Kedudukan Para Pihak Dalam Menentukan Bentuk dan Substansi Kontrak

D. Kedudukan Para Pihak Dalam Menentukan Bentuk dan Substansi Kontrak

Production Sharing Secara yuridis formal, para pihak mempunyai kedudukan yang sejajar dalam menentukan bentuk dan substansi kontrak production sharing Pasal 1338 KUH Perdata. Namun, dalam kenyataannya, bentuk dan isi kontrak telah ditentukan dan disiapkan oleh salah satu pihak. Dalam literatur, kontrak yang telah disiapkan oleh salah satu pihak lazim disebut dengan standar kontrak. Standar kontrak merupakan perjanjian yang telah ditentukan dan telah dituangkan dalam bentuk formulir Kontrak ini telah ditentukan secara sepihak oleh salah satu pihak, terutama pihak ekonomi kuat terhadap ekonomi lemah. Hondius mengemukakan bahwa syarat-syarat baku adalah :” syarat-syarat konsep tertulis yang dimuat dalam beberapa perjanjian yang masih akan dibuat, yang jumlahnya tidak tentu, tanpa membicarakan isinya lebih dahulu ”. 154 Inti perjanjian baku menurut Hondius adalah isi perjanjian itu tanpa dibicarakan dengan pihak lainnya, sedangkan pihak lainnya hanya diminta untuk menerima atau menolak isinya. Mariam Darusbadrulzaman mengemukakan bahwa standart contract merupakan perjanjian yang telah dibakukan. 155 Selanjutnya Mariam Darusba Drulzaman mengemukakan ciri-ciri perjanjian baku adalah : 156 154 Sudikno Mertokusumo, Syarat-syarat Baku dalam Hukum kontrak. Disajikan pada penataran Hukum Perdata, yang diselenggarakan oleh fakultas Hukum UGM, Yogyakarta, 25-31. hlm.2 155 Mariam Darusbadrulzaman, Perjanjian Baku Standar Perkembangannya di Indonesia Bandung ; Alumni, 1980, hlm.4 156 Ibid. hlm. 11 Universitas Sumatera Utara 1. Isinya ditetapkan secara sepihak oleh pihak yang posisi ekonominya kuat. 2. Masyarakat kontraktor sama sekali tidak ikut bersama sama menetukan isi perjanjian. 3. Terdorong oleh kebutuhan kontraktor terpaksa menerima perjanjian itu. 4. Bentuk tertentu tertulis. 5. Dipersiapkan secara massal dan kolektif. Kontrak production sharing yang kini digunakan dalam bidang pertambangan minyak dan gas bumi telah dibakukan secara sepihak oleh pihak Pertamina sekarang BPMIGAS sehingga badan usaha dan atau badan usaha tetap menerima syarat-syarat yang ditentukan tersebut. Persoalannya kini apakah dengan adanya berbagai syarat- syarat baku tersebut , kontrak production sharing yang ditandatangani oleh pihak mempunyai kekuatan mengikat. Dalam perpustakaan hukum telah dicoba untuk membuat dasar ikatan dengan syarat-syarat baku. Pertama-tama, ada ajaran penaklukan kemauan wilsonder werping dari Zeylemaker. Ia berpendapat sebagai berikut : ”Orang mau karena orang merasa takluk kepada satu pengaturan yang aman, disusun secara ahli dan tidak sepihak, atau karena orang tidak dapat berbuat lain dari pada takluk, tetapi orang mau dan orang tahu bahwa orang mau”. 157 Stein tidak sependapat dengan cara berpikir ini, dimana orang yang melakukan kontrak sama sekali tidak mau takluk kepada syarat-syarat yang tidak menguntungkan dia, melainkan kepada klausul yang pantas. Selanjutnya, Stein mengatakan bahwa kebutuhan praktis dari lalu lintas hukum memaksa satu 157 Sudikno mertokusumo,op.cit.hlm 12 Universitas Sumatera Utara kesimpulan bahwa pihak lain terikat pada semua syarat tanpa mempertimbangkan apakah ia mengetahuinya. 