Sekilas Perjalanan Sejarah Bank Indonesia

BAB III BANK INDONESIA DAN KEWENANGANNYA

D. Sekilas Perjalanan Sejarah Bank Indonesia

Ditinjau dari fungsinya, salah satu jenis bank yang paling utama dan penting adalah bank sentral. Bank sentral merupakan sebuah lembaga yang sangat penting dalam tatanan perbankan suatu negara. Setiap negara harus mempunyai bank sentral yang berfungsi mengatur masalah-masalah yang berhubungan dengan keuangan suatu negara secara luas, baik dalam maupun luar negeri. Di Indonesia tugas bank sentral dipegang oleh Bank Indonesia. Konferensi Meja Bundar KMB yang berlangsung di Den Haag, Belanda tahun 1949, boleh dikatakan merupakan tonggak sejarah lahirya bank sentral Indonesia. Salah satu keputusan penting KMB tersebut adalah menunjuk De Javasche NV sebagai Bank Sentral. De Javasche NV adalah bank komersil dari sirkulasi milik pemerintah Kolonia Belanda yang sudah berdiri sejak tahun 1828. 42 De Javasche NV didirikan dalam rangka membantu pemerintah Belanda untuk mengurus keuangannya di Hindia Belanda pada waktu itu. Selain itu, De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang. 43 42 Didik J. Rachbini dkk, Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral, Jakarta: PT. Mandi Mulyo, 2000, h.1. 43 www.bi.go.id di akses pada tanggal 16 April 2011 Namun sejak proklamasi kemerdekaan tahun 1945, Indonesia mencita-citakan memiliki sebuah bank sentral. Cita-cita untuk mendirikan bank dengan nama Bank Indonesia yang akan bekerja sebagai bank sentral dikemukakan secara tertulis untuk pertama kalinya dalam penjelasan UUD 1945 pasal 23. 44 Fakta sejarah mencatat sejak tahun 1946 Indonesia telah memiliki sebuah bank yang cukup besar yaitu Bank Negara Indonesia BNI 1946. Pada awalnya bank ini berstatus sebagai Bank Sentral dan kemudian oleh keputusan KMB diubah menjadi bank pembangunan. Sesudah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, Dewan Menteri Republik Indonesia pada tanggal 19 September 1945 yang dipimpin oleh Presiden Soekarno telah mengambil keputusan untuk mendirikan sebuah Bank Negara Indonesia. Untuk mempersiapkannya, telah ditugaskan R.M. Margono Djojohadikusumo dengan surat kuasa pemerintah Republik Indonesia tanggal 16 September 1945 yang ditanda tangani oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta. Untuk merealisasikan pendirian tersebut, maka diambil langkah praktis oleh pemegang kuasa dengan membentuk Jajasan Poesat Bank Indonesia JPBI dengan akte notaris R.M Soerojo di Jakarta No. 14 tanggal 9 Oktober 1945, dalam akte tersebut dikemukakan bahwa pembentukan JPBI ini dimaksudkan sebagai persiapan untuk menyelengarakan pendirian Bank Negara Indonesia. 45 Setahun kemudian, Bank Negara Indonesia didirikan dengan UU No. 2 PP tahun 1946 dengan maksud menjadi suatu lembaga yang akan bertindak sebagai bank 44 Bank Indonesia, Naskah Bank Indonesia 25 Tahun, h.1. 45 Dawam Raharjo, Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa, Jakarta: LP3ES, 1995, h.50. sentral. Namun perjalanan sejarah telah menunjukkan perkembangan yang lain, dalam KMB yang diselenggarkan 3 tahun kemudian tanggal 2 November 1949 di Den Haag dicapai persetujuan bahwa tugas bank sentral diserahkan kepada De Javasche Bank, sedangkan Bank Negara Indonesia diserahi tugas sebagai bank pembangunan. Kemudian dengan UU No. 2 Drt tahun 1955, BNI ditetapkan sebagai bank umum. 46 Mengingat pentingnya peranan bank sentral yang bersifat nasional bagi perekonomian suatu negara yang merdeka dan berdaulat, maka tanggal 30 April 1951, Menteri Keuangan Mr. Jusuf Wibisono mengumumkan maksud pemerintah untuk menasionalisasikan De Javasche Bank. Dalam keterangan pemerintah di muka Dewan Perwakilan Rakyat pada tanggal 28 Mei 1951 dikemukakan pula keinginan pemerintah untuk menasionalisasikan De Javasche Bank. Pengumuman tersebut segera ditindak lanjuti dengan pembentukan suatu panitia pemerintah pada tanggal 19 Juni 1951 dengan nama panitia Nasionalisasi De Javasche Bank berdasarkan keputusan pemerintah No. 118 tanggal 2 Juli 1951. 47 Tugas panitia ada tiga yaitu; pertama, mengajukan asal-usul mengenai langkah-langkah nasionalisme, kedua mengajukan rancangan Undang-Undang nasionalisme, ketiga merancang UU baru tentang bank sentral. Rancangan Undang-Undang tersebut diajukan ke DPR dan dibahas di DPR pada tanggal 10 April 1953, setelah diadakan beberapa perubahan penting rancangan 46 Bank Indonesia, Naskah Bank Indonesia 25 Tahun, h.1. 47 Dawam Raharjo, Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa, Jakarta: LP3ES, 1995, h.60. UU tersebut sudah disahkan menjadi Undang-Undang No. 11 tahun 1953 tanggal 19 Mei 1953 tentang penetapan UU pokok Bank Indonesia yang diumumkan pada tanggal 2 Juni 1953 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1953. Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting lain dalam hubungannya dengan Pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan oleh DJB sebelumnya. Pada tahun 1968, Undang-Undang Bank Sentral mengatur kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain yang melakukan fungsi komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia juga bertugas membantu Pemerintah sebagai agen pembangunan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat. Tahun 1999 merupakan babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan UU No.231999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dan ditahun 2004, Undang-Undang Bank Indonesia diamandemen dengan fokus pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia, termasuk penguatan governance. Kemudian pada tahun 2008, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang PerPPU No. 2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Amandemen dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional dalam menghadapi krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek dari Bank Indonesia. Kantor pusat Bank Sentral terletak di Ibu kota negara. Di Indonesia bank sentral berkantor pusat di Jakarta dan mempunyai kantor diseluruh wilayah Indonesia biasanya di tiap-tiap ibu kota propinsi serta perwakilan-perwakilan dan koresponden di luar negeri. 48

E. Status dan Kedudukan