Pertumbuhan ekonomi yang membaik merefleksikan pula kinerja sektor riil nasional, dimana kinerja tersebut akan tergambar pula pada tingkat return bagi hasil
produk pendanaan perbankan syariah yang semakin kompetitif. Jika nasabah pendanaan bank, khususnya nasabah mengambang floating customers yang
utamanya korporasi, mengalihkan dananya ke bank syariah yang menawarkan return yang lebih tinggi, maka diperkirakan kondisi ini dapat mendorong pertumbuhan DPK
bank syariah. Namun hal ini sangat bergantung pada upaya pemerintah dalam memelihara tingkat inflasi. Dan satu hal yang paling mencengangkan dalam sejarah
perbankan syariah di Indonesia adalah laba yang berhasil dihimpun cukup fantastis yang menembus Rp 1triliun. Laba tahun berjalan bank syariah naik hampir dua kali
lipat tumbuh 75,39 dari Rp 634 miliar per November 2009 menjadi Rp 1,11 triliun per November 2010.
60
3. Pangsa Pasar Perbankan Syariah yang Meningkat
Dengan melihat antusias masyarakat untuk menggunakan produk dan jasa perbankan syariah semakin meningkat, sebagaimana terlihat dalam dua tahun
belakangan ini. Perkembangan menggembirakan tersebut menunjukkan, bahwa masyarakat telah semakin mengenal dan merasakan kemanfaatan dari kehadiran bank
syariah. Dari perspektif pengembangan pasar, yaitu dengan penguatan modal bank
syariah oleh bank pusatbank induknya, telah memperkuat kapasitas bank syariah
60
Biro Riset Info Bank, “Laba Bank Syariah Tembus Rp 1 Triliun”, Info Bank XXXIII, no. 383 Februari 2011, h.10.
untuk melayani masyarakat. Sementara itu, melalui office channeling masyarakat semakin mudah mengakses layanan perbankan syariah di kantor-kantor bank
konvensional. Dapat dimanfaatkannya jaringan ATM dan fasilitas teknologi yang sama oleh bank syariah, telah memungkinkan bank syariah untuk memberikan tingkat
pelayanan yang luas dan sama modern-nya. Melihat dampak positif dari kerjasama antara UUS dan BUK terhadap pengembangan pasar perbankan syariah, maka Bank
Indonesia akan semakin mendorong sinergi tersebut melalui kebijakan-kebijakan serta insentif baik pada sisi perbankan syariah ataupun sisi perbankan konvensional.
Sedangkan market share perbankan syariah pada tahun 2010 sebesar 3,2 yang meningkat dibandingkan tahun 2009 sebesar 2,16. Potensi pasar perbankan syariah
masih sangat besar, meski puluhan perbankan konvensional telah mengembangkan sayapnya di pasar Indonesia sehingga menarik investor asing untuk ikut berkompetisi.
Market share-nya yang masih single digit kisaran tiga persen padahal bank syariah telah mewarnai industri perbankan nasional selama dua dekade terakhir. Apabila
dibandingkan dengan Malaysia, market share industri perbankan syariah di sana telah mencapai kurang lebih 20 sejak berdirinya lembaga keuangan syariah pertama
tabung haji pada 1983 lalu. Pangsa pasar perbankan syariah Indonesia masih rendah jika dibandingkan dengan Malaysia. Meski masih kecil dibanding Malaysia, pasar
keuangan syariah di Indonesia berkembang baik. Dapat dilihat dari jumlah simpanan dan pembiayaan syariah yang meningkat. Pembiayaan mencapai 101 persen dalam
satu dekade terakhir.
61
Ini artinya, fungsi intermediasi perbankan di Indonesia berjalan cukup baik.
Pangsa pasar perbankan syariah yang saat ini per Desember 2010 masih berkisar 3, memberikan kesempatan kepada pelaku industri perbankan syariah
untuk bersinergi satu sama lain merebut 97 pangsa pasar secara kolektif yang masih terbuka lebar, sehingga menuntut perbankan syariah untuk terus berinovatif
memberikan pelayanan terbaik dan memperluas jaringan. Industri perbankan syariah Indonesia baru memanfaatkan dana-dana publik dan belum sepenuhnya mengelola
dana-dana pemerintah. Apabila Pemerintah Indonesia setidaknya melakukan kebijakan strategis untuk mendukung perbankan syariah, industri perbankan syariah
Indonesia berpotensi mempunyai market share yang lebih besar daripada Malaysia atau negara-negara Timur Tengah.
Secara umum, pengembangan jangka menengah dari industri perbankan syariah diarahkan kepada penguasaan pasar domestik dengan kualitas operasional
berstandard internasional. Paradigma pengembangan yang berorientasi domestik ini dinilai sesuai dengan potensi pasar domestik yang sangat besar dan belum
sepenuhnya dieksplorasi. Potensi tersebut pada saat yang sama merupakan modal utama bagi industri perbankan syariah Indonesia, untuk menjadi tujuan investasi
paling menarik di kawasan Asia sejalan dengan meningkatnya credit rating Indonesia
61
Nur Farida Ahniar dan Nina Rahayu, “BI Belajar Perbankan Syariah dari Malaysia”, diakses pada 18 Juli 2011 dari
http:bisnis.vivanews.comnewsread233921-bi-belajar-syariah-dari-- malaysia
menuju investment grade pada 2011. Dan berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi investasi modal asing di bank syariah
adalah motif ekonomi dari segi return bank syariah dan motif strategi dari segi pangsa pasar dan perkembangan bank syariah sebagaimana dijelaskan dalam teori
David K. Eitemen. Masuknya investor asing ke dalam industri perbankan syariah, maupun pembukaan outlet layanan di negara-negara sumber dana investasi, dengan
demikian perlu dilihat dalam konteks penguatan kapasitas industri agar semakin mampu melayani kebutuhan pasar domestik yang sangat besar, dan dalam kesadaran
untuk ikut mendukung pengembangan potensi ekonomi daerah dalam rangka pemerataan kesejahteraan masyarakat Indonesia seluruhnya.
C. Peranan Bank Indonesia dalam Kebijakan Perbankan