158 Hondius berpendapat bahwa dua konstruksi itu tidak menyakinkan. Pendapat Zeylemaker memang dapat dipakai sebagai dasar pengikatan, tetapi hanya dengan syarat bahwa hal itu dilengkapi dengan alasan kepercayaan. Hal ini mengandung arti penanda tanganan hanya ada nilai dalam kerangka pembicaraan penanda tangan tidak hanya mengikat kalau ia mau, juga jika sepanjang ia telah menciptakan kepercayaan pada pihak peserta lain dengan cara dapat diperhitungkan ia mau terikat. 159 Pandangan lain berpendapat bahwa perjanjian baku bukan merupakan perjanjian karena bertentangan dengan Pasal 1320 KUH Perdata Pendapat ini diwakili oleh Sluijter dan Mariam Darusbadrulzaman Sluijter mengatakan sebagai berikut :” Perjanjian baku, bukan perjanjian, sebab kedudukan pengusaha di dalam perjanjian itu adalah seperti pembentukan undang-undang swasta legio particuliere wetgever . Syarat-syarat yang ditentukan pengusaha dalam perjanjian” 160 . Pandangan ini melihat perjanjian baku dari aspek pembuatan substansi kontrak. Substansi kontrak. Saubstansi kontrak itu dibuat oleh pengusaha secara sepihak sehingga Sluijter berpendapat substansi kontrak itu bukan kontrak, tetapi Undang-Undang swasta yang diberlakukan bagi kontraktor. Sementara itu, Mariam Darusbadrulzaman berpendapat sabagai berikut :” Perbedaan posisi para pihak ketika perjanjian baku diadakan tidak memberikan kesempatan pada kontraktor mengadakan 158 Ibid.hlm 12-13 159 Ibid. 160 Mariam Darusbadrulzaman,op.cit.hlm.14 Universitas Sumatera Utara ”real bargaining” dengan pengusaha kreditur. Kontraktor tidak mempunyai kekuatan untuk mengutarakan kehendak dan kebesarannya dalam menentukan isi perjanjian. Oleh karena itu, perjanjian baku tidak memenuhi elemen yang dikehendaki pasal 1320 KUH Perdata Jo. Pasal 1338 KUH Perdata ”. 161 Pandangan Mariam Darusbadrulzaman juga mengkaji dari aspek kebebasan para pihak. Di sini salah satu pihak tidak mempunyai kekuatan tawar-menawar dalam menentukan isi kontrak, khususnya kontrak production sharing. Badan Pelaksana Migas hanya perlu menyodorkan isi kontrak tersebut kepada badan usaha dan atau badan usaha tetap, tinggal menyetujui ”ya” atau ”Tidak”.Apabila badan usaha dan atau badan usaha tetap menyetujui subtansinya, ia menandatangani kontrak tersebut. Akan tetapi, apabila subtansi itu tidak disetujui, ia tidak menandangani kontrak tersebut. Dengan demikian kebebasan kontrak yang tercantum dalam pasal 1338 KUH kebebasan kontrak yang tercantum dalam pasal 1338 KUH Perdata tidak mempunyai arti bagi badan usaha danatau badan usaha tetap. Karena hak-haknya dibatasi oleh Badan Pelaksana Migas. Dari kedua pandangan tersebut, penulis menyetujui pandangan yang dikemukakan oleh Stein dan Hondius yang menitikberatkan kekuatan mengikat perjanjian baku karena kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Hal ini dapat disebut juga sebagai kontrak innominaat seperti yang dijelaskan dalam Pasal 1319 KUH Perdata. 161 Ibid.hlm. 13 Universitas Sumatera Utara Untuk itu pada dasarnnya, masyarakat mengiginkan hal-hal yang bersifat pragmatis. Artinya dengan menandatangani formulir, ia akan segera mendapatkan sesuatu yang diinginkannya tanpa memerlikan biaya yang besar dan waktu yang lama. Dengan telah ditandanganinnya standar kontrak tersebut, timbullah hak dan kewajiban para pihak. Hak badan usaha danatau badan usaha tetap adalah mengelola tambang minyak dan gas bumi di Indonesia, dan kewajibannya membagi hasil yang telah diperolehnya. Dengan demikian,dapat dikatakan bahwa kedudukan yuridis salah satu pihak terutama ekonomi kuat, lebih dominan dibandingkan dengan pihak lainnya.

E. Implikasi Dari UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh