3 Mengkonversi dan meng-upgrade kantor cabang pembantu
konvensional menjadi kantor cabang syariah. Wujud komitmen Bank Indonesia yang lain terhadap perkembangan perbankan
syariah adalah dalam bentuk kelembagaan di Bank Indonesia, yang semula hanya merupakan bagian atau tim dari Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan,
akhirnya pada tahun 2001 berdiri sendiri mejadi Biro Perbankan Syariah BPS dan seiring dengan perkembangan perbankan syariah yang sangat pesat dengan
permasalahan perbankan syariah yang semakin kompleks BPS ditingkatkan menjadi suatu Direktorat penuh pada tahun 2004 menjadi Direktorat Perbankan Syariah
DPbS.
D. Kebijakan Bank Indonesia Tentang Investasi Modal Asing di Bank
Syariah
Kebijakan dalam kamus besar bahasa Indonesia yaitu rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan,
atau sebagai garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran. Peraturan perundang-undangan dalam bentuk kebijakan adalah aturan hukum yang
dibentuk oleh pejabat atau badan tata usaha negara atas dasar kewenangan.
66
Perekonomian dunia ditandai oleh kompetisi antarbangsa yang semakin ketat sehingga kebijakan penanaman modal harus didorong untuk menciptakan daya saing
perekonomian nasional guna mendorong integrasi perekonomian Indonesia menuju
66
Kusumaningtuti, Peranan Hukum dalam Penyelesaian Krisis Perbankan di Indonesia Jakarta: Rajawali Pers, 2009, h.47.
perekonomian global. Perekonomian dunia juga diwarnai oleh adanya blok perdagangan, pasar bersama, dan perjanjian perdagangan bebas yang didasarkan atas
sinergi kepentingan antarpihak atau antarnegara yang mengadakan perjanjian. Hal itu juga terjadi dengan keterlibatan Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional
yang terkait dengan penanaman modal, baik secara bilateral, regional maupun multilateral World Trade OrganizationWTO, menimbulkan berbagai konsekuensi
yang harus dihadapi dan ditaati.
Negara Indonesia menganut sistem ekonomi yang bebas terkendali yang tidak terlepas dan sangat tergantung pada sistem perdagangan internasional, dimana
dewasa ini menggunakan sistem, ketentuan dan mekanisme yang telah diinisiasi oleh WTO Word Trade Organizations. Indonesia telah menandatangani perjanjian WTO,
bahwa pihak asing boleh masuk ke perbankan di Indonesia dan boleh mayoritas dengan porsi kepemilikan saham maksimal 99. Sekali perjanjian ditandatangani
tidak dapat begitu saja dilanggar. Jika dipaksakan membuat ketentuan yang tidak sejalan, maka kita akan rentan terkena tindakan balasan dari negara lain.
Sebagaimana diatur dalam Undang-undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal bahwasannya
“semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan
tertutup dan terbuka dengan persyaratan. ”
67
Sedangkan bidang usaha yang tertutup bagi penanam modal asing diatur pada pasal 12 ayat 2 yaitu:
a. produksi senjata, mesiu, alat peledak, dan peralatan perang; dan
67
Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Pasal 12 ayat 1.
b. bidang usaha yang secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-
undang. Sedangkan bidang usaha atau jenis usaha yang tertutup dan yang terbuka
dengan persyaratan ditetapkan melalui Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2007 disusun dalam suatu daftar yang berdasarkan standar klasifikasi tentang bidang usaha
atau jenis usaha yang berlaku di Indonesia, yaitu klasifikasi berdasarkan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia KBLI danatau Internasional Standard for
Industrial Classification ISIC. Telah diatur dalam Peraturan Presiden tersebut bahwa kepemilikan asing pada Bank Devisa, Bank Non Devisa, dan Bank Syariah
maksimal 99. Ketentuan yang membolehkan kepemilikan saham suatu bank oleh pihak asing
dengan cara kemitraan dan kepemilikan asing di Bank Umum baik konvensional maupun syariah dengan batas kepemilikan maksimal 99, sebagaimana disebutkan
di atas sebelumnya telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 29 Tahun 1999 Tentang Pembelian Saham Bank Umum pada pasal 3 dan pasal 4.
