Implikasi Dari UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh

Untuk itu pada dasarnnya, masyarakat mengiginkan hal-hal yang bersifat pragmatis. Artinya dengan menandatangani formulir, ia akan segera mendapatkan sesuatu yang diinginkannya tanpa memerlikan biaya yang besar dan waktu yang lama. Dengan telah ditandanganinnya standar kontrak tersebut, timbullah hak dan kewajiban para pihak. Hak badan usaha danatau badan usaha tetap adalah mengelola tambang minyak dan gas bumi di Indonesia, dan kewajibannya membagi hasil yang telah diperolehnya. Dengan demikian,dapat dikatakan bahwa kedudukan yuridis salah satu pihak terutama ekonomi kuat, lebih dominan dibandingkan dengan pihak lainnya.

E. Implikasi Dari UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh

Terhadap Kontrak kerjasama BPMIGAS Dengan PT. Pertamina EP. Setelah dikeluarkannya dari UU No 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, maka pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No 35 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, dimana didalam Pasal 104 huruf i , huruf j dan huruf k PP No 35 Tahun 2004 dijelaskan sebagai berikut: i PT. Pertamina Persero wajib mengadakan kontrak kerjasama dengan badan pelaksana untuk melanjutkan eksplorasi dan eksploitasi pada bekas wilayah kuasa pertambangan. j Dalam jangka waktu paling lama 2 dua tahun PT. Pertamina Persero sebagaimana dimaksud dalam huruh i, wajib membentuk anak perusahaan dan mengadakan kontrak kerjasama dengan badan pelaksana untuk masing- masing wilayah kerja dengan jangka waktu kontrak kerja sama selama 30 tiga puluh tahun dan dapat diperpanjang sesuai dengan perudangan yang berlaku. k Besaran kewajiban pembayaran PT. Pertamina Persero dan anak perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf d,huruf i, dan huruf j kepada Universitas Sumatera Utara negara sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada bekas wilayah kuasa pertambangan Pertamina. Atas dasar itulah PT. Pertamina EP didirikan pada 13 September 2005 dan sejalan dengan pembentukan PT. Pertamina EP, maka pada tanggal 17 September 2005 PT. Pertamina EP melaksanakan penandatanganan KKS dengan BPMIGAS yang berlaku sejak 17 September 2005. 162 Berhubung PT. Pertamina EP memiliki wilayah kuasa pertambangan yang tersebar di beberapa wilayah di seluruh Indonesia, maka PT. Pertamina EP membentuk unit dengan nama PT. Pertamina EP Regional Sumatera, PT. Pertamina EP Regional Jawa dan PT. Pertamina EP KTI. PT. Pertamina EP Regional Sumatera daerahnya terdiri dari Field Rantau Provinsi Aceh , Field P. Susu Provinsi Sumatera Utara, Field Prabumulih dan Field Pendopo Provinsi Sumatera Selatan. 163 Untuk daerah Field Rantau yang terdapat di Provinsi Aceh, maka seiring keluarnya Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh memberikan implikasi terhadap kontrak kerjasama antara BPMIGAS dengan PT. Pertamina EP yang ditandatangani pada tanggal 17 September 2005, dimana di dalam Pasal 160 UU N0. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh disebutkan bahwa : 1 Pemerintah dan Pemerintah Aceh melakukan pengelolaan bersama sumber daya alam minyak dan gas bumi yang berada di darat dan laut diwilayah kewenangan Aceh. 162 http:www.pertamina-ep.comidtentang-pepsejarah-kami, diakses tanggal 1 Mei 2010. 163 Warta Pertamina Edisi III, tanggal 21 Mei 2007, hal. 4 Universitas Sumatera Utara 2 Untuk melakukan pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, pemerintah dan Pemerintah Aceh dapat menunjuk atau membentuk suatu Badan Pelaksana yang ditetapkan bersama. 3 Kontrak kerjasama dengan pihak lain untuk melakukan eksplorasi dan ekploitasi dalam rangka pengelolaan minyak dan gas bumi dapat dilakukan jika seluruh isi perjanjian kontrak kerjasama telah disepakati bersama oleh Pemerintah dan Pemerintah Aceh. 4 Sebelum melakukan pembicaraan dengan pemerintah mengenai kontrak kerjasama sebagaimana dimaksud pada ayat 3, Pemerintah Aceh harus mendapat persetujuan DPRA. 5 Ketentuan lebih lanjut mengenai hal sebagaimana dimaksud pada ayat 1,ayat 2, dan ayat 3 diatur dengan Peraturan Pemerintah. Dari rumusan pasal tersebut yaitu terutama ayat 5 disebutkan bahwa ketentuan lebih lanjut diatur di dalam Peraturan Pemerintah, maka berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Makmur Ibrahim sebagai Kepala Biro Hukum Humas Sekda Pemerintahan Aceh bahwa Rancangan Peraturan Pemerintah tentang pembentukan BPMIGAS Pemerintahan Aceh terakhir dibahas dengan Pemerintah Pusat pada tanggal 14 Juli 2010. 164 Di dalam rancangan Peraturan Pemerintah tersebut yaitu Pasal 89 butir c, d dan e menyebutkan antara lain : c. Dengan terbentuknya BPMA, semua hak, kewajiban, dan akibat yang timbul dari Perjanjian Kontrak kerjasama bagi hasil minyak dan gas bumi antara badan pelaksana dan kontraktor Kontrak kerjasama yang berlokasi di Aceh beralih kepada BPMA. d. Dengan terbentuknya BPMA, kontrak lain yang berkaitan dengan Kontrak Kerjasama sebagaimana dimaksud pada huruf c antara Badan Pelaksana dan pihak lain beralih kepada BPMA. 164 Hasil wawancara dengan Bapak Makmur Ibrahim sebagai Kepala Biro Hukum Hukum Sekda Pemerintahan Aceh pada tanggal 21 Juli 2010 di ruang Kepala Biro Hukum Humas Sekda Pemerintahan Aceh Kantor Gubernur Pemerintahan Aceh Universitas Sumatera Utara e. Perjanjian Kontrak Kerjasama bagi hasil sebagaimana dimaksud pada huruf c yang telah ada sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku sampai berakhirnya masa perjanjian Kontrak kerjasama. Dengan demikian dari Rancangan Peraturan Pemerintah tersebut, maka kontrak kerjasama yang dilakukan oleh Badan Pelaksana BPMIGAS dengan PT. Pertamina EP pada tanggal 17 September 2005 yang masa kontraknya sampai dengan 30 tahun yaitu Tahun 2035 tetap berlaku sampai dengan berakhirnya kontrak kerjasama tersebut, walaupun BPMIGAS Pemerintah Aceh terbentuk pada saat kontrak kerjasama antara BPMIGAS dan PT. Pertamina EP berjalan. Namun apabila setelah kontrak kerjasama berakhir yaitu Tahun 2035 dan pihak PT. Pertamina EP masih ingin memperpanjang kontrak kerjasama tersebut, maka kontrak kerjasama dilakukan dengan BPMIGAS Pemerintahan Aceh sesuai dengan amanah Pasal 160 UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Irwansyah sebagai Field Manager PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Rantau bahwa apabila kontrak kerjasama antara BPMIGAS dengan PT. Pertamina EP tetap berlaku walaupun adanya BPMIGAS di Pemerintahan Aceh, maka Rancangan Peraturan Pemerintah mengenai pembentukan BPMIGAS di Pemerintahan Aceh tersebut memberikan nilai positif yaitu kepastian hukum bagi pihak-pihak investor migas yang telah menanamkan investasinya di daerah Aceh seperi PT. Pertamina EP. 165 165 Hasil wawancara dengan Bapak irwansyah sebagai Field Manager PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Rantau pada tanggal 18 Juli 2010 di ruangan Field Manager PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Rantau Jl. Jakarta No. 1 Rantau, Aceh Tamiang. Universitas Sumatera Utara Namun menurut beliau yang harus diperhatikan juga bahwa agar pembentukan BPMIGAS di pemerintahan Aceh tersebut tidak menghambat investor- investor yang mau menamkan investaasinya di Pemerintahan Aceh, namun sebaliknya dapat memberikan angin segar bagi investor untuk menanamkan investasinya khususnya di bidang minyak dan gas bumi di Pemerintahan Aceh. 166 Jika arti pentingnya hukum dikaitkan dengan investasi, maka PT. Pertamina EP sebagai investor membutuhkan adanya kepastian hukum dalam menjalankan usahanya. Artinya PT. Pertamina EP butuh ada satu ukuran yang menjadi pegangan dalam melakukan kegiatan investasinya. Ukuran inilah yang disebut aturan yang dibuat oleh yang mempunyai otoritas untuk itu. Aturan tersebut berlaku untuk semua pihak. Sebagaimana dikemukakan oleh Budiono Kusumohamidjojo : 167 “Dalam keadaan tanpa patokan sukar bagi kita untuk membayangkan bahwa kehidupan masyarakat bisa berlangsung tertib, damai dan adil. Fungsi dari kepastian hukum adalah tidak lain untuk memberikan patokan bagi perilaku seperti itu. Konsekuensinya adalah hukum itu sendiri harus memiliki suatu kredibilitas dan kredibilitas itu hanya bisa dimilikinya, bila penyelenggaraan hukum mampu memperlihatkan suatu alur konsistensi. Penyelenggaraan hukum yang tidak konsisten tidak akan membuat masyarakat mau mengandalkannya sebagai perangkat kaedah yang mengatur kehidupan bersama “. Wujud dari kepastian hukum itu sendiri oleh Soejono Soekanto dikemukakan bahwa : 168 166 Hasil wawancara dengan Bapak Irwansyah sebagai Field Manager PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Rantau pada tanggal 18 Juli 2010 di ruangan Field Manager PT. Pertamina EP Region Sumatera Field Rantau Jl. Jakarta No. 1 Rantau, Aceh Tamiang. 167 Sentosa Sembiring,op.cit.hlm. 18 168 Ibid.hlm. 19 Universitas Sumatera Utara “Wujud kepastian hukum adalah peraturan–peraturan dari pemerintah pusat yang berlaku umum di seluruh wilayah negara. Kemungkinan lain adalah peraturan tersebut berlaku umum, tetapi hanya bagi golongan tertentu. Selain itu dapat pula peraturan setempat yaitu peraturan yang dibuat oleh pengusaha setempat yang hanya berlaku di daerahnya saja.” Berangkat dari pemikiran para pakar hukum diatas, terlihat bahwa wujud kepastian hukum pada umumnya berupa peraturan tertulis yang dibuat oleh suatu badan yang mempunyai otoritas untuk itu. Namun ada juga pandangan yang lebih luas yang dikemukakan oleh J.M.Otto, dimana pendapatnya adalah : 169 Kepastian hukum nyata sesungguhnya mencakup pengertian kepastian hukum yuridik, namun sekaligus lebih dari itu. Saya mendefinisikannya sebagai kemungkinan bahwa dalam situasi tertentu : 1. Tersedia aturan-aturan hukum yang jelas, konsisten dan mudah diperoleh, diterbitkan oleh atau diakui karena kekuasaan negara. 2. Bahwa instansi-instansi pennguasa pemerintahan menerapkan aturan- aturan hukum tersebut secara konsisten dan juga tunduk dan taat terhadapnya. 