Indonesia. Semua harus diperhatikan dipertimbangkan serta diharmonisasikan dalam pembentukan Undang-Undang.
Pada tingkat rancang UU diperlukan pemeriksaan aspek hukum, antara lain yang menyangkut segi teknik perumusan, konsitensi internal, meniadakan
ketidakjelasan rumusan, struktur dan pemeriksaan dalam rangka harmonisasi dengan berbagai peraturan perundang-undangan yang lain. Dengan kata lain dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan diperlukan pemeriksaan aspek-aspek hukum yang meliputi :
116
1. Pemeriksaan untuk menghindari ketidakjelasan rumusan.
2. Pemeriksaan konsistensi rumusan, penggunaan istilah, struktur dan lain-lain.
3. Pemeriksaan dalam rangka harmonisasi dengan berbagai peraturan perundang-
undangan yang lain. 4.
Pemeriksaan mengenai ketetapan norma ditinjau dari obyek yang diatur,subyek yang akan terkena serta dampak yang timbul dalam pelaksanaan undang-undang
bersangkutan.
Sejalan dengan uraian diatas, untuk menjamin terbentuknya peraturan perundang-undangan yang baik, antara lain mengandung moralitas tertentu,
mengandung keharmonisan, tidak terhalang oleh perbedaan-perbedaan, tidak saling bertentangan, terkait dalam sistem, berisi dan tahan waktu lama diperlukan proses
harmonisasi hukum.
C. Harmonisasi Dalam Perpektif Perundang-Undangan
Dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat mengenal aturan atau norma tertentu yang sejiwa dengan azas dan nilai yang menjadi sumber norma itu yang
116
Ibid.hlm.89.
Universitas Sumatera Utara
berkembang menjadi sistem hukum meliputi hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Sistem hukum nasional menganut azas, nilai yang bersumber pada pandangan hidup
bangsa dan merasakan sebagai sistem hukum yang selaras dan serasi dengan perasaan keadilan dan cita hukum, serta selaras dan serasi dengan anggapan dan
pandangan masyarakat tentang keadilan.
117
Untuk memahami keberadaan sistem hukum yang sedang berjalan dan mendapatkan wawasan dalam mempertimbangkan kebijakan yang akan ditempuh di
masa datang dengan dikaitkan pada proses globalisasi yang berimbas kepada liberalisasi ekonomi dan kompetisi pasar bebas, maka relevan dengan yang
dikemukakan oleh Philippe Nonet dan philip Selznik yang terdiri dari repressive law, autonomous law
dan responsive law.
17
Politik hukum yang bersifat tetap dan bersifat temporer, politik hukum yang bersifat tetap, berkaitan dengan sikap hukum yang akan selalu menjadi dasar
kebijaksanaan pembentukan dan penegakan hukum. Politik hukum yang bersifat tetap selalu menjadi dasar kebijaksanaan pembentukan sistem hukum dan
penegakannya adalah sistem hukum nasional yang dibentuk berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, demi terlaksanannya negara hukum dan pemerintahan konstitusional,
serta terwujudnya rasa keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
117
Juniarso Ridwan Achmad Sodik Sudrajat, op.cit,hlm.223
Universitas Sumatera Utara
Menurut Bagir Manan politik hukum yang bersifat tetap yang menjadi dasar kebijaksanaan pembentukan sistem hukum dan penegakannya, antara lain:
118
1. Ada satu kesatuan sistem hukum nasional.
2. Sistem hukum nasional di bangun berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
3. Tidak ada hukum yang memberikan hak-hak istimewa pada warga negara
tertentu. 4.
Hukum adat dan hukum tidak tertulis lainnya, diakui sebagai subsistem hukum nasional, sepanjang nyata-nyata hdup dan dipertahankan dalam
pergaulan masyarakat. 5.
Pembentukan hukum dengan memperhatikan kemajemukan masyarakat. 6.
Pembentukan hukum sepenuhnya didasarkan pada partisipasi masyarakat. 7.
Hukum dibentuk dan ditegakkan demi kesejahteraan umum atau keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
Sedangkan yang bersifat temporer senantiasa dipengaruhi oleh perkembangan
politik. Pada saat konfigurasi politik tampil secara demokratis, karakter produk hukum cenderung responsif-populistik. Ketika konfigurasi politik kesisi otoriter,
produk hukum yang lahir lebih berkarakter konservatif-ortudok-elistis. Di Indonesia terjadi tolak tarik antara konfigurasi politik yang demokratis dan konfigurasi politik
otoriter, yang dapat dilihat pada perkembangan karakter produk hukum.