Selanjutnya dijelaskan pula dalam beberapa kebijakan tentang investasi modal asing di perbankan syariah yang tidak dijelaskan secara detail hanya tertulis pada beberapa
poin di beberapa regulasi diantaranya yaitu: 1.
Undang-undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal 9
ayat 1 dan ayat 3 serta Pasal 14 menyatakan bahwa:
“Bank Umum Syariah hanya dapat didirikan danatau dimiliki oleh warga negara Indonesia danatau badan hukum Indonesia dengan warga negara asing
danatau badan hukum asing secara kemitraan.”pasal 9 ayat 1 “Warga negara Indonesia, warga negara asing, badan hukum Indonesia, atau
badan hukum asing dapat memiliki atau membeli saham Bank Umum Syariah secara langsung atau melalui bursa efek.
” pasal 14 ayat 1 2.
Peraturan Bank Indonesia No. 113PBI2009 tentang Bank Umum Syariah
Pasal 6 ayat 1dan 2 menyatakan bahwa: “kepemilikan oleh warga negara asing
danatau badan hukum asing paling banyak sebesar 99 sembilan puluh sembilan persen dari modal disetor Bank.
” 3.
Surat Edaran Bank Indonesia No. 119DPbS tentang Bank Umum Syariah.
Dalam surat edaran Bank Indonesia hanya mengatur secara teknis tentang tata cara menjadi pemegang saham di bank umum syariah, baik
pemegang saham perorangan maupun badan hukum yang berasal dari asing atau domestik.
4. Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 3234KEPDIR tentang
Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah Pasal 3 ayat 2 huruf b dan Pasal
4 ayat 3 menyatakan bahwa: “Bank hanya dapat didirikan oleh warga negara Indonesia danatau badan
hukum Indonesia dengan warga negara asing danatau badan hukum asing secara kemitraan.
” pasal 3 ayat 2
“Modal disetor yang berasal dari warga negara asing danatau badan hukum asing sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat 2 huruf b setinggi-tingginya
sebesar 99 sembilan puluh sembilan perseratus dari modal disetor Bank .”
pasal 4 ayat 3 Jika bicara tentang kebijakan atau regulasi, regulasi yang berupa peraturan
perundang-undangan yang menjadi sumber hukum tertinggi di negara Indonesia yaitu Undang-Undang Dasar 1945. Salah satu ciri pokok Undang Undang Dasar 1945,
disamping sebagai konstitusi politik political constitution, juga merupakan konstitusi ekonomi economic constitution, bahkan konstitusi sosial social
constitution. Hal ini dikarenakan Undang-Undang Dasar 1945 mengatur tentang pokok-pokok sistem perekonomian negara yang bertujuan untuk menciptakan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Dalam pengembangan hukum tentang perekonomian tersebut lahirlah berbagai undang-undang yang mengatur tentang
bagaimana penyelenggaraan ekonomi, di mana peranan negara, masyarakat dan pihak swasta. Undang-Undang Dasar 1945 di samping mengatur tata kenegaraan juga
mengatur tata kehidupan sosial dan ekonomi seperti termuat dalam Pasal 33. Corak Undang-Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi ekonomi terlihat pada
materi Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi: 1
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan. 2
Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3 Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam perkembangannya, setelah amandemen Undang Undang Dasar 1945
keempat pada tanggal 10 Agustus 2002, Pasal ini ditambah dengan memasukkan 2 dua ayat baru, yaitu:
4 perekonomian Indonesia diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan
kesatuan ekonomi nasional. 5
ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam Undang- Undang.
Penambahan dua ayat dalam pasal ini merupakan upaya untuk mengakomodasi ketentuan dalam Penjelasan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang telah dihapus, yaitu mengenai demokrasi ekonomi. Bila dilihat kembali materi yang diatur dalam Penjelasan Pasal 33 disebutkan bahwa:
Perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi, kemakmuran bagi semua orang, sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hidup orang banyak harus dikuasai oleh negara. Kalau tidak, tampuk produksi jatuh ke tangan orang seorang yang berkuasa dan rakyat yang banyak
ditindasinya. Hanya perusahaan yang tidak menguasai hajat hidup orang banyak boleh ada ditangan orang-seorang.
