Kedudukan Badan Pelaksana Pengelolaan Migas BPMIGAS

artinya semua masyarakat mempunyainya yaitu apa yang mereka harapkan dari hukum, misalnya untuk menjamin keadilan, ketertiban, kesejahteraan dan sebagainya. Cita hukum rechtsidee tersebut tumbuh dari sistem nilai mereka mengenai baik atau buruk, pandangan terhadap hubungan individual dan kemasyarakatan, tentang kebendaan, kedudukan wanita dan sebagainya. Semua itu bersifat filosofis, artinya menyangkut pandangan mengenai hakikat sesuatu.

B. Kedudukan Badan Pelaksana Pengelolaan Migas BPMIGAS

UU No. 8 Tahun 1971 memberikan hak monopoli negara atas minyak dan gas bumi yang dilaksanakan melalui Pertamina. Oleh karena itu semua perusahaan minyak yang hendak menjalankan usaha di Indonesia wajib bekerja sama dengan Pertamina. Pertamina bertindak sebagai regulator bagi mitra yang menjalin kerja sama melalui mekanisme Kontrak Kerja Sama KKS di wilayah kerja WK Pertamina. Di sisi lain Pertamina juga bertindak sebagai operator karena juga menggarap sendiri sebagian wilayah kerjanya. 77 Pertamina sebagai pemegang kuasa pertambangan dan didukung oleh struktur hukum yang kuat menjadikan Pertamina besar, namun secara institusional dinilai tidak terjangkau kontrol rutin dan menggiringnya sebagai salah satu sumber besar KKN. 78 Untuk itu perlu dilakukan pembenahan dan sejalan dengan dinamika industri migas dunia serta era globalisasi dengan masuknya Negara Indonesia sebagai keanggotaan WTO, maka beberapa pikiran dasar pemerintah Indonesia yang relevan dengan pengusahaan migas adalah : 79 77 http:www.pertamina-ep.comidtentang-pepsejarah-kami, diakses tanggal 1 Mei 2010. 78 Achmad Zen Umar Purba, Ibid. 79 Achmad Zen Umar Purba,Ibid. Universitas Sumatera Utara 1. Penghapusan situasi monopolistik berdasarkan UU No. 8 Tahun 1971. 2. Pencabutan hak kuasa pertambangan dari Pertamina dan dikembalikan kepada Pemerintah. 3. Pembentukan badan baru sebagai kuasa untuk melaksanakan kegiatan pemerintah sebagai pemegang kuasa pertambangan. 4. Pengurangan subsidi BBM dengan menyerahkannya pada mekanisme pasar. 5. Pengalihan status Pertamina berdasarkan UU No. 8 Tahun 1971 menjadi PT. Pertamina Persero , yang berarti kedudukannya sama dengan badan hukum lain dalam kesempatan berusaha di bidang migas. 6. Pemberian kesempatan yang sama kepada perusahaan swasta. 7. Penerapan konsep otonomi daerah dalam kaitan dengan pengusahaan migas dan diterapkannya penerimaan seimbang bagi Pemerintah Pusat dan Daerah. 8. Penciptaan bentuk kerja sama lain selain Production Sharing Contract. Sejalan dengan pikiran dasar pemerintah tersebut diatas, maka dikeluarkanlah UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Menurut Pasal 4 ayat 3 disebutkan bahwa pemerintah sebagai pemegang kuasa pertambangan membentuk Badan Pelaksana atau BPMIGAS yang selanjutnya pembentukan BPMIGAS tersebut dilakukan dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2002. BPMIGAS bertindak sebagai kuasa pemerintah, bukan selaku pemegang kuasa pertambangan seperti halnya Pertamina. Artinya sekalipun penandatanganan Kontrak Production Sharing adalah BPMIGAS namun BPMIGAS mewakili Pemerintah Jenis kegiatan usaha minyak dan gas bumi dibagi menjadi dua macam yaitu : kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir. 80 Kegiatan usaha hulu diatur dalam Pasal 1 angka 7, Pasal 5 sampai dengan Pasal 6 dan Pasal 9 sampai dengan Pasal 22 Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. 80 Pasal 5 UU No 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi Universitas Sumatera Utara Kegiatan usaha hulu adalah kegiatan usaha yang berintikan atau bertumpu pada kegiatan usaha yaitu usaha eksplorasi dan usaha eksploitasi. 81 Tujuan kegiatan eksplorasi antara lain sebagai berikut : 82 1. Memperoleh informasi mengenai kondisi geologi. 2. Menemukan dan memperoleh perkiraan cadangan minyak dan gas bumi. 3. Menentukan tempat wilayah kerja. Sedangkan eksplotasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk untuk menghasilkan minyak dan gas bumi dari wilayah kerja yang ditentukan, yang terdiri atas : 83 1. Pengeboran dan penyelesaian sumur. 