Peranan Bank Indonesia dalam Kebijakan Perbankan

menuju investment grade pada 2011. Dan berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi investasi modal asing di bank syariah adalah motif ekonomi dari segi return bank syariah dan motif strategi dari segi pangsa pasar dan perkembangan bank syariah sebagaimana dijelaskan dalam teori David K. Eitemen. Masuknya investor asing ke dalam industri perbankan syariah, maupun pembukaan outlet layanan di negara-negara sumber dana investasi, dengan demikian perlu dilihat dalam konteks penguatan kapasitas industri agar semakin mampu melayani kebutuhan pasar domestik yang sangat besar, dan dalam kesadaran untuk ikut mendukung pengembangan potensi ekonomi daerah dalam rangka pemerataan kesejahteraan masyarakat Indonesia seluruhnya.

C. Peranan Bank Indonesia dalam Kebijakan Perbankan

Di Indonesia, Bank Indonesia telah disebut sejak Republik Indonesia berdiri di dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 23 D disebutkan bahwa Bank Indonesia adalah bank sentral Republik Indonesia yang independen dalam melaksanakan tugasnya. Peranan Bank Indonesia yang dianut saat ini adalah dalam kebijakan perbankan setelah UU No. 7 Tahun 1992 tentang Pokok-pokok Perbankan dan telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Dengan perubahan undang-undang tersebut, peranan Bank Indonesia dalam kebijakan perbankan mengalami perubahan yang sangat mendasar. Perubahan dalam Undang- Undang tersebut antara lain mengatur: 1 pengalihan wewenang perizinan di bidang perbankan dari Menteri Keuangan kepada Pimpinan Bank Indonesia; 2 pemilikan bank oleh pihak asing tidak dibatasi, tetapi tetap memerhatikan prinsip kemitraan; 3 pengembangan bank berdasarkan syariah; 4 perubahan cakupan rahasia bank yang semula meliputi sisi aktiva dan pasiva dari neraca bank, menjadi hanya nasabah penyimpan dan simpanannya; 5 pembentukan lembaga penjamin simpanan LPS. Peranan penting Bank Indonesia dalam kebijakan perbankan baik perbankan syariah maupun perbankan konvensional, yaitu sebagai otoritas tunggal yang berwenang mengatur dan mengawasi perbankan tersebut, kemudian ditegaskan kembali dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia dan telah diamandemen dengan UU No. 3 Tahun 2004. Dalam Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa fungsi pengawasan bank termasuk salah satu pilar penting yang harus dilakukan Bank Indonesia dalam menciptakan dan memelihara stabilitas nilai tukar rupiah. 62 Perbankan syariah dibentuk dengan dukungan otoritas perbankan di Indonesia yaitu Bank Indonesia. Keberadaan perbankan syariah kemudian terus mengalami perkembangan khususnya pada payung hukum perbankan syariah itu sendiri. Kelahiran Undang-Undang Perbankan Syariah telah dinantikan-nantikan sejak 7 62 Veithzal Rivai, dkk, Bank and Financial Institution Management Conventional and Sharia System Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h.113-114. tahun yang lalu tersebut telah membawa angin segar bagi tercapainya target akselerasi perbankan syariah sebagaimana yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Dimana proses penyusunannya sejak tahun 2002, Bank Indonesia membuat kajian dan naskah akademis dengan cara Bank Indonesia melakukan kerjasama dengan tokoh-tokoh yang dianggap capable di bidang tersebut. Kemudian di tahun 2003 hasil tersebut disampaikan ke Dewan Perwakilan Rakyat DPR dan Pemerintah. Tahun 2005 disusun draf Rancangan Undang-Undang RUU Perbankan Syariah oleh Dewan Perwakilan Rakyat. Dan tahun 2007-2008 pemerintah yang terdiri dari Departemen Keuangan, Departemen Agama, Departemen Hukum dan HAM bersama Dewan Perwakilan Rakyat membahas draf Rancangan Undang-Undang Perbankan Syariah dimana Bank Indonesia menjadi salah satu narasumbernya. 63 Peran Bank Indonesia tidak dapat dipisahkan dari perkembangan perbankan syariah nasional saat ini. Bank Indonesia telah melakukan langkah-langkah kebijakan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, kompetitif, efisien, dan hati-hati bagi industri perbankan syariah. Semua ini dilakukan untuk mendukung sektor riil melalui pembiayaan bagi hasil yang selanjutnya akan memberikan dampak kesejahteraan bagi negara. Di dalam kebijakan pengembangan perbankan syariah Bank Indonesia mengadopsi para digma, yaitu: a Dalam pengembangan produk dan jaringan digunakan pendekatan market driven. 