”
Dari pasal ini jelas sekali peranan negara dalam mengatur perekonomian besar sekali. Sehingga, sebenarnya secara tegas Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945
beserta penjelasannya, melarang adanya penguasaan sumber daya alam ditangan orang-seorang. Dengan kata lain monopoli dalam bidang pengelolaan sumber daya
alam adalah bertentangan dengan prinsip pasal 33. Dalam rangka mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan
ekonomi Indonesia yang baik diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan
modal yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Selain itu, dalam menghadapi perubahan perekonomian global dan keikutsertaan Indonesia dalam
berbagai kerja sama internasional perlu diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif, memberikan kepastian hukum, keadilan, dan efisien dengan tetap
memperhatikan kepentingan ekonomi nasional. Karena melalui investasi penambahan dan penguatan modal di sektor perbankan, dunia usaha tersebut dapat membantu
tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Bank Syariah merupakan lembaga intermediari yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit pembiayaan danatau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup rakyat dengan menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah. Bank Syariah merupakan suatu lembaga jasa tetapi bank bukanlah merupakan perusahaan
yang menguasai hajat hidup orang banyak sebagaimana yang dimaksud dalam penjelasan Undang-undang 1945 pasal 33. Karena yang dimaksud perusahaan yang
menguasai hajat hidup orang banyak adalah sebuah perusahaan yang menguasai kepentingan umum dan tanpa adanya perusahaan itu manusia tidak dapat hidup
dengan kata lain perusahaan yang menguasai kebutuhan primer masyarakat. Bidang- bidang yang sangat terpaut dengan kepentingan umum seperti yang berasal dari
sumber daya bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya perminyakan, gas bumi, pelistrikan, kereta api dan lain sebagainya. Rasulullah saw.
telah menjelaskan sifat kebutuhan umum tersebut dalam sebuah hadis. Dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi saw. pernah bersabda:
ثاث يف ءاكرش ساَّلا :
راَّلا و أكْلا و ءامْلا
Artinya: Manusia berserikat punya andil dalam tiga hal: air, padang rumput dan api HR Abu Dawud.
68
Jadi lembaga keuangan bank hanya merupakan instrumen yang digunakan dalam proses perekonomian suatu negara dan untuk membantu roda perekonomian
Indonesia maka perbankan boleh dimiliki pihak asing dengan cara kemitraan. Karena Indonesia juga membutuhkan bantuan modal dari adanya investasi modal asing di
perbankan tersebut, hanya saja masalah yang mungkin akan timbul dikemudian hari yaitu karena porsi kepemilikan saham oleh asing yang telah dikeluarkan terlalu besar
sebesar 99. Dari ketentuan-ketentuan yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan
bagaimana sikap Bank Indonesia terhadap investor asing yaitu apabila ada pihak
68
Muhammad ibn Ali ibn Muhammad asy-Syaukani, Nailul Authar, Maktabah asy-Syamilah, Juz V Damaskus: ath-
Thaba‟ah al-Muniriyah, 1980, h.206.