19
Hukum merupakan suatu sistem kerena diikat oleh azas hukum. Oleh karena itu apabila memahami hukum sebagai suatu sistem hukum, maka hukum mengandung
nilai-nilai yang merupakan suatu kesatuan. Demikian halnya suatu peraturan perundang-undangan yang merupakan suatu sistem yang bersumber pada suatu nilai
tertentu. Sistem nilai ini dapat membentuk masyarakat menurut pola yang dikehendaki dan pedoman bagi pembentukan Undang-Undang dalam menentukan
118
Bagir Manan, Ketentuan-ketentuan Tentang pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dalam Pembangunan Hukum Nasional,
BPHN Departemen Kehakiman, No.1, 1997, hlm. 144
Universitas Sumatera Utara
pola tingkah laku masyarakat. Dengan kata lain hukum tidak saja digunakan untuk mengukuhkan pola-pola kebiasaan dan tingkah laku yang ada pada masyarakat,
melaikan juga mengarah pada tujuan-tujuan yang dikehendaki.
20
Pembentukan peraturan perundangan dalam rangka harmonisasi hukum menuju hukum responsif, diselenggarakan melalui proses demokratis dan terintegrasi
yang dijiwai Pancasila dan bersumber pada UUD 1945, untuk menghasilkan produk perturan perundang-undangan yang harmonis sampai pada tingkat peraturan
pelaksanaannya. Pembentukan peraturan perundang-undangan yang harus memperhatikan ketentuan-ketentuan yang memenuhi nilai filosofis yang berintikan
rasa keadilan dan kebenaran, sosiologis yang sesuai dengan tata nilai budaya yang berlaku dalam masyarakat, dan nilai yuridis yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Dalam rangka menata sistem hukum nasional yang menyeluruh dan
terintegratis, penting dilakukan harmonisasi hukum dengan maksud melakukan penataan dan penyesuaian unsur-unsur tatanan hukum nasional, dengan meletakkan
pola pikir yang melandasi penyusunan kerangka sistem hukum nasional yang dijiwai Pancasila dan UUD 1945. Dalam perspektif demikian, harmonisasi hukum dimaksud,
koheren dengan sasaran program pembentukan peraturan perundang-undangan, yaitu terciptanya harmonisasiperundang-undangan yang sesuai dengan aspirasi masyarakat
dan kebutuhan pembangunan. Dalam rangka harmonisasi hukum, melakukan penataan dan penyesuaian
unsur-unsur sistem hukum nasional serta pembaharuan hukum nasional terutama
Universitas Sumatera Utara
bidang-bidang hukum yang bersifat umum dan netral. Bidang hukum sebagai landasan hukum dalam menhadapi peningkatan perekonomian pada pemerintahan
daerah, seperti halnya dalam peraturan tentang penyelenggaraan pelayanan perizinan. Sebagai landasan dan masalah dalam menghadapi semua itu.dapat diatasi dan
ditempuh langkah-langkah dengan melakukan harmonisasi hukum dan praktek melalui upaya penyusunan peraturan-peraturan hukum yang diusulkan melalui salah
satu lembaga pemerintahan, yang kemudian diaktualisasikan secara seragam oleh pemerintah daerah melalui peraturan daerahnya masing-masing. Dalam rangka
menciptakan harmonisasi hukum dan pembaharuan sistem peraturan perundanga- undangan, jeni dan hirarki peraturan perundang-undangan peraturan perundang
undangan ditemukan dalam Pasal 7 ayat 1 UU No.10 Tahun 2004 yang diantaranya adalah :
1. UUD 1945.
2. Undang-undangPerpu.
3. Peraturan Pemerintah.
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah.
Ditegaskan dalam UUD 1945 setelah perubahan, kekuasaan untuk menjalankan fungsi legislasi pembentukan Undang-Undang tidak berada pada
presiden, melaikan pada DPR. Perubahan kekuasaan legislatif membentuk Undang- Undang tersebut mengandung implikasi yang mendasar terhadap proses pembentukan
peraturan perundang-undangan.Dalam keadaan demikian langkah ideal yang perlu
Universitas Sumatera Utara
untuk ditempuh adalah melakukan harmonisasi peraturan perundang-undangan dengan meletakkan pola pikir yang mendasari penyusunan sistem peraturan-
perundang-undangan dalam kerangka sistem hukum nasional, yang mencakup unsur- unsur materi hukum, struktur hukum beserta kelembagaan dan budaya hukum.
D. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Melakukan Harmonisasi