3. Bahwa pada prinsipnya bagian terbesar atau mayoritas warga negara menyetujui muatan isi dan karena itu menyesuaikan perilaku mereka terhadap aturan-aturan tersebut. 4. Bahwa hakim-hakim peradilan yang mandiri dan tidak berpihak menerapkan aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten sewaktu mereka menyelesaikan sengketa hukum. 5. Bahwa putusan peradilan secara konkrit dilaksanakan. Bertitik tolak dari pemikiran tentang asas kepastian hukum sebagaimana yang dikemukakan para pakar diatas dapat diketahui bahwa ada korelasi antara kepastian hukum dengan kegiatan investasi khususnya investasi minyak dan gas bumi. Artinya bila ada kepastian hukum dalam berinvestasi maka kegiatan investasi pun akan berjalan dengan baik. Kepastian hukum sendiri merupakan salah satu asas dalam tata 169 Ibid,hlm.19-20 Universitas Sumatera Utara pemerintahan yang baik. Untuk itu betapa pentingnya untuk melaksanakan asas-asas umum pemerintahan yang baik. Makna asas-asas umum pemerintahan yang baik cukup menarik dan dapat kita tinjau dari pendapat Indoharto yang mengatakan bahwa : 170 “ Sebagai norma hukum asas-asas umum pemerintahan yang baik mempunyai pengaruh pada bidang : a. Penafsiran dari penerapan ketentuann perundang- undangan; b. Pembentukan bleid pemerintah dimana organ pemerintah diberi kebebasan kebijaksanaan oleh peraturan perundang-undangan atau tidak terhadap ketentuan yang membatasi kebebasan kebijaksanaan yang dilakukan itu ; c. Pada waktu melaksanakan kebijaksanaan itu “.Selanjutnya dikemukakan : “ Asas kepastan hukum, setidak-tidaknya suatu aspek dari kepastian hukum yaitu keputusan itu harus dirumuskan dengan jelas dan pengertiannya jangan sampai bergantung pada penafsiran seseorang. Jadi setiap orang yang berhadapan dengan keputusan itu harus dapat mengkap dan mengetahuinya apa yang dihadapinya.” Dengan demikian investor membutuhkan adanya kepastian hukum agar aktivitasnya dapat berjalan sesuai dengan persyaratan yang telah dipenuhinya. Hubungan anatara investor dengan penerima modal sangat erat karena investor sebagai pemilik modal akan bersedia menanamkan investasinya di negara penerima modal sepanjang negara penerima modal dapat memberikan kepastian hukum, perlindungan hukum dan rasa aman bagi invenstor dalam berusaha. Tapa adanya rasa aman, perlindungan hukum dan kepastian hukum mustahil penanaman modal mau menanamkan modalnya. Oleh karena itu terhadap isi pasal dari Rancangan Peraturan pemerintah tentang pembentukan BPMIGAS di Pemerintahan Aceh, dimana salah satu pasal menyebutkan bahwa kontrak kerjasama yang sudah dilakukan oleh BPMIGAS yang 170 Ibid,hlm 21 Universitas Sumatera Utara ada sekarang ini berdasarkan UU No. 22 Tahun 2001 dengan PT. Pertamina EP tetap berlangsung sampai Tahun 2035 walaupun BPMIGAS Pemerintah Aceh terbentuk sebelum Tahun 2035. Hal tersebut sangat memberikan kepastian hukum bagi PT. Pertamina EP dan juga dapat disimpulkan bahwa Rancangan Peraturan Pemerintah tersebut sangat menghormati asas hukum yang terdapat dalam Buku III KUH Perdata yang isinya antara lain sebagai berikut : 1. Asas kebebasan berkontrak Pasal 1338 KUH Perdata . 2. Asas Konsesualisme Pasal 1320 ayat 1 KUH Perdata . 3. Asas Kepastian Hukum pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata . 4. Asas itikad baik pasal 1338 ayat 3 KUH Perdata . 5. Asas Kepribadian Pasal 1315 KUH Perdata . Universitas Sumatera Utara

BAB V PENUTUP