2. Pembangunan sarana pengangkutan. 3. Penyimpanan. 4. Pengolahan untuk pemisahan dan pemurnia minyak dan gas bumi. 5. Kegiatan lain yang mendukung. Berdasarkan ketentuan Pasal 6 Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi disebutkan kegiatan usaha hulu dilaksanakan dan dikendalikan melalui Kontrak Kerja Sama KKS. Kontrak Kerja Sama paling sedikit memuat persyaratan sebagai berikut : 81 Pasal 5 UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi 82 Salim HS, op.cit.hal.284. 83 Ibid, hlm. 286 Universitas Sumatera Utara 1. Kepemilikan sumber daya alam tetap ditangan pemerintah sampai pada titik penyerahan. 2. Pengendalian manajemen operasi berada pada Badan Pelaksanan. 3. Modal dan resiko seluruhnya ditanggung Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap. Lembaga yang berwenang untuk melakukan pengendalian kegiatan usaha hulu adalah Badan Pelaksana, sedangkan yang melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap penyediaan dan pendistribusian bahan bakar minyak dan gas bumi pada kegiatan usaha hilir adalah Badan Pengatur. Ketentuan hukum yang mengatur tentang Badan Pelaksana adalah Pasal 1 angka 23, Pasal 44 sampai dengan Pasal 45 Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Kedudukan Badan Pelaksana merupakan badan hukum milik negara dan badan hukum milik negara mempunyai status sebagai subyek hukum perdata dan merupakan institusi yang tidak mencari keuntungan serta dikelola secara profesional. Pembentukan Badan Pelaksana ini sendiri diatur didalam Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2002 tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Berdasarkan Pasal 45 Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi disebutkan bahwa Badan Pelaksana terdiri atas unsur pimpinan, tenaga ahli, tenaga teknis dan tenaga administratif. Kepala Badan Pelaksana diangkat dan diberhentikan oleh Presiden setelah berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia dan dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Presiden. Universitas Sumatera Utara Fungsi Badan Pelaksana ini atau sekarang disebut BPMIGAS adalah melakukan pengawasan terhadap kegiatan usaha hulu agar pengambilan sumber daya alam minyak dan gas bumi milik negara dapat memberikan manfaat dan penerimaan yang maksimal bagi negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sehingga terhadap seluruh perusahaan migas yang akan melakukan pengambilan migas di wilayah Republik Indonesia harus melakukan Kontrak Kejasama dengan BPMIGAS. Tugas Badan Pelaksana diatur dalam Pasal 44 ayat 3 Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi Jo. Pasal 11 Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2002 tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Tugas Badan Pelaksana yaitu antara lain sebagai berikut: 1. Memberikan pertimbangan kepada Menteri atas kebijaksanaannya dalam hal penyiapan dan penawaran wilayah kerja serta kontrak kerjasama. 2. Melaksanakan penandatanganan kontrak kerjasama. 3. Mengkaji dan menyempaikan pengembangan lapangan yang pertama kali akan diproduksikan dalam suatu wilayah kerja kepada Menteri untuk mendapatkan persetujuan. 4. Memberikan persetujuan rencana pengembangan lapangan selain yang tercantum pada angka 3 diatas. 5. Memberikan persetujuan rencana kerja dan anggaran. 6. Melaksanakan pengawasan dan melaporkan kepada Menteri mengenai pelaksanaan kontrak kerjasama. Universitas Sumatera Utara 7. Menunjuk penjual minyak dan atau gas bumi bagian negara yang dapat memberikan keuntungan sebesar-besarnya bagi negara. Dari ketujuh tugas diatas maka tugas penandatangan Kontrak Production Sharing Kontrak Kerjasama merupakan tugas yang paling penting karena dengan adanya penandatangan kontrak itu akan menimbulkan hak dan kewajiban para pihak dalam melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi minyak dan gas bumi.

C. Taraf Sinkronisasi Antara UU No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas