menjelaskan mengapa varian influenza B lebih sedikit dibandingkan influenza A, dan endemi oleh karena influenza B muncul lebih jarang
dibandingkan endemi oleh karena influenza A. Sebagai tambahan, influenza B tidak mempunyai binatang reservoar dan hanya
mempunyai satu subtipe HA dan NA sehingga tidak mempunyai potensi untuk menimbulkan pandemi
.28,29
2.9.2 Kaitan antigenic shifting dengan proses pandemi influenza
Sejak diisolasi pertama kali pada tahun 1933, antigenic shifting pada virus influenza telah terjadi beberapa kali. Yang pertama terjadi
pada tahun 1957, ketika subtipe H2N2 Asian influnza menggantikan keberadaan subtipe H1N1; selanjutnya tahun 1968 ketika virus
influenza Hongkong H3N2 muncul dan menggantikan keberadaan subtipe H2N2; dan terakhir tahun 2009 ketika wabah flu Mexico H1N1
strain baru muncul.
1,33
Taunberger 2005 dalam penelitiannya di bidang arkeologi filogenetika virus, mendapatkan bahwa virus H1N1 1918 muncul
bukanlah sebagai akibat proses reassortment antar virus influenza, melainkan murni akibat mutasi virus influenza avian sehingga virus
tersebut menjadi bisa menginfeksi manusia dan bertransmisi antar manusia. Hal ini terbukti dengan analisa genetika bahwa 8 segmen
RNA virus H1N1 1918 mempunyai kesamaan dengan segmen RNA virus influenza avian. Diduga mutasi terjadi tidak hanya pada segmen
Universitas Sumatera Utara
RNA pengkode HA dan NA, tetapi juga pada segmen RNA PA, PB1 dan PB2 sehingga transmisi antar manusia dapat terjadi.
1,33
Sementara virus influenza A H2N2 1957 muncul sebagai akibat reassortment antara H1N1 1918 dengan H2N2 avian. Influenza A
H2N2 mendapatkan segmen RNA HA, NA dan PB1 dari virus avian H2N2 dan sisa 5 segmen RNA lain dari subtipe H1N1 1918 yang
telah ada sebelumnya.
27
Gbr.4 Mekanisme terjadinya pandemi virus influenza
30
Pandemi influenza 1968 yang terjadi di Hongkong diakibatkan oleh reassortment baru yang memunculkan virus influenza A H3N2.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa virus H3N2 mendapatkan
Universitas Sumatera Utara
segmen HA dan PB1 dari virus influenza avian H3 dan segmen lainnya dari subtipe H2N2.
28
Pandemi pada tahun 1977 yang dimulai di Rusia terjadi akibat munculnya kembali subtipe H1N1 1918 yang selama hampir 30 tahun
tidak pernah beredar. Diduga virus ini tersembunyi pada hewan reservoar, tersimpan dalam keadaan frozen state atau tersembunyi
pada mikroorganisme tingkat rendah yang masih belum teridentifikasi jenisnya hingga saat ini. Hal ini terbukti dengan fakta bahwa semua
segmen RNA pada H1N1 1977sama persis dengan segmen RNA pada H1N1 1918.
1,6
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa ada tiga mekanisme penyebab terjadinya pandemi influenza di dunia yaitu 1.akibat proses
mutasi pada segmen genetika virus influenza non manusia hingga dapat menginfeksi manusia, 2. mekanisme reassortment dan 3.
mekanisme pemunculan kembali subtipe yang telah lama hilang dimana pada ketiga keadaan tersebut sistem imunitas manusia tidak
dapat memberikan proteksi.
6
Mekanisme akibat mutasi pada segmen genetik virus tertentu terjadi pada kasus H7N7 Inggris, H9N2
Hongkong, H10N7 Mesir dan yang paling mematikan serta mengakibatkan pandemi yaitu influenza A H5N1 Hongkong.
Keseluruhan transmisi virus diatas hanyalah terjadi antara avian dengan manusia, serta mutasi yang terjadi tidaklah sampai pada tahap
yang memungkinkan terjadinya transmisi manusia ke manusia.
28,36
Universitas Sumatera Utara
Virus influenza avian H5N1 bersifat sangat patogen terhadap unggas dan telah menjadi penyebab endemi pada peternakan-
peternakan unggas di negara-negara Asia. Baru pada tahun 1997 di Hongkong ditemukan pertama sekali KLB H5N1 pada manusia
dengan angka mortalitas 50, angka insidensi pneumonia mencapai 71 dan angka rawatan di ICU mencapai 80. Analisa genetik
menunjukkan bahwa keseluruhan segmen RNA virus H5N1 berasal dari virus influenza avian, sekaligus sebagai bukti bahwa telah terjadi
mutasi pada virus H5N1 avian yang memungkinkan transmisi dari avian ke manusia.
28,33
Gbr. 5. Mekanisme reassortment pada virus influenza A H1N1 Mexico swine flu
24
Universitas Sumatera Utara
Hingga saat ini infeksi H5N1 telah mengakibatkan pandemi di dunia dengan melibatkan berbagai negara mulai dari China, Mongolia,
Khazakstan, Rusia, Vietnam, Thailand, negara-negara Eropa, Timur Tengah dan juga Indonesia. Angka case fatality rate akibat H5N1
diperkirakan mencapai lebih dari 60. Sejak pemunculannya pada tahun 1997, virus H5N1 terus mengalami perubahan antigenic drifting,
hingga dikenal ada 2 clade H5N1, yaitu clade 1 tersebar di Kamboja, Thailand dan Vietnam antara 1997-2006 dan clade 2 beredar di China,
India, Timur Tengah, Eropa dan Indonesia mulai dari 2003 sampai dengan sekarang.
30
Kombinasi perubahan antigenic shifting yang terakhir dari virus influenza A terjadi pada bulan April 2009 dimana dijumpai strain baru
influenza A H1N1 di Mexico. Hingga bulan Mei 2009, H1N1 Mexico Swine Flu telah menyebar di 43 negara dengan 12.515 kasus
terlaporkan dan 91 diantaranya berujung dengan kematian.
22
Analisa genetik menunjukkan bahwa H1N1 Mexico merupakan reassortment antara H3N2 babi yang terdapat di Amerika Utara dan
virus influenza babi dari Eropa yang beredar pada tahun 1992. Segmen RNA PA, PB1, PB2, HA, NP dan NS dari H1N1 Mexico
berasal dari virus H1N2 babi di Amerika Utara. Virus H1N2 babi ini sendiri merupakan reassortment dari virus klasik H1N1 babi, H3N2
manusia dan virus influenza avian yang masih belum dapat diidentifikasi. Sedangkan segmen NA dan NP dari virus H1N1 Mexico
Universitas Sumatera Utara
berasal dari virus influenza A babi yang terdapat di Eropa pada tahun 1992. Diduga proses reassortment ini muncul sebagai akibat infeksi
lebih dari 1 macam virus influenza di babi disertai dengan tambahan mutasi tertentu yang memungkinkan virus H1N1 Mexico dapat
menular ke manusia dan bertransmisi antar manusia.
24
2.10 Gambaran klinis