan amplifikasi DNA secara in vitro. Proses tersebut mirip dengan proses replikasi DNA di dalam sel. Polymerase Chain Reaction membutuhkan templat untai DNA ganda yang mengandung DNA target yang diamplifikasi, enzim DNA polimerase, nukleotida trifosfat dan sepasang primer oligonukleotida. Untuk merancang urutan primer, perlu diketahui urutan nukleotida pada awal dan akhir DNA target. Primer oligonukleotida tersebut disintesis menggunakan alat yang disebut DNA synthesizer. Pada kondisi tertentu, kedua primer menempel pada untai DNA komplemennya yang terletak pada awal dan akhir DNA target. Kedua primer tersebut masing-masing mengenali kedua untai DNA dan berfungsi menyediakan gugus hidroksil bebas pada karbon. Setelah kedua primer menempel pada DNA templat, DNA polimerase mengkatalisis proses pemanjangan Universitas Sumatera Utara kedua primer dengan menambahkan nukleotida yang komplemen dengan urutan nukleotida templatnya. 32,36 PCR melibatkan banyak siklus yang masing-masing terdiri dari tiga tahap berurutan, yaitu denaturasi templat, penempelan pasangan primer pada untai ganda DNA target dan pemanjangan primer. Denaturasi DNA templat pada siklus pertama dilakukan pada temperatur 94-100°C untuk memisahkan kedua untai DNA genom secara sempurna, sehingga kedua primer menempel setelah penurunan temperatur. Untuk siklus selanjutnya, denaturasi dilakukan pada temperatur 90-95°C tetapi optimalisasi perlu dilakukan untuk reaksi thermocycler dan tabung reaksi berbeda. Pada tahap kedua, temperatur diturunkan sampai 37-60°C tergantung pada primer yang digunakan sehingga kedua primer menempel pada untai DNA target. Tahap ini menentukan spesifisitas PCR. Setelah primer menempel pad DNA target, DNA polimerase mengkatalisis penambahan nukleotida yang biasanya dilakukan pada temperatur 72°C, yang merupakan temperatur optimum untu TaqAmplitaq DNA polimerase. Lama tahap pemanjangan tergantung pada panjang DNA yang diamplifikasi. Seringkali tahap pemanjangan terakhir dilakukan lebih lama sampai 10 menit untuk menjamin agar semua molekul produk amplifikasi telah dipanjangkan secara sempurna. 34,36 Universitas Sumatera Utara Pada akhir siklus pertama, target DNA jumlahnya menjadi dua kali lebih banyak ari jumlah semula. Siklus diulangi kembali, dimulai dengan tahap denaturasi, penempelan dan pemanjangan primer. Produk hasil sintesis pada akhir setiap siklus berfungsi sebagai templat dalam siklus selanjutnya, sehingga fragmen DNA diamplifikasi secara eksponensial. Jumlah siklus biasanya antara 25 dan 35, tetapi umumnya 30. Jumlah siklus lebih dari 35 tidak menaikkan jumlah produk yang tidak spesifik. Pad akhir PCR diperoleh amplifikasi sebanyak 10 6 – 10 9 kali jumlah DNA target awal. 34,36 Untuk mengaplikasi RNA digunakan suatu tehnik yang melibatkan transkripsi balik reverse transcription dan PCR. RNA pertama-tama diubah terlebih dahulu menjadi DNA menggunakan suatu enzim yang mengkatalisis sintesis DNA dari RNA reverse transcriptase. Secara keseluruhan metode ini disingkat menjadi RT- PCR. Setelah DNA terbentuk disebut cDNA maka DNA tersebut diamplifikasi dengan enzim DNA polimerase. PCR mengamplifikasi DNA, maka patogen yang mati dapat memberikan hasil positif. RT- PCR yang ditujukan untuk mengamplifikasi RNA mRNA, tRNA, dan rRNA hanya memberikan hasil positif bila patogen hidup. Hal ini disebabkan karena kestabilan mRNA, tRNA, dan rRNA yang relatif rendah dibandingkan dengan DNA. RT-PCR juga dapat digunakan untuk mendeteksi virus bergenom RNA. 33,34,35 Universitas Sumatera Utara

2.17 Prosedur Pengambilan dan Pengiriman Sampel PCR