63 Hasil wawancara dengan salah satu Tim Penelitian dan Pengembangan Perbankan Syariah pada tanggal 22 September 2011. b Perlakuan yang sama bagi bank konvensional dan bank syariah. c Dalam pengembangan peraturan dan infrastuktur dilakukan secara tahap demi tahap, gradual, dan berkesinambungan. d Dalam membuat kebijakan, Bank Indonesia sangat memerhatikan prinsip- prinsip taat kepada aturan Islam dan mengaplikasikan nilai-nilai universal. Secara resmi legalitas perbankan syariah telah dituangkan dalam UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998, yang kemudian diubah lagi dengan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, dan juga dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004. Sebagai otoritas pengawas bank- bank di Indonesia, Bank Indonesia secara intensif sejak tahun 2002 hingga sekarang terus melakukan regulasi terhadap aktivitas perbankan syariah di Indonesia. Sebagaimana tertera dalam Undang-Undang Perbankan Syariah pasal 50 bahwasannya Bank Indonesia berfungsi melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perbankan syariah di Indonesia. Bank Indonesia berwenang menetapkan peraturan, mengeluarkan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan fungsi pengawasan, serta mengenakan sanksi terhadap bank. Fungsi pengawasan dilakukan melalui pemeriksaan berkala dan sewaktu-waktu, maupun dengan analisis laporan yang disampaikan oleh masing-masing bank. Upaya restrukturisasi perbankan untuk mengembalikan fungsi intermediasi perbankan, Bank Indonesia telah menetapkan berbagai langkah restrukturisasi yang menyeluruh dan terpadu. Program-program restrukturisasi tersebut mencakup program pemulihan kepercayaan masyarakat, rekapitalisasi, restrukturisasi kredit, penyempurnaan ketentuan perbankan, serta penyempurnaan fungsi pengawasan bank. Bank merupakan unit usaha yang khusus karena jalannya kegiatan operasionalnya tergantung pada sumber dana dari masyarakat. Maka, kelangsungan hidup suatu bank ditentukan oleh kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut. Dalam hal suatu bank mengalami kesulitan, apakah karena bank tersebut memang tidak sehat, masyarakat pemilik dana akan menderita rugi. Dalam kondisi yang demikian, diperlukan pengaturan dan pengawasan bank untuk melindungi dana masyarakat. Tanpa campur tangan pemerintah, kegagalan bank berarti kerugian bagi masyarakat pemilik dana deposan. Dengan demikian, betapa penting peranan pengaturan dan pengawasan bank dalam rangka menciptakan dan memelihara kesehatan sistem perbankan. Kesehatan bank tidak hanya penting bagi pemilik dan pengelola bank yang bersangkutan, tetapi juga untuk masyarakat, pemerintah, dan perekonomian nasional. Dan arah kebijakan pengembangan industri perbankan di masa datang dilandasi oleh visi mencapai suatu sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Melihat pesatnya pertumbuhan industri perbankan syariah di tanah air, Bank Indonesia telah merumuskan visi, misi, dan paradigma kebijakan yang akan ditempuh. Adapun visi perbankan syariah di Indonesia adalah “ terwujudnya sistem perbankan syariah yang sehat, kuat, dan istiqomah terhadap prinsip syariah dalam kerangka keadilan, kemaslahatan, dan keseimbangan guna mencapai masyarakat yang sejahtera secara material dan spiritual falah” kemudian visi tersebut dituangkan dalam misi perbankan syariah, yaitu “mewujudkan iklim yang kondusif untuk mengembangkan perbankan syariah yang kompetitif, efisien, dan memenuhi prinsip syariah dan prinsip kehati-hatian, yang mampu mendukung sektor riil melalui kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil dan transaksi dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.” 64 Sejak tahun 1998, seiring dengan pertumbuhan perbankan syariah yang kian pesat, Bank Indonesia memberikan beberapa alternatif kepada investor atau bank untuk beroperasi secara Islam dengan mengeluarkan izin bagi: 65 a Pendirian bank syariah penuh full Islamic bank baik bagi pihak domestik maupun asing, baik untuk pembukaan bank umum maupun bank perkreditan rakyat. b Mengkonversi bank konvesional secara utuh menjadi bank syariah. c Mendirikan unit usaha syariah di dalam bank konvensional dengan beberapa alternatif bentuk, yaitu: 1 Membuka satu kantor cabang yang beroprasi secara Islam. 2 Mengkonversi salah satu cabang konvensional yang beroprasi secara Islam. 64 Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah: Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia Jakarta: Erlangga, 2010, h.59-61. 65 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking: Sebuah Teori, Konsep, dan Aplikasi, Edisi I, Cetakan I Jakarta: Bumi Aksara, 2010, h.167-169. 3 Mengkonversi dan meng-upgrade kantor cabang pembantu konvensional menjadi kantor cabang syariah. Wujud komitmen Bank Indonesia yang lain terhadap perkembangan perbankan syariah adalah dalam bentuk kelembagaan di Bank Indonesia, yang semula hanya merupakan bagian atau tim dari Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan, akhirnya pada tahun 2001 berdiri sendiri mejadi Biro Perbankan Syariah BPS dan seiring dengan perkembangan perbankan syariah yang sangat pesat dengan permasalahan perbankan syariah yang semakin kompleks BPS ditingkatkan menjadi suatu Direktorat penuh pada tahun 2004 menjadi Direktorat Perbankan Syariah DPbS.

D. Kebijakan Bank Indonesia Tentang Investasi Modal Asing di Bank