asing yang menginginkan untuk mendirikan Bank Umum Syariah, maka pihak asing harus bermitra dengan mitra Indonesia. Ketentuan yang membolehkan mitra asing
menguasai saham sampai 99, dengan kata lain mitra Indonesia hanya menguasai saham sebesar 1 saja, tidak akan dapat memberikan kedudukan yang cukup berarti
bagi mitra Indonesia tersebut dalam kemitraan di Bank Umum Syariah itu. Berdasarkan kebijakan Bank Indonesia tentang investasi modal asing di
perbankan syariah dengan ketentuan pembatasan kepemilikan saham atau modal oleh pihak asing maksimal 99 berarti Bank Indonesia membuka peluang yang besar bagi
investor asing dengan cara menarik investor untuk menanamkan modalnya di bank syariah di Indonesia. Selain itu besarnya minat pebisnis asing untuk mengetahui
perkembangan perbankan syariah di Tanah Air, mendorong Bank Indonesia untuk mengadakan seminar internasional tentang keuangan syariah. Yang berawal dari
Bank Indonesia mendapat undangan sminar internasional dari American Indonesia Chamber Commerce kadin AS untuk urusan Indonesia. Mereka ingin tahu tentang
perkembangan perbankan syariah di Indonesia, karena ada permintaan dari pebisnis dari Amerika Serikat. Tidak berapa lama kemudian Bank Indonesia kembali
mendapat undangan seminar di Landon. Dari seminar di Landon itu, terjadinya pertemuan antara Gubernur Bank Indonesia dengan Lord Major City of London untuk
berdiskusi tentang perbankan syariah. Kemudian diinformasikan kepada United Kingdom Trade Investment UKTI bahwa ada agenda penyelenggaraan seminar
internasional tentang perbankan, dimana target utama dari seminar ini adalah to make foreign investor to knows about the progress Islamic Banking in Indonesia. Seminar
ini juga menjadi ajang sosialisasi tentang perbankan syariah supaya investor dari luar bisa masuk.
69
Kebijakan yang membebaskan kepemilikan asing di perbankan nasional baik perbankan syariah maupun perbankan konvensional yaitu yang memperbolehkan
pihak asing menguasai hingga 99 dari saham bank yang bersangkutan, semua itu berawal dari krisis tahun 1998 pada era inilah sebenarnya dibuka seluas-luasnya
investasi asing di perbankan. Sejak krisis yang melanda Asia tersebut pemerintah memberikan izin bagi pihak asing sebagai pemegang saham di perbankan Indonesia
hingga 99. Pihak asing dapat memilki saham Bank oleh Warga Negara Asing dan atau Badan Hukum Asing yang diperoleh melalui pembelian secara langsung maupun
melalui Bursa Efek. Jumlah kepemilkan saham oleh pihak asing maksimal adalah 99 sembilan puluh sembilan per seratus dari jumlah saham Bank yang
bersangkutan sebagaimana dijelaskan pula pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 tahun 1999 Tentang Pembelian Saham Bank Umum pasal 3
tiga.
70
Latar belakang pihak asing diperbolehkan memiliki saham sampai dengan 99 yaitu untuk memberi sinyal kepada asing bahwa Indonesia menarik untuk investasi
ketika sedang krisis dan mencari jalan keluar bagi bank-bank campuran yang pemegang saham partnernya lokal yang sewaktu krisis sedang bermasalah dan
69
Mulya E Siregar, “Upaya Menarik Investor Asing”, Info Bank no. 386 Mei 2011, h.11.
70
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 tahun 1999 Tentang Pembelian Saham Bank Umum
bahkan banknya bangkrut.
71
Selain itu bahwa untuk menciptakan sistem perbankan yang sehat, efisien, tangguh dan mampu bersaing dalam era globalisasi dan
perdagangan bebas, diperlukan upaya yang dapat mendorong Bank memperkuat permodalannya yaitu salah satunya dengan adanya investasi baik dalam negeri
maupun luar negeri asing. Jadi, di situlah awalnya asing masuk secara bebas terbuka sampai 99 kepemilikan. Padahal, sebenarnya kepemilikan asing hanya untuk
memberi sinyal untuk penguatan permodalan perbankan. Kepemilikan Bank Umum Syariah oleh asing ini merupakan salah satu tantangan yang dihadapi bank syariah.
Saat ini, Indonesia masih menggunakan ketentuan yang sesuai perjanjian dengan WTO, bahwa Indonesia berkomitmen asing boleh mencapai kepemilikan hingga
99. Terkesan terlalu liberal, alangkah baiknya jika regulasi yang mengatur kepemilikan saham oleh asing di perbankan Indonesia dikaji ulang oleh Pemerintah
atau Bank Indonesia apakah pembukaan sektor perbankan masih akan menggunakan regulasi kepemilikan saham asing 99 atau persentase yang lebih rendah.
E. Pengaruh Kebijakan Bank Indonesia Tentang Penanaman Modal Asing