Kemampuan propolis sebagai antioksidan dapat menangkap radikal hidroksi dan superoksida kemudian menetralkan radikal bebas sehingga
melindungi sel dan mempertahankan keutuhan struktur sel dan jaringan serta dapat melindungi membran lipid terhadap reaksi yang merusak. Bankova
2005, menambahkan bahwa ekstrak propolis berperan sebagai antioksidan karena mengandung asam kafeat dan asam fenolat beserta esternya. Menurut
Masaharu dan Yong 1998, aktivitas antioksidan tertinggi dihasilkan dari ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol. Flavonoid yang terekstrak
adalah kaemferida flavonol, aksetin flavon dan isoramnetin. Biasanya untuk memanen propolis Trigona dilakukan dengan cara
mengambil sarangnya. Sarang pembungkus madu yang kaya propolis, dipotong menjadi beberapa bagian kecil. Selanjutnya, masing-masing potongan diperas
hati-hati agar madunya keluar. Madunya ditampung, sementara sarangnya propolis dikumpulkan. Propolis ini disebut dengan propolis mentah raw
propolis. Propolis yang diperoleh dengan cara ini memang tidak murni, masih tercampur dengan bahan lain, seperti sarang lebah, roti lebah, madu, royal jelly,
dan polen. Pemurnian dengan cara dilarutkan menggunakan air panas dan disaring kain tidak dianjurkan. Cara ini dapat merusak komponen aktif propolis
karena propolis rusak pada suhu 70
o
C atau lebih Mahani, dkk., 2011.
2.1.2 Kriteria mutu propolis mentah
Hingga kini, Standar Nasional Indonesia SNI belum mengeluarkan standar mutu propolis mentah yang diperdagangkan di Indonesia. Namun
berdasarkan transaksi di lapangan, kriteria mutu propolis mentah sangat
Universitas Sumatera Utara
sederhana, itupun belum ada kesepakatan tingkatan mutunya. Biasanya, penampung atau perusahaan pembeli propolis mentah memiliki kriteria
tersendiri dalam penentuan mutu propolis. Termasuk soal harganya. Namun, untuk memperoleh propolis mentah yang murni dari Trigona sangat sulit. Pasti
tercampur dengan bahan lainnya Mahani, dkk., 2011.
2.1.3 Teknologi ekstraksi
Propolis dalam bentuk mentah raw propolis belum bisa dimanfaatkan khasiatnya karena masih terselimuti dengan berbagai bahan. Komponen
aktifnya harus dipisahkan dan dikeluarkan dengan cara ekstraksi. Hingga kini belum ada standarisasi tentang konsentrasi, metode ekstraksi, dan jenis pelarut
yang akan dipakai. Cara ekstraksi yang paling umum adalah menggunakan pelarut organik. Berikut ini jenis pelarut organik yang biasa digunakan untuk
mengekstrak propolis Mahani, dkk., 2011. Proses ekstraksi yang baik adalah polaritas pelarut sesuai dengan
polaritas propolis, pelarut mudah diuapkandipisahkan, suhu penguapanpemisahan tidak merusak propolis dan kedap udara untuk
menghindari kerusakan akibat oksidasi. 1. Pelarut polar
Pelarut polar yang melimpah di alam adalah air. Jika pelarut jenis ini digunakan, komponen aktif yang terekstrak juga bersifat polar. Namun
ekstraksi menggunakan air membutuhkan suhu tinggi karena propolis tidak larut air pada suhu kamar. Suhu ekstraksi menggunakan air sekitar 90-120
o
C.
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan ekstraksi ini murah dan bisa menggunakan peralatan sederhana. Namun, memiliki beberapa kelemahan, antara lain komponen aktif
yang terlarut bersifat polar. Padahal komponen polar pada propolis relatif memiliki aktivitaskhasiat lebih rendah. Selain itu suhu tinggi melebihi 70
o
C akan merusak propolis.
Cara ekstraksi: • Bongkahan propolis mentah dipotong-potong menjadi ukuran kecil.
• Masukkan potongan propolis kedalam air mendidih, aduk-aduk hingga larut.
• Biarkan hingga dingin suhu ruang. • Akan terbentuk cairan berwarna coklat di atas, dan endapan di bawah.
• Cairan disaring menggunakan kertas saring, lalu ditampung dalam wadah steril, kedap udara dan kedap cahaya.
• Cairan yang tertampung merupakan fraksi propolis larut air senyawa polar.
• Cairan ini dipekatkan menggunakan rotary evaporator, sehingga memungkinkan menguapkan air di bawah suhu titik didih air dan kedap
udara. Proses ini akan menghasilkan propolis kental berbentuk pasta. • Jika ingin dibuat propolis cair, pasta propolis diencerkan dengan cairan
glikol sesuai konsentrasi yang diinginkan. • Jika ingin dibuat tepung selanjutnya dibuat menjadi kapsul, tablet,
kaplet, pasta propolis yang masih encer ditambahkan bahan pengisi,
Universitas Sumatera Utara
misalnya pati, dekstrin, dan maltodekstrin. Jumlah pengisi yang ditambahkan sesuai konsentrasi yang diinginkan.
2. Pelarut non polar Pelarut yang bersifat non polar biasanya dari golongan minyak.
Tergolong katergori ini, yaitu minyak zaitun, VCO, minyak kelapa, minyak sawit, dan glikol. Ekstraksi menggunakan pelarut non polar bisa dilakukan
pada suhu kamar. Komponen aktif yang terbawa berupa senyawa non polar. Komponen aktif dari golongan ini memiliki aktivitaskhasiat yang lebih tinggi
dibandingkan komponen polar. Kelemahan menggunakan pelarut minyak adalah titik uap minyak yang
tinggi, sehingga proses penguapan pelarut dari propolis relatif sulit. Cara ekstraksi:
• Bongkahan propolis mentah dipotong-potong menjadi ukuran kecil. • Masukkan potongan propolis kedalam tabung erlenmeyer, lalu
tambahkan minyak hingga terendam. Rendam dan kocoklah hingga larut. Proses perendaman sekitar 7 hari, setiap hari dikocok sekitar 30
menit. • Akan terbentuk cairan berwarna coklat di atas, dan endapan ampas di
bawah. • Cairan disaring menggunakan kertas saring, lalu ditampung dalam
wadah steril, kedap udara dan kedap cahaya. • Cairan yang tertampung merupakan fraksi propolis larut minyak
senyawa non polar.
Universitas Sumatera Utara
• Cairan ini dipekatkan menggunakan rotary evaporator, sehingga memungkinkan menguap minyak di bawah suhu titik didih air dan
kedap udara. Proses ini akan menghasilkan propolis kental berbentuk pasta. Proses penguapan minyak ini akan relatif sulit karena titik uap
minyak di atas 150
o
C. • Jika ingin dibuat propolis cair, pasta propolis diencerkan dengan cairan
glikol sesuai konsentrasi yang diinginkan. • Jika ingin dibuat tepung selanjutnya dibuat menjadi kapsul, tablet,
kaplet, pasta propolis yang masih encer ditambah bahan pengisi misalnya pati, dekstrin, dan maltodekstrin. Jumlah pengisi yang
ditambahkan sesuai konsentrasi yang diinginkan. 3. Pelarut semi polar
Pelarut yang bersifat semi polar yang populer adalah etanol. Pelarut ini paling umum digunakan untuk mengekstrak komponen aktif dari bahan alam,
termasuk untuk mengekstrak propolis. Pelarut ini memiliki sejumlah kelebihan yaitu komponen yang terbawa berasal dari golongan polar dan non polar
sekaligus sehingga komponen yang terbawa lebih banyak dan beragam. Selain itu, potensi khasiat propolis yang dihasilkan lebih baik. Pelarut ini juga mudah
diuapkan sehingga kemungkinan masih tertinggal sangat kecil. Artinya, propolis yang dihasilkan benar-benar bebas pelarut.
Cara ekstraksi: • Bongkahan propolis mentah dipotong-potong menjadi ukuran kecil.
Universitas Sumatera Utara
• Masukkan potongan propolis kedalam tabung erlenmeyer, lalu tambahkan etanol hingga terendam. Rendam dan kocoklah hingga larut.
Proses perendaman sekitar 7 hari, setiap hari dikocok sekitar 30 menit. • Akan terbentuk cairan warna coklat di atas dan endapan ampas di
bawah. • Cairan disaring menggunakan kertas saring, lalu ditampung dalam
wadah steril, kedap udara dan kedap cahaya. • Cairan yang tertampung merupakan fraksi propolis larut minyak dan
larut air sekaligus senyawa polar dan non polar. • Cairan ini dipekatkan menggunakan rotary evaporator, sehingga
memungkinkan menguapkan etanol pada suhu rendah sekitar 50
o
C dan kedap udara. Propolis yang dihasilkan bermutu lebih baik rendah
resiko propolis rusak akibat suhu panas. Proses ini menghasilkan propolis kental berbentuk pasta. Proses penguapan etanol relatif mudah
dan singkat karena pada suhu 50
o
C dan kondisi vakum, etanol sangat mudah menguap.
2.2 Uraian Gel